Mohon tunggu...
Syaiful Anwar
Syaiful Anwar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Cara asik belajar ilmu ekonomi www.unand.ac.id- www.eb.unand.ac.id https://bio.link/institutquran

Selanjutnya

Tutup

Money

Pertumbuhan Ekonomi Inklusif ; KUB Pariwisata (89)

19 Februari 2024   15:42 Diperbarui: 19 Februari 2024   15:43 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pariwisata telah lama diakui sebagai salah satu sektor ekonomi yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja. Namun, untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang inklusif, di mana manfaatnya dapat dirasakan oleh semua lapisan masyarakat, dibutuhkan pendekatan yang berkelanjutan dan berorientasi pada kolaborasi. Salah satu model yang menjanjikan untuk mencapai hal ini adalah melalui pembentukan kelompok usaha bersama di bidang pariwisata.

Kelompok usaha bersama (KUB) adalah sebuah entitas di mana sekelompok individu, seringkali dari lapisan masyarakat yang kurang mampu, bergabung untuk melakukan usaha bersama dengan memanfaatkan sumber daya yang ada. Dalam konteks pariwisata, KUB dapat membantu memperkuat partisipasi ekonomi masyarakat lokal, terutama di daerah-daerah yang memiliki potensi pariwisata yang belum tergarap sepenuhnya.

Salah satu keuntungan utama dari pendekatan KUB adalah inklusivitasnya. Dengan melibatkan masyarakat lokal, termasuk kelompok yang kurang mampu secara ekonomi, KUB dapat membantu mengurangi kesenjangan ekonomi antara mereka yang mendapat manfaat langsung dari industri pariwisata dan mereka yang tidak. Dengan cara ini, pertumbuhan ekonomi yang dihasilkan oleh sektor pariwisata dapat lebih merata dan berkelanjutan.

Selain itu, KUB juga memungkinkan untuk memanfaatkan pengetahuan lokal dan budaya untuk meningkatkan daya tarik pariwisata suatu daerah. Melalui promosi dan pengembangan produk dan layanan pariwisata yang unik dan autentik, KUB dapat membantu membedakan destinasi pariwisata dari yang lain, sehingga menarik lebih banyak wisatawan dan meningkatkan pendapatan.

Namun, untuk berhasil, pembentukan dan operasionalisasi KUB membutuhkan dukungan yang kuat dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan sektor swasta. Pemerintah dapat memberikan bantuan dalam bentuk pelatihan, pendanaan, dan fasilitasi regulasi yang mendukung pembentukan dan operasionalisasi KUB. Lembaga swadaya masyarakat dapat membantu dengan memberikan pendampingan dan akses ke sumber daya tambahan. Sementara itu, sektor swasta dapat berperan dalam memberikan pelatihan bisnis, akses pasar, dan investasi modal.

Selain itu, untuk memastikan keberlanjutan KUB, penting untuk memperhatikan aspek-aspek manajemen dan kepemimpinan. Keterlibatan masyarakat dalam pengambilan keputusan, pembagian tanggung jawab yang adil, dan transparansi dalam manajemen keuangan merupakan faktor kunci untuk memastikan kesuksesan jangka panjang KUB.

Dalam era globalisasi dan teknologi, KUB di bidang pariwisata juga dapat memanfaatkan platform digital untuk meningkatkan visibilitas mereka dan mencapai pasar yang lebih luas. Melalui pemasaran online, reservasi, dan layanan pelanggan digital, KUB dapat memperluas jangkauan mereka tanpa perlu bergantung pada infrastruktur fisik yang mahal.

Secara keseluruhan, kelompok usaha bersama di bidang pariwisata menjanjikan sebagai model yang efektif untuk mendorong pertumbuhan ekonomi inklusif. Dengan melibatkan masyarakat lokal, memanfaatkan sumber daya lokal, dan memperkuat identitas dan keunikan budaya suatu daerah, KUB dapat menjadi motor penggerak bagi pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dan merata. Namun, untuk mencapai potensinya sepenuhnya, diperlukan komitmen dan kolaborasi yang kuat dari semua pihak terkait.


Definisi Kelompok Usaha Bersama (KUB) di Bidang Pariwisata:

Kelompok Usaha Bersama (KUB) di bidang pariwisata merujuk pada entitas di mana sekelompok individu atau komunitas lokal bergabung untuk melakukan usaha bersama dalam sektor pariwisata. Tujuan utama KUB adalah untuk meningkatkan partisipasi ekonomi masyarakat lokal, terutama yang kurang mampu, serta mempromosikan pertumbuhan ekonomi yang inklusif di daerah tersebut.

Jenis-jenis KUB di Bidang Pariwisata:

  1. Kooperatif Wisata: Merupakan jenis KUB di mana para pelaku pariwisata lokal, seperti pemilik homestay, pedagang lokal, atau penyedia jasa transportasi, bergabung untuk memperkuat jaringan bisnis mereka. Mereka dapat saling mendukung dalam pemasaran, promosi, dan pengembangan produk pariwisata yang berkelanjutan.
  2. Klaster Pariwisata: Klaster pariwisata adalah KUB yang terdiri dari berbagai pihak yang terlibat dalam industri pariwisata di suatu destinasi tertentu, termasuk hotel, restoran, atraksi wisata, dan agen perjalanan. Mereka bekerja sama untuk meningkatkan daya saing destinasi tersebut melalui kerjasama dalam promosi, pengembangan infrastruktur, dan meningkatkan kualitas layanan.
  3. Komunitas Pariwisata Berbasis Desa: Jenis KUB ini melibatkan masyarakat lokal di desa-desa atau wilayah pedesaan yang memiliki potensi pariwisata yang belum tergarap sepenuhnya. Masyarakat lokal bergabung untuk mengembangkan dan mempromosikan atraksi pariwisata yang unik di wilayah mereka, seperti wisata budaya, kuliner lokal, atau ekowisata.

Bentuk-bentuk KUB di Bidang Pariwisata:

  1. Asosiasi atau Organisasi Non-Profit: KUB dapat berbentuk asosiasi atau organisasi non-profit yang dibentuk untuk mewakili kepentingan bersama para pelaku pariwisata lokal. Mereka dapat memberikan pelatihan, advokasi, dan bantuan teknis kepada anggotanya.
  2. Kemitraan Usaha Bersama: Beberapa KUB dapat memilih untuk membentuk kemitraan usaha bersama di mana keuntungan dan risiko dibagi secara adil di antara anggotanya. Kemitraan ini dapat membantu memperkuat kerjasama antar-pelaku pariwisata dalam pengembangan produk dan layanan.
  3. Klub atau Forum Bisnis: KUB juga bisa berbentuk klub atau forum bisnis di mana para pelaku pariwisata lokal berkumpul secara teratur untuk bertukar informasi, pengalaman, dan peluang bisnis. Ini memungkinkan terciptanya jejaring yang kuat di antara anggotanya.

Contoh Kelompok Usaha Bersama di Bidang Pariwisata:

  1. Kooperatif Homestay di Bali: Sejumlah pemilik homestay di Bali membentuk kooperatif untuk saling mendukung dalam pemasaran online, pengelolaan reservasi, dan peningkatan kualitas layanan. Mereka bekerja sama untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan ekonomi bersama.
  2. Klaster Pariwisata Borobudur: Di sekitar Candi Borobudur, terdapat klaster pariwisata yang terdiri dari hotel, restoran, pedagang lokal, dan pemandu wisata. Mereka bekerja sama dalam pengembangan paket wisata, promosi bersama, dan pemeliharaan lingkungan untuk meningkatkan daya tarik destinasi tersebut.
  3. Komunitas Pariwisata Berbasis Desa di Tana Toraja: Masyarakat lokal di Tana Toraja membentuk komunitas pariwisata untuk mengembangkan dan mempromosikan warisan budaya dan alam mereka kepada wisatawan. Mereka mengorganisir acara budaya, pelatihan untuk pemandu wisata lokal, dan proyek pengembangan infrastruktur pariwisata.


Contoh Negara yang Sudah Berhasil:

  1. Thailand: Thailand adalah contoh negara yang telah berhasil menjadikan kelompok usaha bersama di bidang pariwisata sebagai pilar pertumbuhan ekonomi inklusif. Program-program seperti "Community-Based Tourism" telah sukses melibatkan masyarakat lokal, terutama di daerah pedesaan, dalam industri pariwisata. Melalui pembentukan kelompok usaha bersama, masyarakat lokal dapat memanfaatkan sumber daya alam dan budaya mereka untuk menghasilkan pendapatan tambahan, sehingga mengurangi kemiskinan dan kesenjangan ekonomi.

Contoh Negara yang Belum Berhasil:

  1. Indonesia: Meskipun Indonesia memiliki potensi besar dalam industri pariwisata, namun pemanfaatan kelompok usaha bersama sebagai pilar pertumbuhan ekonomi inklusif masih belum mencapai potensinya sepenuhnya. Meskipun ada beberapa inisiatif komunitas pariwisata berbasis desa, seperti di Bali atau Tana Toraja, namun masih ada kendala-kendala seperti kurangnya akses terhadap modal, kurangnya pelatihan keterampilan, dan kurangnya dukungan dari pemerintah dalam hal regulasi dan infrastruktur. Oleh karena itu, meskipun terdapat potensi yang besar, masih diperlukan upaya lebih lanjut untuk meningkatkan peran kelompok usaha bersama dalam mendukung pertumbuhan ekonomi inklusif di sektor pariwisata di Indonesia.

Contoh lainnya;

Contoh Negara yang Sudah Berhasil:

  1. Costa Rica: Costa Rica adalah contoh negara yang telah berhasil menjadikan kelompok usaha bersama di bidang pariwisata sebagai pilar pertumbuhan ekonomi inklusif. Negara ini telah mengembangkan model pariwisata berkelanjutan yang melibatkan komunitas lokal secara aktif. Program-program seperti "Community-Based Tourism" telah berhasil mendorong partisipasi ekonomi masyarakat lokal di bidang pariwisata. Melalui pembentukan kelompok usaha bersama, masyarakat lokal di Costa Rica dapat mengelola homestay, tur lokal, dan aktivitas lainnya, sehingga meningkatkan pendapatan mereka dan mengurangi kemiskinan di daerah-daerah pedesaan.

Argumentasi:

  • Costa Rica telah berhasil dalam mengadopsi model pariwisata berkelanjutan yang melibatkan masyarakat lokal secara langsung, sehingga membantu mengurangi kesenjangan ekonomi antara kota dan pedesaan.
  • Melalui pembentukan kelompok usaha bersama, masyarakat lokal dapat memiliki kontrol atas pengelolaan sumber daya alam dan budaya mereka sendiri, sehingga meningkatkan keberlanjutan lingkungan dan budaya.
  • Program-program seperti homestay dan tur lokal memberikan kesempatan bagi masyarakat lokal untuk terlibat secara langsung dalam industri pariwisata, sehingga meningkatkan kesejahteraan ekonomi mereka.

Contoh Negara yang Belum Berhasil:

  1. India: India adalah contoh negara yang belum sepenuhnya berhasil menjadikan kelompok usaha bersama di bidang pariwisata sebagai pilar pertumbuhan ekonomi inklusif. Meskipun India memiliki potensi besar dalam pariwisata, terutama dengan keberagaman budaya dan alamnya yang kaya, namun masih banyak tantangan yang menghambat partisipasi ekonomi masyarakat lokal secara inklusif di sektor pariwisata.

Argumentasi:

  • Meskipun ada beberapa inisiatif untuk mengembangkan pariwisata berbasis komunitas, seperti homestay dan tur lokal, namun masih terdapat kesenjangan antara daerah pariwisata yang maju dan daerah-daerah pedesaan yang kurang berkembang.
  • Masih ada kendala-kendala seperti kurangnya akses terhadap modal dan pelatihan keterampilan, serta kurangnya dukungan dari pemerintah dalam hal regulasi dan infrastruktur, yang menghambat pertumbuhan kelompok usaha bersama di bidang pariwisata.
  • Peningkatan investasi dan dukungan dari pemerintah serta pemangku kepentingan lainnya diperlukan untuk membantu mempercepat partisipasi ekonomi masyarakat lokal dalam industri pariwisata di India secara inklusif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun