Mohon tunggu...
Syaiful Anwar
Syaiful Anwar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Cara asik belajar ilmu ekonomi www.unand.ac.id - www.eb.unand.ac.id https://bio.link/institutquran

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Ekonomi Kesehatan: Konsumsi atau Investasi?

18 Mei 2024   22:44 Diperbarui: 18 Mei 2024   22:47 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ekonomi kesehatan merupakan cabang ilmu ekonomi yang mempelajari alokasi sumber daya dalam sistem perawatan kesehatan dengan tujuan mencapai hasil kesehatan yang optimal. Teori ekonomi menyediakan kerangka kerja untuk memahami bagaimana keputusan ekonomi memengaruhi produksi, distribusi, dan konsumsi dalam konteks kesehatan.

Definisi ekonomi kesehatan mencakup analisis biaya dan manfaat dari intervensi kesehatan, evaluasi efisiensi sistem perawatan kesehatan, serta pemahaman terhadap insentif-insentif yang memengaruhi perilaku konsumen, penyedia layanan kesehatan, dan pembuat kebijakan. Ekonomi kesehatan juga melibatkan penelitian tentang pembayaran, pembiayaan, dan organisasi sistem perawatan kesehatan.

Ada beberapa jenis ekonomi kesehatan, termasuk ekonomi mikro dan makro kesehatan. Ekonomi mikro kesehatan mempelajari perilaku individu dan organisasi dalam pengambilan keputusan kesehatan, seperti pemilihan asuransi kesehatan, permintaan terhadap layanan kesehatan, dan penawaran layanan oleh rumah sakit dan dokter. Di sisi lain, ekonomi makro kesehatan mengkaji masalah-masalah kesehatan populasi secara keseluruhan, termasuk pembiayaan sistem kesehatan, distribusi sumber daya kesehatan, dan dampak kesehatan terhadap pertumbuhan ekonomi.

Bentuk ekonomi kesehatan meliputi analisis biaya-manfaat, analisis efisiensi, ekonomi perilaku, dan ekonomi pembangunan. Analisis biaya-manfaat digunakan untuk mengevaluasi apakah manfaat dari suatu intervensi kesehatan melebihi biayanya. Analisis efisiensi mempertimbangkan bagaimana sumber daya kesehatan dapat dialokasikan secara optimal untuk mencapai hasil kesehatan yang maksimal. 

Ekonomi perilaku menyoroti faktor-faktor ekonomi yang memengaruhi perilaku kesehatan individu, seperti insentif-asimetri informasi. Sedangkan ekonomi pembangunan menekankan pentingnya investasi jangka panjang dalam kesehatan manusia sebagai modal manusia yang penting bagi pembangunan ekonomi.

Urgensi ekonomi kesehatan sangat besar dalam konteks global saat ini. Pertumbuhan biaya kesehatan yang cepat, peningkatan beban penyakit kronis, dan masalah aksesibilitas terhadap layanan kesehatan menjadi tantangan yang membutuhkan pendekatan ekonomi yang cermat. Investasi dalam ekonomi kesehatan dapat membantu negara-negara untuk mengembangkan kebijakan kesehatan yang efektif, meningkatkan akses terhadap layanan kesehatan yang berkualitas, dan mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.

Dengan memanfaatkan prinsip-prinsip ekonomi kesehatan, kita dapat mengoptimalkan alokasi sumber daya kesehatan, meningkatkan efisiensi sistem perawatan kesehatan, dan memastikan bahwa semua individu memiliki akses yang adil dan terjangkau terhadap layanan kesehatan yang diperlukan.


Sejarah dan Perkembangan Ekonomi Kesehatan

Ekonomi kesehatan telah menjadi bidang studi yang penting dalam menggabungkan prinsip-prinsip ekonomi dengan masalah-masalah kesehatan. Sejarah ekonomi kesehatan dimulai pada abad ke-20, ketika ekonom mulai menyadari bahwa sistem perawatan kesehatan memiliki implikasi ekonomi yang signifikan.

Pada awalnya, fokus ekonomi kesehatan adalah pada analisis biaya dan manfaat dari intervensi medis. Salah satu kontribusi penting dalam perkembangan ekonomi kesehatan adalah karya Kenneth Arrow pada tahun 1963 tentang ketidakpastian dan ekonomi perawatan kesehatan. Arrow menyoroti karakteristik khusus dari pasar perawatan kesehatan yang membuatnya berbeda dari pasar lainnya, seperti adanya asimetri informasi antara dokter dan pasien.

Selanjutnya, pada tahun 1970-an, ekonomi kesehatan mulai memperluas cakupannya untuk mempertimbangkan aspek-aspek organisasi dan pembiayaan sistem perawatan kesehatan. Pada tahun 1990-an, terjadi peningkatan minat terhadap evaluasi ekonomi dalam konteks kebijakan kesehatan, dengan penekanan pada analisis biaya-manfaat dan analisis efisiensi.

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi juga memainkan peran penting dalam perkembangan ekonomi kesehatan modern. Pemanfaatan data kesehatan dan pengembangan model-model analisis ekonomi yang canggih telah memungkinkan peneliti untuk melakukan evaluasi yang lebih akurat terhadap intervensi kesehatan dan sistem perawatan kesehatan.

Saat ini, ekonomi kesehatan telah menjadi bidang studi yang matang dengan kontribusi yang signifikan terhadap kebijakan kesehatan dan praktik klinis. Penerapan prinsip-prinsip ekonomi, seperti insentif-asimetri informasi dan efisiensi alokasi sumber daya, telah membantu meningkatkan efektivitas dan efisiensi sistem perawatan kesehatan di berbagai negara.

Namun, tantangan-tantangan baru terus muncul, termasuk peningkatan biaya kesehatan, pertumbuhan penyakit kronis, dan masalah aksesibilitas terhadap layanan kesehatan. Oleh karena itu, penting bagi ekonom kesehatan untuk terus mengembangkan pendekatan yang inovatif dan adaptif dalam mengatasi masalah-masalah kesehatan yang kompleks ini.

Dengan pemahaman yang kuat tentang sejarah dan perkembangan ekonomi kesehatan, kita dapat menghargai kontribusi pentingnya dalam meningkatkan kesehatan masyarakat dan mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.

Pengeluaran dalam sektor kesehatan tidak lagi hanya dianggap sebagai pengeluaran konsumtif, melainkan sebagai investasi jangka panjang yang mempengaruhi stabilitas ekonomi suatu negara. Ekonomi kesehatan menggabungkan prinsip-prinsip ekonomi dengan aspek-aspek sistem perawatan kesehatan untuk mengoptimalkan alokasi sumber daya dalam mencapai hasil kesehatan yang maksimal.


Ekonomi Kesehatan: Konsumsi atau Investasi

Pertanyaan apakah kesehatan itu merupakan konsumsi atau investasi telah lama menjadi perdebatan dalam ekonomi kesehatan. Perspektif ekonomi menawarkan kerangka kerja yang menarik untuk menjelaskan aspek-aspek konsumsi dan investasi dalam kesehatan.

Dari sudut pandang teori konsumsi, kesehatan dapat dianggap sebagai salah satu jenis barang konsumsi. Individu mengalokasikan sebagian dari pendapatannya untuk memenuhi kebutuhan kesehatannya, seperti biaya konsultasi dokter, obat-obatan, dan layanan medis lainnya. Dalam hal ini, konsumsi kesehatan dianggap memberikan kepuasan langsung kepada individu, mirip dengan konsumsi barang-barang lainnya.

Namun, sudut pandang ini tidak sepenuhnya mencakup kompleksitas kesehatan sebagai investasi jangka panjang. Teori investasi ekonomi menyoroti bagaimana pengeluaran saat ini dapat menghasilkan manfaat di masa depan. Dalam konteks kesehatan, pengeluaran untuk perawatan kesehatan dapat dianggap sebagai investasi dalam modal manusia. Kesehatan yang baik tidak hanya meningkatkan kesejahteraan individu secara langsung, tetapi juga meningkatkan produktivitas, pendapatan, dan kualitas hidup di masa mendatang.

Salah satu teori yang relevan adalah model Grossman tentang investasi dalam kesehatan. Model ini menunjukkan bahwa individu secara rasional memilih untuk mengalokasikan sumber daya mereka antara konsumsi kesehatan dan konsumsi lainnya, serta antara kesehatan praventif dan kuratif, berdasarkan pada faktor-faktor seperti pendapatan, harga layanan kesehatan, dan preferensi individu terhadap kesehatan.

Investasi dalam kesehatan juga memiliki dampak eksternal yang penting bagi masyarakat secara keseluruhan. Dengan meningkatkan kesehatan populasi, investasi dalam sistem perawatan kesehatan dapat mengurangi beban penyakit, meningkatkan produktivitas tenaga kerja, dan mengurangi biaya jangka panjang bagi sistem kesehatan dan perekonomian secara keseluruhan.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kesehatan merupakan kombinasi dari konsumsi dan investasi dalam ekonomi kesehatan. Meskipun ada aspek-aspek konsumsi dalam pengeluaran untuk layanan kesehatan, ada juga aspek-aspek investasi yang penting dalam menciptakan modal manusia yang berkelanjutan dan meningkatkan kesejahteraan jangka panjang.

Dengan memahami kesehatan sebagai investasi, pemerintah dan pembuat kebijakan dapat merancang program-program yang mendukung akses terhadap perawatan kesehatan yang terjangkau, mendorong perilaku praventif, dan meningkatkan efisiensi dalam pengeluaran kesehatan untuk mencapai hasil kesehatan yang optimal bagi masyarakat.

Teori ekonomi perilaku menekankan pentingnya insentif dalam pengambilan keputusan kesehatan. Teori ini menyatakan bahwa individu cenderung membuat keputusan yang didasarkan pada analisis manfaat relatif terhadap biaya yang dikeluarkan. Dengan demikian, dalam konteks sistem perawatan kesehatan, penting untuk mempertimbangkan bagaimana menyusun insentif-insentif yang tepat agar individu cenderung melakukan perilaku-perilaku yang mendukung kesehatan mereka.

Dalam konteks kesehatan, insentif dapat berupa ganjaran atau hukuman yang memengaruhi perilaku individu terkait dengan kesehatan mereka. Contohnya adalah pola insentif dalam asuransi kesehatan, di mana tingkat premi atau co-payment dapat mempengaruhi keputusan individu untuk mencari perawatan medis atau menjaga kesehatan mereka dengan cara praventif.

Salah satu konsep penting dalam teori ekonomi perilaku adalah asimetri informasi, yang terjadi ketika satu pihak memiliki informasi yang lebih banyak atau lebih baik daripada pihak lain. Dalam konteks kesehatan, asimetri informasi antara dokter dan pasien dapat memengaruhi pengambilan keputusan. Misalnya, dokter memiliki pengetahuan medis yang lebih mendalam daripada pasien, sehingga mereka memiliki kekuatan untuk mempengaruhi keputusan pasien dengan memberikan informasi atau rekomendasi tertentu.

Namun, keputusan kesehatan juga dipengaruhi oleh faktor-faktor psikologis dan emosional, tidak hanya insentif finansial semata. Misalnya, individual cenderung memiliki bias optimisme palsu tentang kesehatan mereka sendiri, yang dapat mengakibatkan perilaku-perilaku yang kurang sehat. Selain itu, persepsi risiko dan preferensi personal juga memainkan peran dalam pengambilan keputusan kesehatan.

Dalam prakteknya, merancang insentif yang tepat dalam sistem perawatan kesehatan merupakan tantangan yang kompleks. Insentif yang dirancang dengan baik harus mempertimbangkan tidak hanya aspek finansial, tetapi juga psikologis dan sosial dari pengambilan keputusan kesehatan. Misalnya, sistem insentif yang mengkaitkan pembayaran dokter dengan kualitas hasil perawatan dapat mendorong pemberian perawatan yang berkualitas, tetapi juga dapat meningkatkan risiko overdiagnosis atau over-treatment.

Dalam kesimpulannya, teori ekonomi perilaku menekankan pentingnya insentif dalam pengambilan keputusan kesehatan. Namun, untuk merancang sistem insentif yang efektif, penting untuk memahami bahwa pengambilan keputusan kesehatan dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk asimetri informasi, bias psikologis, dan preferensi personal.

Pendekatan teori prinsipal dalam ekonomi kesehatan mengacu pada analisis hubungan antara prinsipal (biasanya pasien) dan agen (biasanya dokter atau penyedia layanan kesehatan) dalam konteks pengambilan keputusan medis. Teori ini mengasumsikan bahwa terdapat asimetri informasi di antara kedua pihak, di mana agen memiliki pengetahuan atau informasi yang lebih banyak daripada prinsipal.

Dalam kerangka teori prinsipal, agen (dokter atau penyedia layanan kesehatan) bertindak atas nama prinsipal (pasien) untuk menyediakan perawatan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan pasien. Namun, karena asimetri informasi, agen mungkin memiliki insentif yang berbeda dengan prinsipal, yang dapat mengarah pada terjadinya konflik kepentingan.

Salah satu kontribusi penting dari pendekatan teori prinsipal adalah identifikasi mekanisme yang dapat digunakan untuk mengurangi atau mengatasi konflik kepentingan dalam pengambilan keputusan medis. Misalnya, salah satu strategi yang sering digunakan adalah merancang sistem insentif yang mendorong agen untuk memprioritaskan kepentingan prinsipal. Contohnya adalah sistem pembayaran yang berbasis pada hasil atau kualitas perawatan, yang dapat mendorong agen untuk memberikan perawatan yang lebih efektif dan berkualitas.

Selain itu, penting juga untuk meningkatkan transparansi informasi dan pemberdayaan pasien dalam kerangka teori prinsipal. Dengan memperbaiki akses pasien terhadap informasi medis dan memberikan mereka peran yang lebih aktif dalam pengambilan keputusan kesehatan mereka sendiri, risiko konflik kepentingan antara pasien dan dokter dapat dikurangi.

Penerapan teori prinsipal dalam ekonomi kesehatan membantu memahami kompleksitas hubungan antara dokter dan pasien, serta menyediakan kerangka kerja untuk merancang kebijakan yang lebih efektif dalam meningkatkan kualitas perawatan kesehatan dan memastikan bahwa kepentingan pasien diutamakan dalam pengambilan keputusan medis.

Dengan demikian, pendekatan teori prinsipal memberikan kontribusi yang berharga dalam mengembangkan strategi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas sistem perawatan kesehatan, serta memastikan bahwa pasien mendapatkan perawatan yang terbaik sesuai dengan kebutuhan dan preferensi mereka.

Teori ini menyoroti masalah agen (dokter, rumah sakit) yang bertindak atas nama prinsipal (pasien) dan mungkin memiliki insentif yang berbeda. Misalnya, dokter dapat memiliki insentif untuk memberikan perawatan yang berlebihan karena mereka dibayar berdasarkan jumlah prosedur yang dilakukan. Oleh karena itu, penting untuk merancang sistem insentif yang memastikan bahwa kepentingan pasien diutamakan dalam pengambilan keputusan medis.

Investasi dalam sistem perawatan kesehatan yang berkelanjutan juga melibatkan pemahaman yang kuat tentang konsep efisiensi dalam alokasi sumber daya. Teori ekonomi kesehatan efisiensi mengacu pada upaya untuk mencapai hasil kesehatan maksimal dengan penggunaan sumber daya yang terbatas. Salah satu cara untuk meningkatkan efisiensi adalah melalui penerapan teknologi informasi dan komunikasi dalam manajemen data kesehatan. Dengan memanfaatkan data secara efektif, sistem perawatan kesehatan dapat mengidentifikasi pola-pola penyakit, menganalisis hasil perawatan, dan mengidentifikasi area-area di mana sumber daya dapat dialokasikan secara lebih efisien.


Investasi dalam sistem perawatan kesehatan yang berkelanjutan melibatkan pemahaman yang kuat tentang konsep efisiensi dalam alokasi sumber daya. Efisiensi dalam alokasi sumber daya kesehatan mengacu pada upaya untuk mencapai hasil kesehatan yang maksimal dengan menggunakan sumber daya yang terbatas dengan cara yang paling efektif.

Salah satu aspek penting dari efisiensi adalah pengelolaan biaya. Dalam konteks sistem perawatan kesehatan, pengelolaan biaya yang efisien melibatkan penggunaan sumber daya finansial, fisik, dan manusia secara bijaksana untuk memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas. Ini termasuk penghematan biaya di berbagai bidang, seperti pengadaan obat-obatan dan peralatan medis, pengelolaan inventaris, dan efisiensi operasional dalam penyediaan layanan.

Selain itu, efisiensi juga mencakup penggunaan teknologi dan inovasi dalam meningkatkan kualitas dan aksesibilitas layanan kesehatan. Pengembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah membantu meningkatkan efisiensi dalam pengelolaan data pasien, diagnosis penyakit, dan penyampaian layanan kesehatan jarak jauh. Implementasi sistem informasi manajemen yang canggih juga dapat membantu meningkatkan koordinasi perawatan antara berbagai penyedia layanan kesehatan.

Pengambilan keputusan yang didasarkan pada bukti juga merupakan elemen kunci dari efisiensi dalam sistem perawatan kesehatan. Menggunakan data dan penelitian yang ada untuk mendukung keputusan klinis dan kebijakan dapat membantu mengidentifikasi intervensi kesehatan yang paling efektif dan memberikan manfaat maksimal bagi populasi yang dilayani.

Selain itu, pengembangan kebijakan yang didasarkan pada prinsip ekonomi, seperti mekanisme pembayaran yang berbasis pada hasil, juga dapat meningkatkan efisiensi dalam sistem perawatan kesehatan. Sistem pembayaran yang dirancang dengan baik dapat memberikan insentif kepada penyedia layanan kesehatan untuk memberikan perawatan yang berkualitas dan efisien, sambil mengurangi pemborosan dan pemanfaatan yang tidak tepat.

Dengan demikian, investasi dalam sistem perawatan kesehatan yang berkelanjutan memerlukan pemahaman yang kuat tentang konsep efisiensi dalam alokasi sumber daya. Dengan meningkatkan efisiensi, kita dapat memastikan bahwa setiap dolar yang diinvestasikan dalam kesehatan memberikan hasil kesehatan yang maksimal bagi masyarakat, sambil menciptakan sistem perawatan kesehatan yang berkelanjutan dan tangguh.

Selain itu, teori ekonomi kesehatan pembangunan menyoroti pentingnya investasi jangka panjang dalam infrastruktur kesehatan. Infrastruktur yang memadai, seperti fasilitas kesehatan yang modern dan terjangkau, dapat meningkatkan aksesibilitas layanan kesehatan bagi masyarakat. Hal ini penting untuk mengurangi disparitas dalam akses terhadap perawatan kesehatan antara wilayah perkotaan dan pedesaan, serta antara kelompok sosial ekonomi yang berbeda.
Selain itu, teori ekonomi kesehatan pembangunan menyoroti pentingnya investasi jangka panjang dalam infrastruktur kesehatan. Teori ini mengakui bahwa pembangunan kesehatan merupakan fondasi yang penting bagi pembangunan ekonomi dan sosial yang berkelanjutan di suatu negara.

Investasi dalam infrastruktur kesehatan mencakup pembangunan dan pemeliharaan fasilitas kesehatan, pengembangan sumber daya manusia di bidang kesehatan, serta investasi dalam teknologi dan inovasi dalam layanan kesehatan. Infrastruktur kesehatan yang baik memainkan peran kunci dalam meningkatkan aksesibilitas, kualitas, dan efisiensi layanan kesehatan, yang pada gilirannya dapat meningkatkan kesehatan masyarakat secara keseluruhan.

Salah satu aspek penting dari investasi dalam infrastruktur kesehatan adalah pembangunan fasilitas kesehatan yang memadai, termasuk rumah sakit, pusat kesehatan masyarakat, dan fasilitas pelayanan primer. Fasilitas kesehatan yang memadai dan terjangkau adalah kunci untuk memberikan layanan kesehatan yang berkualitas kepada seluruh populasi, terutama di daerah-daerah yang terpencil atau kurang berkembang.

Investasi dalam sumber daya manusia di bidang kesehatan juga merupakan bagian penting dari pembangunan kesehatan jangka panjang. Ini mencakup pelatihan dan pendidikan bagi para profesional kesehatan, seperti dokter, perawat, dan tenaga medis lainnya, serta upaya untuk meningkatkan kapasitas sistem kesehatan dalam mengelola dan mengkoordinasikan sumber daya manusia ini.

Selain itu, investasi dalam teknologi dan inovasi dalam layanan kesehatan dapat membantu meningkatkan efisiensi, akurasi, dan kualitas perawatan kesehatan. Pengembangan sistem informasi kesehatan yang canggih, penggunaan teknologi telemedicine, dan pemanfaatan kecerdasan buatan dalam diagnosis penyakit adalah contoh investasi dalam teknologi yang dapat meningkatkan akses dan kualitas layanan kesehatan.

Pentingnya investasi jangka panjang dalam infrastruktur kesehatan tidak hanya terkait dengan kesehatan masyarakat, tetapi juga memiliki dampak ekonomi yang luas. Investasi dalam kesehatan dapat meningkatkan produktivitas tenaga kerja, mengurangi beban penyakit yang mencegah produktivitas, dan meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan, yang pada gilirannya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Dengan demikian, teori ekonomi kesehatan pembangunan menekankan pentingnya investasi jangka panjang dalam infrastruktur kesehatan sebagai fondasi bagi pembangunan ekonomi dan sosial yang berkelanjutan di suatu negara. Investasi ini tidak hanya memperbaiki kesehatan masyarakat secara keseluruhan, tetapi juga berkontribusi pada kemakmuran dan kesejahteraan jangka panjang bagi seluruh populasi.

Dalam konteks global, ekonomi kesehatan juga menekankan pentingnya kerjasama internasional dalam mengatasi tantangan kesehatan global, seperti pandemi. Teori ekonomi internasional menunjukkan bahwa perdagangan barang dan jasa kesehatan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak dengan memungkinkan transfer teknologi dan pengetahuan, serta mengurangi disparitas dalam ketersediaan obat-obatan dan peralatan medis.

Investasi dalam sistem perawatan kesehatan yang berkelanjutan adalah kunci untuk mencapai hasil kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Dengan memanfaatkan prinsip-prinsip ekonomi kesehatan, kita dapat merancang kebijakan dan program-program yang memastikan alokasi sumber daya yang efisien, insentif-insentif yang tepat, dan kerjasama internasional yang diperlukan untuk meningkatkan kesehatan global.

Referensi:

  • Arrow, K. J. (1963). Uncertainty and the welfare economics of medical care. The American Economic Review, 53(5), 941-973.
  • Brouwer, W., & van Baal, P. (2018). The evaluation of health care programs from an economic perspective. In Handbook of research methods and applications in health economics (pp. 145-166). Edward Elgar Publishing.
  • Culyer, A. J. (Ed.). (2016). Encyclopedia of health economics. Elsevier.
  • Culyer, A. J., & Newhouse, J. P. (Eds.). (2000). Handbook of health economics (Vol. 1). Elsevier.
  • Cutler, D. M. (2002). Health care and the public sector. In Handbook of public economics (Vol. 4, pp. 2143-2243). Elsevier.
  • Cutler, D. M., & Richardson, E. (2018). The value of health: 2000 to 2050. Health Affairs, 37(4), 704-711.
  • Folland, S., Goodman, A. C., & Stano, M. (2017). The economics of health and health care. Routledge.
  • Fuchs, V. R. (2019). The contribution of health economics to health. In Handbook of health economics (Vol. 2, pp. 1-59). Elsevier.
  • Grossman, M. (1972). On the concept of health capital and the demand for health. Journal of Political Economy, 80(2), 223-255.
  • Jamison, D. T., et al. (Eds.). (2017). Disease control priorities: improving health and reducing poverty. World Bank Publications.
  • McGuire, T. G. (2000). Physician agency. In Handbook of health economics (Vol. 1, pp. 461-536). Elsevier.
  • Newhouse, J. P. (2006). Medical care costs: how much welfare loss? Journal of Economic Perspectives, 6(3), 3-21.
  • Rice, T., & Smith, P. C. (Eds.). (2019). The Economics of Health Reconsidered (Vol. 2). Springer.
  • Smith, P. C., & Chalkidou, K. (Eds.). (2017). Health economics and policy challenges in global emerging markets. Springer.
  • World Health Organization. (2021). Global spending on health: A world in transition. WHO.
  • World Health Organization. (2021). World Health Statistics 2021: A visual summary. WHO.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun