Mohon tunggu...
Syaiful Anwar
Syaiful Anwar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Cara asik belajar ilmu ekonomi www.unand.ac.id - www.eb.unand.ac.id https://bio.link/institutquran

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Struktur Pasar Industri (3): Persaingan Sempurna, Realitas atau Ilusi?

16 September 2024   05:01 Diperbarui: 16 September 2024   08:08 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Entrepreneur. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcomp

Kurangnya informasi yang sempurna ini mengakibatkan adanya asimetri informasi, di mana perusahaan memiliki keuntungan lebih besar daripada konsumen dalam pengambilan keputusan. Hal ini memunculkan fenomena seperti perilaku harga yang tidak transparan, di mana harga yang ditampilkan mungkin tidak mencerminkan biaya sebenarnya atau memberikan manfaat terbaik bagi konsumen.

Hambatan Masuk: Mimpi yang Sulit Terealisasi

Dalam teori persaingan sempurna, diasumsikan bahwa tidak ada hambatan untuk masuk atau keluar dari pasar. Namun, kenyataannya, banyak industri memiliki hambatan yang sangat tinggi untuk pemain baru. Misalnya, dalam industri teknologi atau farmasi, dibutuhkan investasi besar untuk penelitian dan pengembangan, sertifikasi, serta hak paten yang harus dipenuhi sebelum perusahaan baru dapat bersaing dengan pemain lama. Hambatan-hambatan ini mencegah terciptanya lingkungan pasar yang benar-benar kompetitif dan menutup peluang bagi perusahaan-perusahaan kecil atau inovator untuk masuk dan bersaing secara adil.

Peran Pemerintah: Membatasi atau Memperbaiki Pasar?

Peran pemerintah dalam menciptakan pasar yang kompetitif juga menjadi faktor yang penting. Dalam beberapa kasus, regulasi diperlukan untuk mencegah praktik-praktik monopoli dan mendorong persaingan yang lebih sehat. Namun, di sisi lain, regulasi yang berlebihan atau proteksi terhadap industri tertentu dapat menciptakan distorsi pasar yang menguntungkan pemain besar dan membatasi inovasi.

Misalnya, dalam industri telekomunikasi di banyak negara, pemerintah mungkin memberikan lisensi eksklusif kepada beberapa perusahaan besar, sehingga membatasi persaingan. Hal ini bertolak belakang dengan asumsi persaingan sempurna, di mana kebebasan untuk masuk dan keluar pasar harus tetap terjaga.

Apakah Persaingan Sempurna Ilusi?

Setelah melihat perbandingan antara teori dan praktik di pasar nyata, sulit untuk tidak menyimpulkan bahwa persaingan sempurna lebih merupakan konsep idealis yang sulit diwujudkan sepenuhnya. Pasar modern terlalu kompleks untuk memenuhi asumsi-asumsi yang mendasari teori ini. Oligopoli, monopoli, asimetri informasi, dan hambatan masuk adalah realitas yang kerap kali mendominasi dinamika pasar.

Meskipun demikian, teori persaingan sempurna tetap relevan sebagai kerangka acuan untuk memahami bagaimana pasar seharusnya bekerja dalam kondisi ideal. Ini adalah standar teoretis yang memungkinkan kita untuk mengidentifikasi kekurangan dalam pasar nyata dan merancang kebijakan yang bertujuan mendekati efisiensi yang diharapkan dari persaingan sempurna.

Persaingan sempurna, meskipun sulit ditemukan dalam pasar modern, tetap menjadi konsep yang berharga dalam kajian ekonomi. Namun, untuk memahami pasar secara lebih realistis, kita harus mengakui bahwa pasar nyata jauh lebih kompleks dan diwarnai oleh kekuatan-kekuatan yang tidak terhindarkan. Realitas pasar modern menuntut kita untuk mempertimbangkan faktor-faktor seperti kekuatan pasar, asimetri informasi, dan hambatan masuk ketika menganalisis bagaimana persaingan beroperasi. Teori persaingan sempurna mungkin adalah sebuah ilusi, tetapi ilusi ini membantu kita memahami sejauh mana kita bisa mendorong pasar menuju efisiensi dan keadilan yang lebih besar.

Kasus Indonesia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun