Sebagai contoh, dalam kerangka ekonomi ekologis, alam tidak dilihat semata-mata sebagai aset yang dapat dieksploitasi, melainkan sebagai basis keberlanjutan yang harus dikelola dengan hati-hati. Ini adalah perspektif yang lebih holistik yang memandang ekosistem sebagai sumber daya yang terbatas dan tidak dapat dipulihkan dengan cepat. Keanekaragaman hayati, kualitas air, dan stabilitas iklim adalah contoh layanan ekosistem yang tak ternilai yang disediakan oleh hutan alam, dan hilangnya hutan melalui robohisasi tidak hanya berdampak pada lingkungan tetapi juga pada masyarakat yang bergantung pada ekosistem tersebut.
Di sisi lain, reboisasi, jika dilakukan dengan benar, bisa menjadi bagian dari solusi. Namun, program reboisasi yang berhasil harus dirancang dengan hati-hati dan berbasis ilmiah, dengan mempertimbangkan faktor-faktor lokal dan kebutuhan ekosistem yang kompleks. Proyek reboisasi yang hanya berfokus pada angka---berapa pohon yang ditanam---tanpa memperhatikan kualitas dan kesinambungan ekosistem, dapat menjadi bumerang.
Jalan Tengah: Agroforestri dan Pemulihan Berbasis Komunitas
Di tengah perdebatan ini, muncul berbagai alternatif yang mencoba menjembatani kepentingan ekonomi dan ekologi. Salah satunya adalah konsep agroforestri, di mana pohon-pohon ditanam bersama tanaman pertanian di lahan yang sama. Ini tidak hanya meningkatkan produktivitas lahan tetapi juga menjaga keberlanjutan ekosistem dengan memulihkan tutupan hutan.
Pendekatan berbasis komunitas juga semakin diakui sebagai kunci keberhasilan dalam konservasi dan pemulihan hutan. Dengan melibatkan masyarakat lokal dalam pengelolaan sumber daya alam, proyek reboisasi dapat lebih berkelanjutan dan memiliki dampak jangka panjang yang lebih besar. Pendekatan ini juga meningkatkan keterlibatan dan tanggung jawab komunitas terhadap lingkungan sekitarnya.
Perdebatan antara reboisasi dan robohisasi tidak hanya tentang lingkungan tetapi juga tentang bagaimana kita memandang hubungan antara manusia, ekonomi, dan alam. Sementara robohisasi mungkin menghasilkan keuntungan ekonomi instan, kerusakan ekologis yang ditimbulkan sering kali tidak dapat diperbaiki. Di sisi lain, reboisasi, jika dilakukan dengan cermat dan berkelanjutan, dapat memberikan solusi untuk memulihkan ekosistem yang rusak dan meredam dampak perubahan iklim.
Untuk mencapai keseimbangan antara kebutuhan ekonomi dan keberlanjutan ekologis, kita memerlukan pendekatan yang lebih terintegrasi, seperti agroforestri dan pengelolaan hutan berbasis komunitas. Pada akhirnya, kebijakan publik harus didasarkan pada pemahaman yang mendalam tentang dinamika lingkungan dan ekonomi agar kita dapat menghindari kerusakan yang lebih besar dan memastikan masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan bagi generasi mendatang.
Penulis adalah seorang pakar dalam bidang Ekonomi Industri dan Ekonomi Ekologis yang peduli terhadap masa depan keberlanjutan ekosistem dan keberlanjutan ekonomi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H