Selain kerugian produktivitas, kemacetan lalu lintas juga berdampak pada konsumsi bahan bakar. Menurut studi oleh Institut Transportasi Texas, kemacetan lalu lintas di Amerika Serikat menyebabkan lebih dari 3 miliar galon bahan bakar terbuang setiap tahunnya. Di tingkat global, angka ini bahkan lebih mengerikan.
 Kenaikan konsumsi bahan bakar ini memiliki konsekuensi langsung pada ekonomi. Pertama-tama, meningkatnya permintaan bahan bakar dapat menyebabkan lonjakan harga, yang pada gilirannya akan meningkatkan biaya operasional bagi individu dan perusahaan. Di samping itu, lebih banyak bahan bakar yang terbakar juga berarti lebih banyak emisi gas rumah kaca dan polusi udara, yang memiliki dampak negatif pada kesehatan masyarakat dan biaya perawatan kesehatan.
 Dari perspektif ekonomi mikro, peningkatan konsumsi bahan bakar juga berarti bahwa individu dan perusahaan memiliki lebih sedikit uang yang tersedia untuk dikonsumsi atau diinvestasikan ke dalam hal-hal yang lebih produktif. Setiap dolar yang dihabiskan untuk membeli bahan bakar adalah dolar yang tidak dapat digunakan untuk hal-hal seperti pendidikan, kesehatan, atau inovasi teknologi.
 Kemacetan Lebaran menyebabkan peningkatan signifikan dalam konsumsi bahan bakar minyak. Selama musim mudik, jutaan kendaraan memadati jalan-jalan menuju destinasi mereka, mengakibatkan pergerakan yang lambat dan sering kali terhenti di tengah jalan. Kendaraan yang terjebak dalam kemacetan cenderung menghabiskan lebih banyak bahan bakar minyak karena mesin kendaraan bekerja lebih lama dalam kondisi idle atau berjalan pada kecepatan rendah.
 Data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menunjukkan bahwa selama periode mudik dan arus balik Lebaran, konsumsi bahan bakar minyak di beberapa wilayah meningkat hingga 30-40% dibandingkan dengan bulan-bulan biasa. Peningkatan konsumsi ini tidak hanya berdampak pada anggaran pribadi pengendara, tetapi juga memiliki konsekuensi ekonomi yang lebih luas.
 Analisis Teori Ekonomi
 Dari perspektif ilmu ekonomi, peningkatan konsumsi bahan bakar minyak selama kemacetan Lebaran dapat dijelaskan dengan konsep elastisitas harga permintaan. Permintaan akan bahan bakar minyak menjadi kurang elastis selama periode ini karena mobilitas masyarakat menjadi kurang fleksibel. Masyarakat yang merencanakan perjalanan jauh ke kampung halaman atau destinasi liburan cenderung tidak dapat menghindari kenaikan harga bahan bakar minyak meskipun harga tersebut meningkat.
 Selain itu, dari sudut pandang teori ekonomi mikro, pengendara yang terjebak dalam kemacetan Lebaran dihadapkan pada biaya tambahan yang tidak direncanakan sebelumnya. Biaya tambahan ini, yang terdiri dari biaya bahan bakar minyak ekstra dan waktu yang terbuang sia-sia, menciptakan beban finansial tambahan bagi masyarakat, yang pada gilirannya dapat mengurangi daya beli mereka untuk barang dan jasa lainnya.
 Implikasi Ekonomi
 Peningkatan konsumsi bahan bakar minyak akibat kemacetan Lebaran memiliki dampak ekonomi yang signifikan. Pertama, peningkatan biaya bahan bakar minyak dapat mengurangi daya beli masyarakat secara keseluruhan. Ketika sebagian besar anggaran keluarga dialokasikan untuk biaya transportasi tambahan, sisa uang untuk kebutuhan lainnya menjadi terbatas, menghambat pertumbuhan konsumsi domestik dan menyebabkan ketidakstabilan ekonomi mikro.
 Selain itu, peningkatan konsumsi bahan bakar minyak juga berkontribusi pada tekanan inflasi secara keseluruhan. Kenaikan harga bahan bakar minyak dapat menyebabkan kenaikan harga barang dan jasa lainnya, menyebabkan inflasi yang lebih tinggi. Inflasi yang tinggi dapat mengurangi daya beli masyarakat, menghambat pertumbuhan ekonomi, dan menciptakan ketidakstabilan ekonomi makro secara keseluruhan.