Mohon tunggu...
Syaiful Anwar
Syaiful Anwar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Cara asik belajar ilmu ekonomi www.unand.ac.id- www.eb.unand.ac.id https://bio.link/institutquran

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Monetisasi Dekarbonisasi (23): Peluang Indonesia Melalui Pengurangan Subsidi BBF

25 Juni 2024   18:16 Diperbarui: 25 Juni 2024   18:37 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Contoh Penghapusan Subsidi Bahan Bakar Fosil

  1. India: India telah mengurangi subsidi LPG dan bahan bakar minyak secara bertahap, mengalihkan sebagian besar anggaran tersebut untuk program pembangunan dan kesejahteraan.
  2. Iran: Iran melakukan reformasi harga energi besar-besaran pada tahun 2010, mengurangi subsidi bahan bakar fosil dan menggantinya dengan transfer tunai langsung kepada masyarakat.
  3. Malaysia: Pada tahun 2014, Malaysia menghapus subsidi bahan bakar minyak yang bertujuan mengurangi beban fiskal negara dan mendorong efisiensi energi.
  4. Indonesia: Indonesia juga telah memulai langkah-langkah untuk mengurangi subsidi BBM secara bertahap, dengan tujuan mengurangi beban anggaran negara dan mendorong penggunaan energi terbarukan.

Urgensi Penghapusan Subsidi Bahan Bakar Fosil

  1. Mengurangi Emisi Karbon: Subsidi bahan bakar fosil mendorong konsumsi energi yang tinggi dan emisi karbon yang signifikan. Penghapusan subsidi ini penting untuk mencapai target dekarbonisasi dan memitigasi perubahan iklim.
  2. Meningkatkan Efisiensi Energi: Tanpa subsidi, harga energi fosil akan mencerminkan biaya sebenarnya, mendorong penggunaan energi secara lebih efisien dan mengurangi pemborosan.
  3. Meningkatkan Daya Saing Energi Terbarukan: Dengan mengurangi atau menghapus subsidi bahan bakar fosil, energi terbarukan menjadi lebih kompetitif, mendorong investasi dalam teknologi energi bersih.
  4. Mengurangi Beban Fiskal: Subsidi bahan bakar fosil menelan anggaran besar yang dapat dialokasikan untuk sektor-sektor lain seperti pendidikan, kesehatan, dan pembangunan infrastruktur.
  5. Mendorong Inovasi: Penghapusan subsidi fosil dapat mendorong inovasi dalam teknologi energi terbarukan dan efisiensi energi, menciptakan pasar baru dan lapangan kerja hijau.
  6. Keadilan Sosial: Subsidi bahan bakar fosil sering kali lebih menguntungkan kelompok berpenghasilan tinggi. Penghapusan subsidi dapat mengurangi ketidakadilan sosial dan memastikan alokasi sumber daya yang lebih adil.

Peluang Monetisasi dari Dekarbonisasi Melalui Penghapusan Subsidi Bahan Bakar Fosil

  1. Investasi dalam Energi Terbarukan: Dana yang dihemat dari penghapusan subsidi dapat diinvestasikan dalam proyek-proyek energi terbarukan seperti tenaga surya, angin, dan biomassa.
  2. Pembangunan Infrastruktur Hijau: Penghematan anggaran dapat digunakan untuk membangun infrastruktur hijau yang mendukung transisi ke ekonomi rendah karbon.
  3. Penelitian dan Pengembangan (R&D): Meningkatkan alokasi dana untuk R&D dalam teknologi energi bersih dan efisiensi energi dapat mendorong inovasi dan penemuan baru yang mendukung dekarbonisasi.
  4. Pendanaan Program Sosial: Mengarahkan dana yang dihemat untuk program-program sosial yang membantu masyarakat beradaptasi dengan perubahan harga energi dan mendukung transisi ke energi terbarukan.
  5. Mengurangi Ketergantungan Energi Impor: Mengurangi subsidi bahan bakar fosil dapat menurunkan ketergantungan pada impor energi, memperkuat keamanan energi nasional dan stabilitas ekonomi.
  6. Pasar Karbon: Mendorong partisipasi dalam pasar karbon internasional dengan mengurangi emisi karbon, memungkinkan negara untuk memperoleh keuntungan dari perdagangan kredit karbon.

Penghapusan subsidi bahan bakar fosil merupakan langkah krusial dalam kebijakan tarif dan pembaruan regulasi yang dapat mendorong monetisasi dari dekarbonisasi. Dengan mengurangi dukungan finansial untuk energi fosil, Indonesia dapat meningkatkan daya saing energi terbarukan, mengurangi emisi karbon, dan memperbaiki kesejahteraan sosial serta ekonomi. Langkah ini tidak hanya mendukung upaya mitigasi perubahan iklim, tetapi juga membuka peluang investasi baru dan mendorong inovasi teknologi yang berkelanjutan. Dalam jangka panjang, penghapusan subsidi bahan bakar fosil akan memberikan manfaat signifikan bagi ekonomi, lingkungan, dan masyarakat Indonesia.

Peluang Indonesia Monetisasi dari Dekarbonisasi Melalui Penghapusan Subsidi Bahan Bakar Fosil sebagai Bagian dari Kebijakan Tarif dan Pembaruan Regulasi

Indonesia, sebagai negara berkembang dengan populasi besar dan ekonomi yang terus tumbuh, memiliki peluang besar untuk memonetisasi dekarbonisasi melalui penghapusan subsidi bahan bakar fosil. Subsidi ini, meskipun bertujuan untuk menstabilkan harga energi dan mendukung pembangunan ekonomi, seringkali menyebabkan distorsi pasar dan peningkatan emisi karbon. Dengan mengalihkan fokus dari subsidi fosil ke investasi dalam energi terbarukan dan efisiensi energi, Indonesia dapat menciptakan manfaat ekonomi, sosial, dan lingkungan yang signifikan.

Peluang Monetisasi

  1. Investasi dalam Energi Terbarukan
    • Penurunan Biaya Energi Terbarukan: Dana yang dihemat dari penghapusan subsidi dapat dialokasikan untuk proyek energi terbarukan seperti tenaga surya, angin, dan biomassa. Ini akan menurunkan biaya investasi awal dan mempercepat adopsi teknologi energi bersih.
    • Menciptakan Pasar Baru: Investasi dalam energi terbarukan dapat menciptakan pasar baru untuk teknologi hijau, meningkatkan daya saing ekonomi, dan membuka lapangan kerja baru di sektor energi terbarukan.
  2. Pembangunan Infrastruktur Hijau
    • Infrastruktur Transportasi: Pengembangan transportasi publik yang efisien dan ramah lingkungan, seperti bus listrik dan kereta api, dapat didukung dengan dana yang dihemat dari penghapusan subsidi.
    • Pembangunan Jaringan Energi: Investasi dalam jaringan distribusi energi yang lebih efisien dan modern akan mendukung integrasi energi terbarukan ke dalam sistem energi nasional.
  3. Penelitian dan Pengembangan (R&D)
    • Inovasi Teknologi: Dana yang dialokasikan untuk R&D dapat mendorong inovasi dalam teknologi energi bersih, efisiensi energi, dan penyimpanan energi, mempercepat transisi ke ekonomi rendah karbon.
    • Kolaborasi Global: Meningkatkan partisipasi dalam proyek-proyek penelitian global dapat membantu Indonesia mengakses teknologi canggih dan best practices dari negara lain.
  4. Pendanaan Program Sosial
    • Bantuan Langsung: Penghematan dari penghapusan subsidi dapat digunakan untuk memberikan bantuan langsung kepada masyarakat yang paling terdampak oleh kenaikan harga energi, memastikan transisi yang adil dan inklusif.
    • Pendidikan dan Pelatihan: Investasi dalam pendidikan dan pelatihan tenaga kerja untuk sektor energi terbarukan akan membekali masyarakat dengan keterampilan yang dibutuhkan dalam ekonomi hijau.
  5. Mengurangi Ketergantungan Energi Impor
    • Keamanan Energi: Mengurangi ketergantungan pada impor bahan bakar fosil akan meningkatkan keamanan energi nasional dan mengurangi risiko ekonomi terkait fluktuasi harga energi global.
    • Surplus Perdagangan: Dengan mengurangi impor bahan bakar fosil, Indonesia dapat meningkatkan neraca perdagangan dan mengalokasikan dana yang dihemat untuk pembangunan domestik.
  6. Pasar Karbon
    • Partisipasi dalam Pasar Karbon Internasional: Dengan mengurangi emisi karbon, Indonesia dapat berpartisipasi dalam pasar karbon internasional, menjual kredit karbon dan mendapatkan pendapatan tambahan.
    • Proyek REDD+: Indonesia dapat meningkatkan keterlibatan dalam proyek REDD+ (Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation), yang memberikan insentif finansial untuk melindungi hutan dan mengurangi emisi karbon.

Tantangan dan Solusi

  1. Ketidakstabilan Sosial dan Ekonomi
    • Pendekatan Bertahap: Penghapusan subsidi sebaiknya dilakukan secara bertahap untuk mengurangi dampak ekonomi langsung dan memberikan waktu bagi masyarakat dan industri untuk beradaptasi.
    • Kompensasi dan Perlindungan Sosial: Memberikan kompensasi dan bantuan sosial kepada masyarakat yang terdampak, serta mengimplementasikan program perlindungan sosial untuk mengurangi kesenjangan.
  2. Penerimaan Publik
    • Kampanye Edukasi: Mengedukasi publik tentang manfaat jangka panjang dari penghapusan subsidi fosil dan transisi ke energi terbarukan dapat meningkatkan penerimaan dan dukungan.
    • Transparansi Kebijakan: Meningkatkan transparansi dalam proses penghapusan subsidi dan penggunaan dana yang dihemat dapat membangun kepercayaan publik.
  3. Resistensi dari Industri
    • Inisiatif Kolaboratif: Melibatkan industri dalam dialog kebijakan dan mengembangkan insentif untuk mendukung transisi mereka ke energi terbarukan.
    • Skema Pembiayaan Inovatif: Mengembangkan skema pembiayaan inovatif seperti obligasi hijau dan pinjaman berbiaya rendah untuk mendukung investasi industri dalam teknologi energi bersih.

Penghapusan subsidi bahan bakar fosil di Indonesia membuka peluang besar untuk monetisasi dekarbonisasi melalui berbagai saluran seperti investasi dalam energi terbarukan, pembangunan infrastruktur hijau, dan penelitian serta pengembangan teknologi. Meskipun tantangan yang ada tidak dapat diabaikan, pendekatan bertahap dan strategi kompensasi yang tepat dapat memastikan transisi yang adil dan berkelanjutan. Dengan langkah-langkah yang tepat, Indonesia dapat mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, mengurangi emisi karbon, dan memperkuat posisi ekonomi nasional dalam pasar global yang semakin hijau.

Daftar Pustaka

  1. Coady, D., Parry, I., Sears, L., & Shang, B. (2017). How large are global fossil fuel subsidies? World Development, 91, 11-27.
  2. IEA (International Energy Agency). (2020). World Energy Outlook 2020. IEA Publications.
  3. Rentschler, J., & Bazilian, M. (2017). Reforming fossil fuel subsidies: Drivers, barriers and the state of progress. Climate Policy, 17(7), 891-914.
  4. Merrill, L., Harris, M., Casier, L., & Bassi, A. M. (2015). Fossil-fuel subsidy reform and the benefits of micro-economic reform. International Institute for Sustainable Development (IISD).
  5. Sovacool, B. K., & Andrews, N. (2020). Does transparency matter? Evaluating the governance impacts of the Extractive Industries Transparency Initiative (EITI) in Azerbaijan and Liberia. Resources Policy, 65, 101573.
  6. World Bank. (2014). Subsidy Reform and Delivery in Indonesia. World Bank Publications.
  7. International Renewable Energy Agency (IRENA). (2020). Renewable Power Generation Costs in 2019. IRENA Publications.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun