Mohon tunggu...
Syaiful Anwar
Syaiful Anwar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Cara asik belajar ilmu ekonomi www.unand.ac.id - www.eb.unand.ac.id https://bio.link/institutquran

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Pertumbuhan Ekonomi Inklusif, Produktivitas Tenaga Kerja (74)

18 Februari 2024   11:40 Diperbarui: 18 Februari 2024   11:40 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Peningkatan produktivitas tenaga kerja berpotensi mendukung pertumbuhan ekonomi inklusif dengan beberapa cara. Pertama, peningkatan produktivitas dapat menciptakan peluang kerja yang lebih baik, terutama untuk kelompok yang rentan seperti kaum muda, perempuan, dan minoritas. Melalui investasi dalam pendidikan dan pelatihan, mereka dapat mengembangkan keterampilan yang diperlukan untuk berpartisipasi dalam ekonomi yang berkembang pesat.

Peningkatan produktivitas dapat mendorong inklusi keuangan dengan memberikan akses lebih luas terhadap modal bagi pelaku usaha kecil dan menengah. Dengan teknologi keuangan yang inovatif, seperti layanan perbankan digital, individu dan bisnis kecil dapat mengakses layanan keuangan yang sebelumnya tidak terjangkau, memungkinkan mereka untuk mengembangkan usaha mereka dan meningkatkan kesejahteraan ekonomi.

Selain itu, peningkatan produktivitas tenaga kerja juga dapat mengarah pada distribusi yang lebih merata dari manfaat ekonomi. Ketika ekonomi tumbuh secara inklusif, kesenjangan ekonomi dapat diperkecil, dan lebih banyak individu dan kelompok memiliki akses terhadap keuntungan ekonomi. Ini tidak hanya menciptakan masyarakat yang lebih stabil secara sosial, tetapi juga menciptakan pasar yang lebih kuat dan berkelanjutan.

Meskipun demikian, tantangan besar masih ada dalam upaya meningkatkan produktivitas tenaga kerja untuk pertumbuhan ekonomi inklusif. Salah satunya adalah ketidaksetaraan dalam akses terhadap peluang ekonomi dan pendidikan. Untuk mengatasi tantangan ini, diperlukan kebijakan yang mendukung, termasuk investasi dalam pendidikan yang merata, pembangunan infrastruktur yang inklusif, dan dukungan untuk inovasi dan kewirausahaan.

Dengan demikian, peningkatan produktivitas tenaga kerja dapat menjadi pendorong utama bagi pertumbuhan ekonomi inklusif. Melalui investasi yang tepat dalam sumber daya manusia, teknologi, dan kebijakan yang mendukung, negara-negara dapat menciptakan ekonomi yang tidak hanya tumbuh secara cepat, tetapi juga inklusif, memastikan bahwa manfaat ekonomi yang dihasilkan dinikmati oleh semua lapisan masyarakat. Hal ini akan menciptakan masyarakat yang lebih adil, stabil, dan sejahtera secara keseluruhan.

Di sisi lain negara yang dianggap gagal dalam meningkatkan produktivitas tenaga kerja untuk pertumbuhan ekonomi inklusif salah satunya adalah Zimbabwe. Berikut adalah beberapa faktor yang menyebabkan kesulitan Zimbabwe dalam mencapai pertumbuhan ekonomi inklusif melalui peningkatan produktivitas tenaga kerja:

  1. Krisis Ekonomi dan Politik: Zimbabwe telah mengalami beberapa dekade krisis ekonomi dan politik yang serius, yang telah menghambat pembangunan ekonomi dan menyebabkan stagnasi produktivitas tenaga kerja. Ketidakstabilan politik, kebijakan yang tidak konsisten, serta korupsi yang meluas telah menghambat investasi dan pertumbuhan sektor swasta.
  2. Keterbatasan Akses Pendidikan dan Pelatihan: Zimbabwe menghadapi tantangan dalam menyediakan akses yang merata terhadap pendidikan dan pelatihan yang berkualitas. Keterbatasan dana publik untuk pendidikan telah menyebabkan rendahnya kualitas pendidikan, sementara pelatihan kerja yang terbatas juga telah menghambat pengembangan keterampilan yang relevan dengan kebutuhan pasar kerja.
  3. Ketidakstabilan Makroekonomi: Zimbabwe telah mengalami masalah inflasi yang tinggi dan ketidakstabilan mata uang yang serius, yang telah menyebabkan ketidakpastian bagi pelaku usaha dan mengurangi daya saing ekonomi. Ketidakstabilan ini telah menjadi penghalang bagi investasi jangka panjang dan pengembangan sektor ekonomi yang berkelanjutan.
  4. Kesenjangan Sosial dan Ketidaksetaraan: Zimbabwe menghadapi kesenjangan sosial dan ketidaksetaraan yang signifikan dalam akses terhadap peluang ekonomi, termasuk akses terhadap pendidikan, layanan kesehatan, dan lapangan kerja. Ketidaksetaraan ini telah memperburuk kemiskinan dan ketidaksetaraan pendapatan, serta menghambat pertumbuhan ekonomi inklusif.
  5. Kurangnya Infrastruktur dan Akses Terhadap Teknologi: Zimbabwe masih mengalami keterbatasan infrastruktur dasar, seperti listrik yang tidak stabil dan jaringan transportasi yang kurang efisien. Kurangnya akses terhadap teknologi informasi dan komunikasi juga telah menghambat kemajuan ekonomi dan produktivitas tenaga kerja di sektor-sektor kunci.

Melalui kombinasi dari berbagai faktor di atas, Zimbabwe telah menghadapi tantangan dalam meningkatkan produktivitas tenaga kerja dan mencapai pertumbuhan ekonomi inklusif. Upaya reformasi yang diperlukan dalam bidang politik, ekonomi, dan sosial harus dilakukan untuk mengatasi hambatan-hambatan ini dan memperbaiki prospek pertumbuhan ekonomi inklusif di masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun