Mengukur kualitas hidup manusia tidak hanya berfokus pada aspek material seperti pendapatan dan kepemilikan aset, tetapi juga mencakup aspek non-material seperti kesehatan mental, hubungan sosial, dan kebahagiaan. Dalam konteks keseimbangan antara aspek material dan non-material, pengukuran kualitas hidup menjadi semakin penting. Berikut adalah aplikasi urgensi pengukuran kualitas hidup manusia dari perspektif keseimbangan ini:
1. Pembangunan Berkelanjutan
Aplikasi: Pengukuran kualitas hidup yang holistik membantu mempromosikan pembangunan berkelanjutan dengan mempertimbangkan keseimbangan antara kebutuhan ekonomi dan kualitas lingkungan serta kesejahteraan sosial.
Contoh: Indeks Pembangunan Berkelanjutan yang digunakan di banyak negara mencakup indikator yang mengukur kesejahteraan ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan kualitas lingkungan. Di Indonesia, ini dapat membantu merancang kebijakan yang mempromosikan pertumbuhan ekonomi tanpa mengorbankan kelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat.
2. Kesehatan Mental dan Kesejahteraan
Aplikasi: Aspek non-material seperti kesehatan mental menjadi semakin penting dalam mengukur kualitas hidup. Pengukuran ini mencakup faktor-faktor seperti stres, kebahagiaan, dan kepuasan hidup.
Contoh: Program kesehatan masyarakat yang berfokus pada peningkatan kesehatan mental di Indonesia dapat menggunakan survei kualitas hidup yang mencakup kesejahteraan psikologis. Ini membantu merancang intervensi yang tepat untuk meningkatkan kesehatan mental masyarakat, seperti layanan konseling dan kampanye peningkatan kesadaran kesehatan mental.
3. Keadilan Sosial dan Inklusi
Aplikasi: Pengukuran kualitas hidup membantu mengidentifikasi ketidaksetaraan sosial dan ekonomi, serta mempromosikan inklusi sosial bagi kelompok marginal.
Contoh: Data kualitas hidup dapat digunakan untuk mengidentifikasi ketidakadilan dalam akses terhadap pendidikan dan layanan kesehatan di antara kelompok masyarakat yang berbeda. Pemerintah dapat merancang program inklusi sosial yang menargetkan kelompok-kelompok ini, seperti beasiswa pendidikan bagi anak-anak dari keluarga miskin atau program pelatihan keterampilan bagi penyandang disabilitas.
4. Kehidupan Kerja dan Waktu Luang