Mohon tunggu...
Syaiful Anwar
Syaiful Anwar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Cara asik belajar ilmu ekonomi www.unand.ac.id- www.eb.unand.ac.id https://bio.link/institutquran

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Pertumbuhan Ekonomi Inklusif, Ketersediaan dan Kualitas Komoditi Pertanian (109)

22 Februari 2024   08:58 Diperbarui: 22 Februari 2024   08:58 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Pemerintah Jepang telah memberikan dukungan kuat kepada petani dengan menyediakan bantuan teknis, subsidi, dan insentif untuk mendorong penggunaan teknologi pertanian yang canggih. Teknologi ini termasuk sistem irigasi otomatis, penggunaan robot dalam pertanian, dan pengendalian mutu yang ketat untuk memastikan kualitas produk. Selain itu, Jepang juga aktif dalam mengembangkan pasar untuk produk organik dan makanan fungsional, yang meningkatkan nilai tambah bagi petani dan meningkatkan daya saing mereka di pasar global.

Dengan fokus pada kualitas dan inovasi, Jepang telah berhasil menciptakan rantai pasokan pertanian yang efisien dan inklusif. Hal ini telah memberikan manfaat ekonomi kepada petani kecil dan besar serta mendukung pertumbuhan ekonomi secara menyeluruh.

Negara yang Belum Berhasil: Nigeria. Nigeria adalah contoh negara yang menghadapi tantangan dalam menjadikan ketersediaan dan kualitas komoditi pertanian sebagai pilar pertumbuhan ekonomi inklusif. Meskipun memiliki sumber daya alam dan potensi pertanian yang besar, Nigeria masih mengalami masalah serius dalam hal ketersediaan dan kualitas produk pertaniannya.

Faktor-faktor seperti kurangnya investasi dalam infrastruktur pertanian, rendahnya akses petani ke teknologi modern, dan kurangnya kebijakan yang mendukung pertanian berkelanjutan telah menghambat kemajuan sektor pertanian Nigeria. Akibatnya, produktivitas rendah dan kualitas produk yang buruk telah menghambat kemampuan Nigeria untuk bersaing di pasar global dan mencapai pertumbuhan ekonomi inklusif di tingkat domestik.

Korupsi, konflik agraria, dan kurangnya koordinasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sipil juga menjadi hambatan dalam membangun rantai pasokan pertanian yang inklusif dan berkelanjutan. Oleh karena itu, Nigeria perlu melakukan reformasi yang mendalam dalam kebijakan pertanian, investasi infrastruktur, dan pengembangan kapasitas petani untuk meningkatkan ketersediaan dan kualitas komoditi pertaniannya serta mendorong pertumbuhan ekonomi inklusif.

Indonesia, sebagai negara agraris dengan populasi yang besar, memiliki potensi besar untuk mengembangkan sektor pertaniannya sebagai pilar pertumbuhan ekonomi inklusif. Ketersediaan dan kualitas komoditi pertanian memainkan peran kunci dalam mencapai tujuan ini. Dalam esai ini, kami akan mengeksplorasi bagaimana ketersediaan dan kualitas komoditi pertanian dapat menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi inklusif di Indonesia.

Salah satu aspek penting dari ketersediaan komoditi pertanian di Indonesia adalah diversifikasi produk pertanian. Negara ini memiliki keragaman geografis dan iklim yang memungkinkannya untuk menghasilkan berbagai macam komoditas pertanian, mulai dari padi, kopi, kelapa sawit, hingga rempah-rempah. Diversifikasi ini memberikan peluang bagi petani untuk meningkatkan pendapatan mereka dan menciptakan lapangan kerja baru di sektor pertanian. Selain itu, diversifikasi juga meningkatkan ketahanan pangan negara dan mengurangi ketergantungan pada impor.

Kualitas komoditi pertanian juga penting untuk meningkatkan daya saing produk Indonesia di pasar global. Standar kualitas yang tinggi dapat membantu produk pertanian Indonesia memasuki pasar internasional dan bersaing dengan produk dari negara-negara lain. Misalnya, kopi Arabika dari daerah seperti Aceh dan Toraja dikenal karena kualitasnya yang superior dan telah mendapatkan pengakuan di pasar global. Demikian pula, produk organik dan berkelanjutan semakin diminati oleh konsumen dunia yang peduli lingkungan, dan Indonesia memiliki potensi besar dalam mengembangkan sektor pertanian organik.

Namun, tantangan besar yang dihadapi Indonesia dalam mencapai ketersediaan dan kualitas komoditi pertanian yang memadai adalah kesenjangan antara petani kecil dan besar, serta antara wilayah yang maju dan tertinggal. Petani kecil sering kali memiliki akses terbatas ke modal, teknologi, dan pasar, yang menghambat kemampuan mereka untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil pertanian mereka. Oleh karena itu, pemerintah perlu mengadopsi kebijakan yang mendukung inklusi petani kecil, seperti penyediaan akses ke kredit, pelatihan teknis, dan infrastruktur pertanian yang memadai.

Selain itu, peningkatan investasi dalam riset dan pengembangan pertanian juga penting untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas komoditi pertanian di Indonesia. Inovasi dalam teknologi pertanian, termasuk penggunaan drone untuk pemantauan tanaman, sistem irigasi yang efisien, dan varietas tanaman unggul yang tahan terhadap cuaca ekstrem, dapat membantu meningkatkan hasil dan kualitas produk pertanian.

Dalam konteks ekonomi inklusif, penting untuk memastikan bahwa manfaat dari pertumbuhan sektor pertanian didistribusikan secara adil di seluruh masyarakat. Hal ini melibatkan pembangunan infrastruktur yang memadai, akses ke layanan pendidikan dan kesehatan, serta pelatihan keterampilan bagi masyarakat pedesaan. Dengan cara ini, pertumbuhan ekonomi di sektor pertanian tidak hanya akan menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan petani, tetapi juga akan memperkuat basis ekonomi masyarakat pedesaan secara keseluruhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun