Mohon tunggu...
Syaiful Anwar
Syaiful Anwar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Cara asik belajar ilmu ekonomi www.unand.ac.id- www.eb.unand.ac.id https://bio.link/institutquran

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Fenomena dan Karakteristik Pengangguran Gen-Z di ASEAN

21 Juli 2024   10:20 Diperbarui: 21 Juli 2024   10:26 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pengangguran di kalangan generasi Gen-Z (kelahiran setelah tahun 1995) merupakan masalah serius yang dihadapi oleh negara-negara ASEAN saat ini. Disini Kita akan mengeksplorasi beberapa penyebab utama dari masalah ini dan bagaimana hal tersebut mempengaruhi pertumbuhan ekonomi serta stabilitas sosial di kawasan ini.

1. Ketimpangan Keterampilan dan Pendidikan

Salah satu penyebab utama pengangguran Gen-Z di ASEAN adalah ketimpangan antara kualifikasi yang dimiliki oleh lulusan dengan tuntutan pasar kerja modern. Meskipun tingkat pendidikan telah meningkat di banyak negara ASEAN, kurikulum pendidikan sering kali tidak selaras dengan kebutuhan industri. Banyak lulusan kurang dilengkapi dengan keterampilan yang relevan, seperti keterampilan digital, manajerial, atau soft skills yang dibutuhkan oleh perusahaan-perusahaan saat ini.

Misalnya, di Indonesia, kurangnya integrasi antara kurikulum pendidikan dengan kebutuhan pasar kerja telah menyebabkan sebagian besar lulusan mengalami kesulitan dalam menemukan pekerjaan yang sesuai dengan pendidikan mereka. Sementara itu, di negara seperti Vietnam dan Filipina, meskipun ada peningkatan dalam kualitas pendidikan, masih terdapat kesenjangan signifikan dalam keterampilan yang dimiliki oleh lulusan dengan kebutuhan industri.

2. Pertumbuhan Ekonomi yang Tidak Merata

Meskipun beberapa negara ASEAN telah mencatat pertumbuhan ekonomi yang signifikan, penciptaan lapangan kerja tidak selalu sejalan dengan laju pertumbuhan ekonomi tersebut. Ini terutama terjadi di sektor-sektor yang tidak mampu menyerap tenaga kerja secara optimal, seperti sektor pertanian dan informal. 

Tingkat urbanisasi yang tinggi dan perkembangan teknologi yang pesat juga berkontribusi pada pertumbuhan sektor-sektor tertentu yang belum tentu mampu memberikan pekerjaan yang stabil dan produktif bagi generasi muda.

Di Malaysia, misalnya, pertumbuhan ekonomi yang fokus pada sektor industri dan jasa telah memberikan lapangan kerja yang cukup untuk sebagian besar lulusan. Namun, tantangan terletak pada pengembangan sektor-sektor baru yang dapat memberikan peluang kerja yang lebih luas bagi generasi muda dengan kualifikasi yang beragam.

3. Transformasi Digital dan Infrastruktur

Perkembangan teknologi digital telah mengubah lanskap ekonomi secara drastis di ASEAN. Namun, tidak semua negara di kawasan ini memiliki infrastruktur digital yang memadai untuk mendukung pertumbuhan ekonomi digital yang cepat. Kurangnya akses terhadap teknologi dan keterampilan digital yang rendah menjadi hambatan utama bagi Gen-Z untuk mengakses peluang kerja di sektor-sektor yang berkembang, seperti teknologi informasi, e-commerce, dan industri kreatif.

Di Singapura, sebagai pusat teknologi dan inovasi di ASEAN, infrastruktur digital yang maju telah menjadi motor penggerak utama dalam menciptakan lapangan kerja baru bagi lulusan dengan keterampilan teknologi tinggi. Sementara itu, di negara-negara ASEAN yang kurang maju secara digital, seperti Laos dan Myanmar, kesenjangan dalam infrastruktur teknologi menjadi penghalang utama dalam memfasilitasi integrasi Gen-Z ke dalam ekonomi digital global.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun