Korea Selatan telah berhasil mengintegrasikan teknologi canggih dalam berbagai sektor industri, termasuk manufaktur, dengan menerapkan kebijakan yang mendukung inovasi dan penelitian. Pemerintah Korea Selatan juga menginisiasi program untuk mengembangkan keterampilan digital di kalangan tenaga kerja, memungkinkan mereka untuk beradaptasi dengan otomasi dan digitalisasi. Hasilnya, meskipun tingkat otomasi meningkat, tingkat pengangguran tetap rendah, dan ekonomi Korea Selatan tetap tumbuh dengan pesat. Kebijakan ini juga membantu mengurangi ketimpangan ekonomi dengan menyediakan akses yang lebih luas ke pendidikan dan peluang kerja di industri teknologi.
5. Inisiatif "SkillsFuture" di Singapura
Singapura menghadapi tantangan perubahan teknologi dengan meluncurkan inisiatif "SkillsFuture," yang dirancang untuk memberikan akses pelatihan kepada warga negara sepanjang karier mereka. Program ini menyediakan dana pelatihan bagi warga Singapura untuk meningkatkan keterampilan mereka sesuai dengan kebutuhan industri yang berkembang, termasuk keterampilan dalam mengoperasikan dan memanfaatkan teknologi otomasi. Melalui inisiatif ini, Singapura berhasil meminimalkan dampak negatif otomasi terhadap pasar tenaga kerja dan mendorong terciptanya ekonomi yang berdaya saing tinggi dengan tenaga kerja yang terampil dan siap menghadapi perubahan.
6. Sistem Ekonomi Berbasis Inovasi di Finlandia
Finlandia dikenal karena pendekatan inovatifnya terhadap ekonomi dan pendidikan. Dalam menghadapi tantangan otomasi, Finlandia tidak hanya berfokus pada pengembangan teknologi, tetapi juga pada pendidikan yang berkelanjutan. Sistem pendidikan di Finlandia mendorong pembelajaran seumur hidup dan pengembangan keterampilan baru, yang memungkinkan tenaga kerja untuk beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan di pasar kerja yang dipicu oleh otomasi. Selain itu, Finlandia juga mengembangkan sistem jaminan sosial yang kuat untuk mendukung pekerja selama masa transisi, sehingga mengurangi risiko pengangguran akibat otomasi.
Pengalaman baik dari berbagai negara ini menunjukkan bahwa otomasi produksi dan inovasi teknologi dapat diselaraskan dengan kesejahteraan tenaga kerja melalui kebijakan pendidikan, pelatihan, dan jaminan sosial yang tepat. Negara-negara yang berhasil dalam hal ini cenderung memiliki pendekatan yang proaktif dalam mengantisipasi dampak otomasi, dengan fokus pada pengembangan keterampilan dan penciptaan lapangan kerja baru yang sesuai dengan kebutuhan industri modern. Melalui upaya ini, otomasi dapat menjadi alat yang kuat untuk meningkatkan produktivitas sekaligus menjaga kesejahteraan sosial dan ekonomi masyarakat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H