Negara-negara yang masih berkembang dalam pemanfaatan Blockchain dan Cryptocurrency sebagai pilar pertumbuhan ekonomi inklusif:
- Indonesia: Indonesia memiliki potensi besar untuk memanfaatkan teknologi blockchain dan cryptocurrency sebagai pilar pertumbuhan ekonomi inklusif, namun masih dalam tahap pengembangan yang lebih awal. Meskipun ada minat yang meningkat dari pihak-pihak terkait, seperti regulator, perusahaan, dan masyarakat, tantangan seperti kebijakan yang belum jelas, regulasi yang belum matang, dan literasi teknologi yang rendah masih menjadi hambatan bagi adopsi yang lebih luas.
- Nigeria: Nigeria adalah salah satu negara di Afrika yang memiliki ekosistem blockchain yang berkembang, tetapi masih menghadapi beberapa tantangan dalam pemanfaatannya untuk pertumbuhan ekonomi inklusif. Tantangan seperti akses terbatas ke internet, regulasi yang belum jelas, dan tingkat literasi keuangan yang rendah di beberapa daerah menjadi hambatan dalam memanfaatkan potensi blockchain dan cryptocurrency secara penuh.
Dalam kesimpulan, negara-negara yang berhasil memanfaatkan blockchain dan cryptocurrency sebagai pilar pertumbuhan ekonomi inklusif memiliki keunggulan dalam regulasi yang progresif, inovasi teknologi, dan dukungan dari berbagai pihak terkait. Sementara itu, negara-negara yang masih berkembang dalam pemanfaatan teknologi ini membutuhkan upaya lebih lanjut untuk mengatasi tantangan seperti regulasi yang belum matang, literasi teknologi yang rendah, dan infrastruktur yang terbatas. Dengan peningkatan kesadaran, kerja sama antara sektor publik dan swasta, serta pengembangan regulasi yang sesuai, blockchain dan cryptocurrency memiliki potensi untuk menjadi alat yang kuat dalam mendorong pertumbuhan ekonomi inklusif di seluruh dunia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H