Mohon tunggu...
Syaiful Anwar
Syaiful Anwar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Cara asik belajar ilmu ekonomi www.unand.ac.id - www.eb.unand.ac.id https://bio.link/institutquran

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Melarang Golput

7 Februari 2024   01:07 Diperbarui: 7 Februari 2024   01:09 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertanyaan apakah golput perlu dilarang adalah isu yang kompleks dan terkait erat dengan prinsip demokrasi, kebebasan berpendapat, dan hak asasi manusia. Di banyak negara, hak untuk memilih atau tidak memilih dianggap sebagai hak fundamental yang dilindungi oleh konstitusi atau hukum dasar negara.

Di satu sisi, beberapa orang berpendapat bahwa melarang golput akan bertentangan dengan prinsip kebebasan berpendapat dan hak individu untuk mengekspresikan ketidakpuasan mereka terhadap sistem politik melalui bentuk protes yang sah.

Di sisi lain, beberapa orang berpendapat bahwa golput dapat merugikan proses demokrasi dengan merendahkan legitimasi pemerintahan yang terpilih dan memengaruhi distribusi kekuasaan politik. Mereka mungkin berargumen bahwa melarang golput akan memastikan bahwa keputusan politik yang diambil mencerminkan kehendak mayoritas masyarakat.

Namun, secara praktis, melarang golput bisa sangat sulit dilakukan karena sulitnya mendefinisikan dan mengawasi tindakan golput, serta potensi pelanggaran terhadap kebebasan berpendapat dan hak asasi manusia.

Sebagai gantinya, pendekatan yang lebih konstruktif mungkin adalah untuk mendorong partisipasi aktif dalam proses politik dengan cara meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pemilihan umum, memberikan akses yang lebih mudah untuk memilih, dan mempromosikan dialog terbuka antara pemerintah dan masyarakat sipil. Hal ini dapat membantu mengurangi tingkat golput dengan cara yang lebih positif dan memperkuat proses demokrasi secara keseluruhan.

Golput? Kalau aku sih gak, kamu?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun