Mohon tunggu...
Syaiful Anwar
Syaiful Anwar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Cara asik belajar ilmu ekonomi www.unand.ac.id - www.eb.unand.ac.id https://bio.link/institutquran

Selanjutnya

Tutup

Money

Sistem Ekonomi Indonesia (118) : Pengaruh Teknologi.

8 September 2024   05:06 Diperbarui: 8 September 2024   05:09 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Di Indonesia, sektor manufaktur masih sangat bergantung pada tenaga kerja manual, dengan tingkat otomatisasi yang rendah. Hal ini menyebabkan produktivitas di sektor ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara maju. Meskipun upah tenaga kerja di Indonesia relatif murah, biaya produksi yang lebih tinggi akibat rendahnya efisiensi mengurangi daya saing produk Indonesia di pasar internasional. Sebagai contoh, industri otomotif di Indonesia masih bergantung pada impor komponen dari negara-negara maju, yang menunjukkan betapa terbatasnya kemampuan teknologi lokal dalam mendukung industri ini.

Selain itu, peran teknologi dalam mendorong pertumbuhan ekonomi melalui inovasi juga lebih kuat di negara maju dibandingkan di Indonesia. Negara-negara seperti Korea Selatan dan Singapura telah berinvestasi besar-besaran dalam inovasi teknologi, yang memungkinkan mereka untuk beralih dari ekonomi berbasis manufaktur ke ekonomi berbasis pengetahuan. Singapura, misalnya, telah menjadi pusat global untuk industri teknologi finansial (fintech) dan layanan digital, yang telah mendorong pertumbuhan ekonomi negara tersebut selama beberapa dekade terakhir. Sementara itu, di Indonesia, sektor-sektor ekonomi yang bergantung pada teknologi tinggi masih dalam tahap pengembangan.

Teknologi Digital dan Ekonomi Indonesia

Meski begitu, Indonesia telah menunjukkan beberapa perkembangan positif dalam adopsi teknologi digital. Sektor e-commerce di Indonesia, misalnya, berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir. Platform seperti Tokopedia, Bukalapak, dan Gojek telah merubah cara masyarakat Indonesia bertransaksi dan berbisnis. Menurut McKinsey (2019), sektor e-commerce Indonesia diperkirakan akan tumbuh hingga $100 miliar pada tahun 2025. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun Indonesia masih tertinggal dalam beberapa aspek teknologi, ada potensi besar dalam pengembangan ekonomi berbasis digital.

Namun, untuk memaksimalkan potensi teknologi digital, Indonesia perlu meningkatkan infrastruktur digital. Akses internet yang cepat dan stabil masih menjadi masalah di banyak daerah, terutama di luar Jawa. Selain itu, literasi digital di kalangan masyarakat Indonesia juga masih perlu ditingkatkan. Banyak pelaku UMKM di Indonesia belum sepenuhnya memahami bagaimana memanfaatkan teknologi digital untuk mengembangkan bisnis mereka. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia perlu terus mendorong program edukasi dan pelatihan digital untuk meningkatkan keterampilan teknologi di semua lapisan masyarakat.

Tantangan dan Peluang untuk Indonesia

Perbedaan dalam adopsi dan integrasi teknologi jelas menjadi salah satu faktor utama yang membedakan sistem ekonomi negara maju dan berkembang. Negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Jerman, dan Jepang telah berhasil memanfaatkan teknologi canggih untuk meningkatkan produktivitas, menciptakan lapangan kerja baru, dan mendorong pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Sementara itu, negara berkembang seperti Indonesia masih menghadapi banyak tantangan dalam mengadopsi teknologi, mulai dari keterbatasan infrastruktur hingga rendahnya investasi dalam R&D dan pendidikan.

Meski begitu, Indonesia memiliki potensi besar untuk memanfaatkan teknologi digital sebagai pendorong utama pertumbuhan ekonomi di masa depan. Dengan investasi yang tepat dalam infrastruktur digital, pendidikan, dan R&D, Indonesia dapat mempersempit kesenjangan teknologi dengan negara maju dan membangun sistem ekonomi yang lebih kompetitif dan berkelanjutan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun