1. Penguatan Kebijakan Perlindungan Hutan
Solusi pertama yang perlu dilakukan adalah penguatan kebijakan perlindungan hutan yang berbasis pada prinsip keberlanjutan. Pemerintah harus mengimplementasikan kebijakan yang lebih ketat terkait deforestasi dan konversi lahan untuk kegiatan pertanian, industri, dan pemukiman. Dalam hal ini, regulasi yang mengharuskan setiap perusahaan untuk mendapatkan izin lingkungan yang ketat sebelum memulai proyek besar dapat meminimalisir robohisasi. Selain itu, pemberlakuan sanksi yang lebih tegas terhadap pelaku ilegal logging dan perusak hutan perlu ditingkatkan agar memberi efek jera.
Pendekatan berbasis insentif juga bisa menjadi solusi untuk mendorong perusahaan dan masyarakat dalam menjaga hutan. Pemberian insentif fiskal seperti pengurangan pajak bagi perusahaan yang berkomitmen terhadap pelestarian hutan atau melakukan reboisasi dapat menjadi strategi efektif.
2. Pembayaran Jasa Ekosistem (PES)
Skema Pembayaran Jasa Ekosistem (PES) adalah mekanisme yang memungkinkan pihak-pihak yang mendapatkan manfaat dari jasa lingkungan, seperti air bersih dan udara segar, untuk membayar pemilik atau pengelola lahan hutan yang telah menjaga ekosistem tersebut. Sistem ini memonetisasi nilai lingkungan, mendorong masyarakat untuk terlibat dalam pelestarian hutan karena mereka akan mendapatkan imbalan ekonomi langsung dari perlindungan lingkungan.
Program PES ini telah berhasil diterapkan di beberapa negara seperti Kosta Rika, di mana para petani dibayar untuk menjaga lahan mereka agar tetap hijau dan berfungsi sebagai penyerap karbon. Di Indonesia, skema ini dapat diimplementasikan dengan melibatkan komunitas lokal dan perusahaan dalam menjaga hutan, dengan insentif langsung bagi mereka yang aktif melindungi ekosistem.
3. Rehabilitasi dan Reboisasi Hutan
Solusi utama untuk mengatasi dampak jangka panjang dari robohisasi adalah program rehabilitasi dan reboisasi. Rehabilitasi hutan yang rusak harus menjadi prioritas pemerintah dan sektor swasta. Investasi dalam reboisasi tidak hanya mengurangi dampak perubahan iklim dengan menyerap karbon, tetapi juga memulihkan keanekaragaman hayati yang hilang serta meningkatkan produktivitas lahan.
Beberapa program reboisasi yang sukses telah menggunakan pendekatan berbasis komunitas, di mana masyarakat lokal terlibat langsung dalam menanam pohon dan mengelola hutan. Inisiatif seperti ini tidak hanya memberikan dampak ekologis, tetapi juga ekonomi, karena masyarakat dapat memanen hasil hutan non-kayu seperti madu, buah-buahan, dan obat-obatan tradisional.
4. Pengembangan Ekonomi Berbasis Hutan yang Berkelanjutan
Pengembangan ekonomi berbasis hutan yang berkelanjutan dapat menjadi solusi untuk mengurangi pengrusakan hutan. Alih-alih mengkonversi hutan menjadi lahan pertanian atau perkebunan, masyarakat dapat diarahkan untuk mengembangkan produk yang berkelanjutan dari hutan seperti ekowisata, hasil hutan bukan kayu (HHBK), dan produk organik yang memiliki nilai pasar tinggi. Ekowisata misalnya, telah menjadi model bisnis yang menguntungkan di berbagai negara yang memiliki kekayaan hutan tropis.