Mohon tunggu...
Syaiful Anwar
Syaiful Anwar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Cara asik belajar ilmu ekonomi www.unand.ac.id- www.eb.unand.ac.id https://bio.link/institutquran

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Struktur Pasar Industri (17), Ekonomi Kreatif dan Struktur Pasar Industri di Era Digital

18 September 2024   13:40 Diperbarui: 18 September 2024   13:40 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Transformasi digital memang menawarkan peluang baru, tetapi juga membawa berbagai tantangan bagi industri kreatif. Salah satu tantangan terbesar adalah masalah monetisasi. Di era digital, model monetisasi tradisional seperti penjualan fisik CD atau DVD telah digantikan oleh layanan streaming, di mana pembayaran dilakukan berdasarkan jumlah putaran atau view. Namun, pendapatan yang diterima oleh kreator dari platform ini sering kali sangat kecil dibandingkan dengan nilai yang dihasilkan oleh konten mereka.

Sebagai contoh, banyak musisi mengeluhkan pembayaran royalti yang rendah dari platform streaming seperti Spotify, di mana sebagian besar pendapatan jatuh ke tangan pemilik platform. Sementara itu, di industri film, layanan streaming seperti Netflix dan Disney+ mendominasi distribusi konten, yang membuat produser kecil sulit bersaing dalam hal promosi dan pendapatan.

Selain itu, ada masalah hak cipta. Teknologi digital memungkinkan distribusi konten secara cepat dan luas, tetapi juga mempermudah terjadinya pelanggaran hak cipta. Penyebaran karya tanpa izin melalui media sosial atau situs-situs ilegal sering kali merugikan kreator asli. Meskipun berbagai negara telah memperbarui undang-undang hak cipta mereka untuk menghadapi tantangan ini, penegakan hukum tetap menjadi masalah yang rumit dalam era digital yang lintas batas.

Tantangan lainnya adalah kompetisi global. Teknologi digital tidak hanya memfasilitasi akses ke pasar lokal, tetapi juga ke pasar global. Ini berarti kreator lokal harus bersaing tidak hanya dengan sesama pelaku industri di dalam negeri, tetapi juga dengan kreator dari seluruh dunia. Misalnya, seorang seniman grafis di Jakarta harus bersaing dengan seniman di New York atau London yang juga memasarkan karyanya di platform yang sama. Bagi beberapa kreator, ini adalah peluang besar, tetapi bagi yang lain, kompetisi ini bisa menjadi tantangan berat.

Peluang yang Dihadirkan Era Digital

Di balik tantangan-tantangan tersebut, era digital juga menghadirkan peluang luar biasa bagi industri kreatif. Salah satu peluang terbesar adalah peningkatan akses pasar. Sebelum era digital, kreator sering kali harus bergantung pada jaringan distribusi tradisional, yang dibatasi oleh lokasi geografis dan hubungan bisnis. Namun kini, dengan adanya internet dan platform global, kreator dapat langsung mengakses audiens di berbagai belahan dunia tanpa perantara.

Sebagai contoh, penulis Indonesia kini dapat memasarkan buku mereka di Amazon atau Google Books dan menjangkau pembaca di Amerika Serikat, Eropa, atau Asia. Seniman visual dapat menjual karyanya melalui platform seperti Etsy atau Behance dan mengirim produknya ke berbagai negara. Hal ini membuka peluang bagi kreator untuk menumbuhkan basis penggemar global dan menghasilkan pendapatan dari pasar yang sebelumnya tidak dapat dijangkau.

Selain itu, teknologi juga memungkinkan inovasi dalam konten. Teknologi augmented reality (AR), virtual reality (VR), dan kecerdasan buatan (AI) kini digunakan untuk menciptakan pengalaman seni yang interaktif dan imersif. Film, game, dan instalasi seni yang memanfaatkan teknologi ini semakin populer di kalangan audiens yang mencari pengalaman yang lebih mendalam dan personal. Kreator yang mampu memanfaatkan teknologi ini untuk menghasilkan konten inovatif dapat memimpin di pasar yang berkembang pesat.

Era digital juga menciptakan model bisnis baru. Salah satu model bisnis yang tumbuh pesat adalah ekonomi kreator (creator economy), di mana individu dapat menghasilkan pendapatan langsung dari pengikut atau penggemar mereka melalui platform seperti Patreon, Substack, atau YouTube Membership. Ini memberikan otonomi lebih besar kepada kreator, memungkinkan mereka untuk mengendalikan pendapatan mereka sendiri tanpa harus bergantung pada perusahaan besar.

Strategi dan Kebijakan untuk

Strategi dan Kebijakan untuk Memajukan Industri Kreatif

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun