Mohon tunggu...
Syaiful Anwar
Syaiful Anwar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Cara asik belajar ilmu ekonomi www.unand.ac.id - www.eb.unand.ac.id https://bio.link/institutquran

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Sistem Ekonomi Indonesia (147) : Dampak Pandemi.

11 September 2024   13:14 Diperbarui: 11 September 2024   13:18 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dampak Pandemi terhadap Sistem Ekonomi: Mengapa Respons Setiap Negara Berbeda?

Pandemi COVID-19 yang melanda dunia pada tahun 2020 telah menguji ketahanan berbagai negara, tidak hanya dari aspek kesehatan, tetapi juga dari segi ekonomi. Setiap negara merespons pandemi ini dengan cara yang berbeda, mencerminkan karakteristik ekonomi, sosial, politik, dan kebijakan yang unik. Mengapa respons ekonomi terhadap pandemi ini berbeda-beda antara negara? Untuk memahami hal ini, kita perlu menggali lebih dalam tentang sistem ekonomi yang diterapkan, kemampuan institusi pemerintah, serta faktor-faktor sosial dan budaya yang membentuk pendekatan mereka terhadap krisis global ini.

Perbedaan Sistem Ekonomi: Dari Ekonomi Terencana hingga Ekonomi Pasar

Salah satu faktor utama yang mempengaruhi respons ekonomi terhadap pandemi adalah jenis sistem ekonomi yang dianut oleh suatu negara. Secara garis besar, terdapat dua spektrum utama sistem ekonomi, yaitu ekonomi terencana dan ekonomi pasar.

Negara-negara dengan sistem ekonomi terencana seperti Tiongkok dan Vietnam cenderung memiliki pendekatan yang lebih terpusat dan terkoordinasi dalam menangani pandemi. Pemerintah memiliki kontrol penuh atas alokasi sumber daya, memungkinkan mereka untuk mengambil tindakan cepat dan tegas dalam mengendalikan penyebaran virus serta menjaga stabilitas ekonomi. Misalnya, di Tiongkok, lockdown yang ketat diberlakukan dengan cepat di beberapa kota besar, dan pemerintah mampu mengarahkan sumber daya untuk mendukung industri strategis serta menjaga lapangan kerja (BBC, 2020). Langkah-langkah ini memungkinkan pemulihan ekonomi yang relatif cepat setelah gelombang awal pandemi.

Sebaliknya, negara-negara dengan sistem ekonomi pasar seperti Amerika Serikat dan negara-negara Eropa Barat memiliki pendekatan yang lebih desentralisasi, di mana keputusan ekonomi lebih banyak dipengaruhi oleh mekanisme pasar dan pelaku swasta. Respons mereka terhadap pandemi sering kali lebih lambat dan terfragmentasi karena ketergantungan pada kebijakan regional dan kebebasan individu. Meskipun demikian, negara-negara ini sering kali memiliki program stimulus fiskal yang besar untuk mendukung sektor swasta dan mempertahankan daya beli masyarakat. Sebagai contoh, Amerika Serikat meluncurkan paket stimulus fiskal senilai triliunan dolar untuk membantu usaha kecil, mendukung pengangguran, dan menjaga likuiditas pasar finansial (IMF, 2021).

Faktor-Faktor Sosial dan Budaya: Kepatuhan Masyarakat dan Kebijakan Pemerintah

Selain sistem ekonomi, faktor sosial dan budaya juga memainkan peran penting dalam membentuk respons suatu negara terhadap pandemi. Di negara-negara Asia Timur seperti Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan, ada tingkat kepatuhan yang tinggi terhadap aturan pemerintah. Budaya kolektivisme yang kuat membuat masyarakat lebih cenderung mengikuti protokol kesehatan seperti penggunaan masker dan menjaga jarak sosial, sehingga memperlambat penyebaran virus tanpa perlu langkah-langkah ekonomi yang terlalu drastis. Misalnya, Taiwan berhasil mengendalikan penyebaran COVID-19 tanpa memberlakukan lockdown yang ketat, berkat respons cepat pemerintah dan kepatuhan masyarakat terhadap langkah-langkah pencegahan (Wang et al., 2020).

Sebaliknya, di beberapa negara Barat, di mana budaya individualisme lebih dominan, ada lebih banyak resistensi terhadap pembatasan kebebasan individu. Hal ini mempengaruhi efektivitas kebijakan kesehatan publik, yang pada gilirannya memaksa pemerintah untuk menyeimbangkan antara menjaga kesehatan masyarakat dan melindungi kebebasan ekonomi. Di Amerika Serikat, misalnya, protes terhadap pembatasan ekonomi dan sosial terjadi di berbagai negara bagian, memaksa pemerintah untuk membuka kembali ekonomi meskipun angka infeksi masih tinggi (CNN, 2020). Hal ini memperpanjang durasi krisis kesehatan dan menambah tekanan pada ekonomi.

Ketahanan Institusi dan Kapasitas Fiskal

Salah satu faktor krusial lainnya yang mempengaruhi perbedaan respons ekonomi terhadap pandemi adalah kapasitas fiskal dan ketahanan institusi. Negara-negara dengan kapasitas fiskal yang kuat, seperti Jerman dan Australia, mampu meluncurkan paket stimulus besar-besaran untuk mendukung bisnis dan masyarakat selama krisis. Jerman, misalnya, mengumumkan paket stimulus senilai 750 miliar yang mencakup subsidi upah, bantuan langsung kepada usaha kecil, dan investasi infrastruktur untuk merangsang pemulihan ekonomi (Federal Ministry of Finance, 2020).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun