Mohon tunggu...
Syaiful Anwar
Syaiful Anwar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Cara asik belajar ilmu ekonomi www.unand.ac.id - www.eb.unand.ac.id https://bio.link/institutquran

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Sistem Ekonomi Indonesia (130), Desa Vs Kota, Masih Relevan?

9 September 2024   13:57 Diperbarui: 9 September 2024   14:52 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Sistem Ekonomi Perkotaan vs. Perdesaan: Mengapa Perbedaan Ini Terus Terjadi?

Indonesia sebagai negara kepulauan yang luas, menyimpan berbagai keanekaragaman dalam struktur sosial, budaya, dan ekonomi. Salah satu perbedaan yang paling mencolok adalah antara ekonomi perkotaan dan perdesaan. Meski saling terkait, kedua sistem ini berkembang dengan pola yang sangat berbeda, di mana ekonomi perkotaan sering kali lebih maju dan dinamis, sedangkan ekonomi perdesaan cenderung lebih stagnan dan tertinggal. Mengapa perbedaan ini terus terjadi? Untuk menjawab pertanyaan ini, kita harus melihat lebih dalam pada faktor-faktor yang membentuk dinamika ekonomi di kedua wilayah ini, serta bagaimana teori sistem ekonomi dapat menjelaskan ketimpangan tersebut.

Ekonomi Perkotaan: Dinamika yang Terus Berkembang

Ekonomi perkotaan biasanya ditandai dengan diversifikasi yang tinggi, baik dari segi sektor industri, perdagangan, hingga layanan. Kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Bandung berfungsi sebagai pusat pertumbuhan ekonomi di Indonesia, dengan berbagai perusahaan, institusi keuangan, dan sektor jasa yang berkembang pesat. Di kota-kota ini, sektor jasa dan industri berperan penting dalam menciptakan lapangan pekerjaan dan menyumbang pada Produk Domestik Bruto (PDB) nasional.

Menurut teori sistem ekonomi kapitalis yang diusulkan oleh Adam Smith, pasar bebas yang beroperasi di wilayah perkotaan menciptakan inovasi dan pertumbuhan yang lebih cepat karena adanya kompetisi yang ketat dan ketersediaan sumber daya manusia yang berkualitas (Smith, 1776). Kota-kota besar sering kali memiliki akses yang lebih baik ke pendidikan, infrastruktur, serta teknologi, yang pada akhirnya mendorong produktivitas dan efisiensi. Sektor swasta memainkan peran utama dalam menentukan arah perkembangan ekonomi perkotaan, dan regulasi pemerintah cenderung lebih berfokus pada menciptakan iklim bisnis yang kondusif.

Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa pertumbuhan pesat ekonomi perkotaan juga menimbulkan masalah tersendiri. Kemacetan, polusi, dan ketimpangan pendapatan menjadi isu yang terus-menerus menghantui perkembangan kota-kota besar. Meskipun demikian, daya tarik ekonomi perkotaan terus menarik migrasi dari daerah perdesaan, yang kemudian memperkuat dominasi kota dalam hal kontribusi ekonomi.

Ekonomi Perdesaan: Ketergantungan pada Sektor Pertanian

Di sisi lain, ekonomi perdesaan di Indonesia masih sangat bergantung pada sektor pertanian. Meskipun sektor pertanian mempekerjakan lebih dari 40% angkatan kerja Indonesia, kontribusinya terhadap PDB hanya sekitar 12,8% pada tahun 2022 (BPS, 2023). Ini menandakan adanya ketimpangan besar antara tenaga kerja yang terlibat dan hasil ekonomi yang dihasilkan. Ketergantungan pada sektor primer, khususnya pertanian, membuat ekonomi perdesaan cenderung lebih rentan terhadap guncangan eksternal seperti perubahan iklim, fluktuasi harga komoditas, serta perubahan kebijakan pertanian global.

Menurut teori ekonomi pembangunan, seperti yang dikemukakan oleh Arthur Lewis dalam Dual Sector Model, negara-negara berkembang cenderung memiliki dua sektor ekonomi utama: sektor tradisional (perdesaan) dan sektor modern (perkotaan) (Lewis, 1954). Sektor tradisional, yang sebagian besar terfokus pada pertanian, cenderung memiliki produktivitas rendah karena kurangnya akses terhadap teknologi, modal, dan pendidikan. Sebaliknya, sektor modern, seperti industri dan jasa di perkotaan, memiliki tingkat produktivitas yang jauh lebih tinggi karena adanya investasi modal, infrastruktur, dan inovasi.

Lewis menjelaskan bahwa transisi tenaga kerja dari sektor tradisional ke sektor modern menjadi kunci dalam mendorong pembangunan ekonomi. Namun, di Indonesia, proses ini masih berlangsung sangat lambat. Keterbatasan infrastruktur, akses ke pasar, serta minimnya investasi di perdesaan menghambat transformasi ekonomi. Sehingga, ekonomi perdesaan tetap terjebak dalam lingkaran kemiskinan dan keterbelakangan.

Mengapa Perbedaan Ini Terus Terjadi?

Perbedaan antara ekonomi perkotaan dan perdesaan tidak terlepas dari beberapa faktor utama yang mempengaruhi perkembangan keduanya. Pertama, faktor infrastruktur memegang peran penting. Perkotaan, dengan akses yang lebih baik terhadap jaringan transportasi, komunikasi, serta fasilitas publik lainnya, mampu menarik lebih banyak investasi dan menciptakan lingkungan bisnis yang lebih kompetitif. Sebaliknya, di daerah perdesaan, infrastruktur yang buruk membuat aktivitas ekonomi terbatas dan sulit berkembang. Jalan yang rusak, listrik yang tidak stabil, serta akses internet yang terbatas membuat pelaku usaha di daerah perdesaan sulit untuk bersaing di pasar yang lebih luas.

Kedua, perbedaan ini juga disebabkan oleh distribusi pendidikan dan keterampilan. Di kota-kota besar, akses terhadap pendidikan tinggi dan pelatihan kerja jauh lebih mudah. Hal ini menghasilkan tenaga kerja yang lebih terampil dan siap bersaing di industri yang lebih canggih. Sementara itu, di perdesaan, banyak orang yang hanya memiliki pendidikan dasar dan sedikit kesempatan untuk mendapatkan pelatihan yang lebih spesifik. Akibatnya, mereka cenderung terjebak dalam pekerjaan berupah rendah dengan produktivitas yang rendah.

Ketiga, globalisasi dan urbanisasi juga berperan dalam memperdalam kesenjangan ini. Dengan semakin terintegrasinya ekonomi global, kota-kota besar menjadi pusat dari jaringan perdagangan dan investasi global. Investasi asing langsung (FDI) sering kali lebih tertarik untuk masuk ke wilayah perkotaan karena potensi pasar yang lebih besar dan infrastruktur yang lebih baik. Di sisi lain, wilayah perdesaan sering kali terisolasi dari jaringan ini, yang menyebabkan mereka tertinggal dalam arus globalisasi.

Implikasi Sosial dan Ekonomi dari Kesenjangan Ini

Kesenjangan ekonomi antara perkotaan dan perdesaan di Indonesia memiliki implikasi sosial yang signifikan. Salah satu dampak utamanya adalah tingginya tingkat urbanisasi. Banyak penduduk desa yang memilih untuk bermigrasi ke kota dengan harapan mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Migrasi ini sering kali menciptakan masalah baru di perkotaan, seperti ledakan populasi, kemiskinan perkotaan, dan meningkatnya permukiman kumuh.

Selain itu, kesenjangan ini juga memperdalam ketidakadilan sosial. Ketika penduduk perkotaan menikmati akses ke layanan kesehatan, pendidikan, dan fasilitas umum yang lebih baik, penduduk perdesaan harus berjuang untuk mendapatkan hak-hak dasar mereka. Ini memperburuk ketimpangan pendapatan dan kualitas hidup antarwilayah.

Upaya Mengatasi Kesenjangan Ekonomi

Untuk mengatasi kesenjangan ekonomi antara perkotaan dan perdesaan, diperlukan kebijakan yang komprehensif dan inklusif. Salah satu solusinya adalah dengan meningkatkan investasi infrastruktur di daerah perdesaan. Pemerintah harus memperbaiki jalan, menyediakan akses listrik dan internet yang stabil, serta memastikan distribusi layanan publik yang merata. Ini akan membuka peluang bagi pelaku usaha di daerah perdesaan untuk mengembangkan bisnis mereka dan bersaing di pasar yang lebih luas.

Selain itu, pendidikan dan pelatihan vokasional harus menjadi prioritas dalam pembangunan perdesaan. Program-program pelatihan yang disesuaikan dengan kebutuhan lokal, seperti teknologi pertanian modern, kewirausahaan, dan pengolahan hasil pertanian, dapat meningkatkan keterampilan penduduk desa dan membantu mereka meningkatkan produktivitas.

Pemerintah juga perlu mengembangkan kebijakan yang mendukung integrasi antara ekonomi perkotaan dan perdesaan. Misalnya, program pengembangan industri hilir di perdesaan yang terhubung dengan pasar perkotaan dapat membantu meningkatkan nilai tambah produk pertanian dan menciptakan lapangan kerja baru di daerah perdesaan.

Kesenjangan antara ekonomi perkotaan dan perdesaan di Indonesia adalah fenomena yang telah berlangsung lama dan terus berlanjut hingga saat ini. Faktor infrastruktur, distribusi pendidikan, serta globalisasi memainkan peran besar dalam memperdalam perbedaan ini. Namun, dengan kebijakan yang tepat, kesenjangan ini dapat dikurangi.

Untuk itu, penting bagi pemerintah Indonesia untuk mengarahkan perhatian yang lebih besar pada pembangunan perdesaan, dengan fokus pada peningkatan infrastruktur, pendidikan, dan integrasi ekonomi. Dengan demikian, Indonesia dapat menciptakan sistem ekonomi nasional yang lebih inklusif dan berkelanjutan, di mana perbedaan antara perkotaan dan perdesaan tidak lagi menjadi penghalang bagi kemajuan seluruh rakyat.

Kasus Indonesia

Indonesia, sebagai negara dengan luas wilayah yang besar dan populasi beragam, menghadapi tantangan unik dalam pengelolaan ekonominya. Salah satu tantangan terbesar adalah ketimpangan ekonomi antara perkotaan dan perdesaan. Meskipun kedua wilayah ini berada dalam satu negara, sistem ekonomi yang berkembang di perkotaan dan perdesaan memiliki karakteristik yang sangat berbeda. Perbedaan ini telah terjadi sejak lama dan terus berlanjut hingga saat ini. Untuk memahami mengapa perbedaan ini terus terjadi, kita perlu melihat secara mendalam struktur ekonomi kedua wilayah dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, terutama dari sudut pandang teori sistem ekonomi.

Ekonomi Perkotaan: Dinamis dan Terdiversifikasi

Di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Medan, sistem ekonomi cenderung lebih dinamis dan terdiversifikasi. Hal ini terlihat dari berbagai sektor industri, jasa, dan perdagangan yang berkembang pesat. Ekonomi perkotaan sering kali didorong oleh sektor sekunder dan tersier, dengan industri manufaktur, perdagangan besar, teknologi informasi, serta jasa keuangan menjadi pilar utama. Kota-kota besar juga menjadi pusat inovasi dan investasi, dengan sektor swasta yang berperan besar dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi.

Menurut teori ekonomi klasik yang dipelopori oleh Adam Smith, pertumbuhan ekonomi perkotaan terjadi karena adanya pembagian kerja yang efisien dan spesialisasi yang tinggi (Smith, 1776). Di kota, banyak tenaga kerja terdidik dan terampil yang dapat berkontribusi pada produktivitas tinggi. Selain itu, infrastruktur yang lebih baik, seperti transportasi, jaringan komunikasi, dan fasilitas umum, mendukung perkembangan ekonomi di wilayah ini. Faktor-faktor ini membuat kota-kota besar lebih menarik bagi investasi dan mempercepat pertumbuhan ekonomi.

Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa ekonomi perkotaan juga dihadapkan pada tantangan. Masalah seperti kemacetan, polusi udara, ketimpangan pendapatan, serta permukiman kumuh adalah realitas yang sering kali terjadi di kota-kota besar. Meskipun demikian, ekonomi perkotaan terus tumbuh pesat, sebagian besar karena adanya arus migrasi dari perdesaan ke perkotaan, yang menambah suplai tenaga kerja serta meningkatkan permintaan akan produk dan jasa.

Ekonomi Perdesaan: Terfokus pada Pertanian dan Sektor Primer

Berbeda dengan ekonomi perkotaan, ekonomi perdesaan di Indonesia masih sangat bergantung pada sektor primer, terutama pertanian. Sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan masih menjadi tulang punggung ekonomi di banyak daerah perdesaan, meskipun kontribusi sektor ini terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional terus menurun. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2022 sektor pertanian hanya menyumbang sekitar 12,8% dari PDB, meskipun mempekerjakan lebih dari 40% tenaga kerja (BPS, 2023).

Ekonomi perdesaan cenderung kurang dinamis dibandingkan dengan perkotaan. Infrastruktur yang buruk, terbatasnya akses pasar, serta rendahnya tingkat pendidikan dan keterampilan penduduk desa menjadi penghambat utama perkembangan ekonomi di wilayah ini. Dalam banyak kasus, perdesaan masih terisolasi dari pusat-pusat ekonomi nasional, sehingga sulit bagi mereka untuk terlibat dalam kegiatan ekonomi modern.

Teori Dual Economy yang dikemukakan oleh Arthur Lewis membantu menjelaskan mengapa perbedaan antara ekonomi perkotaan dan perdesaan terus terjadi. Lewis mengemukakan bahwa negara-negara berkembang sering kali memiliki dua sektor ekonomi yang sangat berbeda: sektor tradisional yang berorientasi pada pertanian (perdesaan) dan sektor modern yang berorientasi pada industri (perkotaan) (Lewis, 1954). Perbedaan dalam produktivitas dan tingkat pendapatan antara kedua sektor ini menciptakan ketimpangan yang sulit diatasi. Dalam banyak kasus, proses urbanisasi mempercepat ketimpangan ini karena tenaga kerja dari sektor tradisional pindah ke sektor modern tanpa adanya peningkatan keterampilan yang memadai.

Mengapa Perbedaan Ini Terus Berlanjut?

Ada beberapa alasan mengapa perbedaan ekonomi antara perkotaan dan perdesaan di Indonesia terus berlanjut hingga saat ini. Salah satu alasan utama adalah akses yang tidak merata terhadap infrastruktur dan layanan publik. Di perkotaan, infrastruktur yang lebih baik memungkinkan akses ke pasar, teknologi, dan pendidikan yang lebih mudah. Sementara itu, di perdesaan, infrastruktur dasar seperti jalan, listrik, air bersih, dan internet sering kali masih terbatas, yang membuat aktivitas ekonomi terhambat.

Selain itu, distribusi pendidikan dan pelatihan yang tidak merata juga memainkan peran penting dalam perbedaan ekonomi ini. Di kota-kota besar, akses ke pendidikan tinggi dan pelatihan vokasional jauh lebih luas, yang menghasilkan tenaga kerja dengan keterampilan yang relevan dengan tuntutan pasar kerja modern. Sementara itu, di daerah perdesaan, banyak penduduk hanya memiliki pendidikan dasar dan tidak memiliki akses ke pelatihan keterampilan. Akibatnya, mereka cenderung terjebak dalam pekerjaan dengan produktivitas dan upah rendah.

Perbedaan dalam investasi juga menjadi faktor signifikan. Perkotaan sering kali lebih menarik bagi investor domestik dan asing karena potensi pasar yang lebih besar dan infrastruktur yang mendukung. Sebaliknya, investasi di perdesaan sering kali terbatas pada sektor pertanian, yang cenderung memiliki margin keuntungan yang lebih rendah dibandingkan dengan sektor industri atau jasa di perkotaan.

Faktor globalisasi juga memperdalam kesenjangan ini. Ekonomi perkotaan lebih mudah terintegrasi dengan ekonomi global karena adanya infrastruktur dan teknologi yang mendukung. Perdagangan internasional dan investasi asing sering kali lebih fokus pada kota-kota besar, sedangkan daerah perdesaan sering kali terpinggirkan dari arus ekonomi global. Hal ini semakin memperparah ketimpangan antara perkotaan dan perdesaan.

Dampak Kesenjangan Ekonomi Perkotaan dan Perdesaan

Perbedaan ekonomi antara perkotaan dan perdesaan di Indonesia memiliki dampak sosial dan ekonomi yang signifikan. Salah satu dampak utama adalah tingginya laju urbanisasi. Banyak penduduk desa yang bermigrasi ke kota-kota besar dengan harapan mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dan meningkatkan taraf hidup. Namun, migrasi ini sering kali menimbulkan masalah baru di perkotaan, seperti tingginya tingkat kemiskinan perkotaan, permukiman kumuh, dan meningkatnya tekanan pada layanan publik.

Di sisi lain, desa-desa yang ditinggalkan oleh penduduk mudanya sering kali mengalami kekurangan tenaga kerja produktif. Ini memperlambat pertumbuhan ekonomi perdesaan dan memperparah ketergantungan mereka pada sektor pertanian yang kurang menguntungkan. Akibatnya, ketimpangan pendapatan dan kualitas hidup antara penduduk kota dan desa semakin membesar.

Selain itu, ketimpangan ekonomi ini juga berpotensi memperburuk ketegangan sosial dan politik. Ketidakadilan dalam distribusi sumber daya ekonomi dapat menciptakan ketidakpuasan di kalangan penduduk perdesaan yang merasa tertinggal. Jika tidak ditangani dengan baik, kesenjangan ini dapat menimbulkan gejolak sosial yang mengganggu stabilitas nasional.

Mencari Solusi: Bagaimana Mengatasi Kesenjangan Ini?

Untuk mengatasi perbedaan ekonomi antara perkotaan dan perdesaan, diperlukan pendekatan yang komprehensif dan berkelanjutan. Salah satu solusi yang mungkin adalah dengan meningkatkan investasi infrastruktur di daerah perdesaan. Dengan memperbaiki jalan, menyediakan akses listrik dan internet yang stabil, serta membangun fasilitas pendidikan dan kesehatan yang memadai, penduduk perdesaan akan memiliki peluang yang lebih besar untuk berpartisipasi dalam ekonomi modern.

Peningkatan akses ke pendidikan dan pelatihan keterampilan juga sangat penting. Program pelatihan vokasional yang dirancang khusus untuk kebutuhan pasar kerja lokal dapat membantu meningkatkan keterampilan tenaga kerja di perdesaan dan membuka peluang bagi mereka untuk terlibat dalam sektor ekonomi yang lebih produktif.

Selain itu, pemerintah juga perlu mendorong integrasi ekonomi antara perkotaan dan perdesaan. Pengembangan industri hilir di perdesaan yang terhubung dengan pasar perkotaan dapat menciptakan rantai nilai yang lebih inklusif dan memberikan manfaat ekonomi yang lebih merata. Program-program seperti pengembangan pertanian berbasis teknologi dan pengolahan hasil pertanian juga dapat membantu meningkatkan produktivitas dan pendapatan di daerah perdesaan.

Perbedaan antara sistem ekonomi perkotaan dan perdesaan di Indonesia adalah kenyataan yang kompleks dan terus berkembang. Ketimpangan ini disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk infrastruktur, pendidikan, investasi, serta globalisasi. Namun, dengan kebijakan yang tepat dan fokus pada pembangunan inklusif, perbedaan ini dapat diatasi.

Pemerintah Indonesia perlu memberikan perhatian yang lebih besar pada pengembangan ekonomi perdesaan, dengan memastikan distribusi sumber daya dan peluang yang lebih merata. Hanya dengan cara ini, Indonesia dapat menciptakan sistem ekonomi nasional yang lebih adil dan berkelanjutan, di mana semua warga negara, baik di kota maupun desa, dapat menikmati manfaat dari pertumbuhan ekonomi yang inklusif.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun