Belajar Monetisasi dari Dekarbonisasi: Pengalaman European Union Emissions Trading System (EU ETS)
Dekarbonisasi adalah langkah penting dalam upaya global untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan mengatasi perubahan iklim. Salah satu mekanisme yang telah berhasil dalam mendukung dekarbonisasi adalah sistem perdagangan emisi (cap and trade). Disini Kita akan mengeksplorasi bagaimana European Union Emissions Trading System (EU ETS) telah memonetisasi dekarbonisasi, manfaat yang diperoleh, serta pelajaran yang dapat dipetik dan diterapkan di Indonesia.
Prinsip Dasar EU ETS
EU ETS adalah sistem perdagangan emisi terbesar di dunia yang diluncurkan pada tahun 2005. Sistem ini menetapkan batas (cap) pada total emisi gas rumah kaca yang dapat dihasilkan oleh sektor industri yang tercakup dalam sistem. Setiap perusahaan yang berpartisipasi menerima izin emisi (allowances) yang dapat diperdagangkan di pasar.Â
Jika perusahaan menghasilkan emisi di bawah kuota yang diberikan, mereka dapat menjual sisa izin emisi mereka kepada perusahaan lain yang membutuhkan lebih banyak izin. Ini menciptakan insentif finansial bagi perusahaan untuk mengurangi emisi mereka.
Manfaat Ekonomi dari EU ETS
Pendapatan dari Penjualan Izin Emisi
Salah satu manfaat utama dari EU ETS adalah potensi pendapatan yang dapat diperoleh dari penjualan izin emisi. Pada tahun 2020, pendapatan dari lelang izin emisi di seluruh Uni Eropa mencapai lebih dari 14 miliar (European Commission, 2021). Pendapatan ini digunakan untuk mendanai berbagai program lingkungan dan energi terbarukan, serta mendukung transisi ke ekonomi rendah karbon.
Mendorong Inovasi dan Efisiensi Energi
EU ETS memberikan insentif bagi perusahaan untuk berinvestasi dalam teknologi rendah karbon dan meningkatkan efisiensi energi. Dengan harga karbon yang meningkat, perusahaan mencari cara untuk mengurangi emisi dan menghemat biaya. Ini mendorong inovasi dalam berbagai sektor industri, termasuk energi, manufaktur, dan transportasi.
Pengurangan Emisi dan Kesehatan Masyarakat