Mohon tunggu...
Syaiful Anwar
Syaiful Anwar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Cara asik belajar ilmu ekonomi www.unand.ac.id - www.eb.unand.ac.id https://bio.link/institutquran

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Melarang Golput

7 Februari 2024   01:07 Diperbarui: 7 Februari 2024   01:09 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Mendorong Politik Responsif: Tingkat golput yang tinggi dapat menjadi sinyal bagi para pemimpin politik bahwa ada ketidakpuasan di antara pemilih. Ini dapat mendorong para pemimpin untuk lebih memperhatikan aspirasi dan kebutuhan masyarakat dalam upaya untuk memperoleh dukungan politik.

Melemahkan Mandat Pemerintahan: Ketika tingkat golput tinggi, pemerintah yang terpilih mungkin memiliki mandat politik yang lemah karena tidak didukung oleh mayoritas pemilih. Hal ini dapat mengurangi legitimasi keputusan politik yang diambil oleh pemerintah tersebut.

Mengurangi Partisipasi Masyarakat: Golput dapat menyebabkan menurunnya partisipasi masyarakat dalam proses politik secara umum. Ini dapat mengurangi keterlibatan masyarakat dalam pembuatan keputusan politik dan menghambat proses demokratisasi.

Memperkuat Kepentingan Kecil: Dalam konteks demokrasi representatif, golput dapat memperkuat pengaruh kelompok kepentingan khusus yang lebih terorganisir dan aktif dalam pemilihan. Hal ini karena suara golput secara efektif memberikan bobot yang lebih besar bagi suara kelompok-kelompok kecil yang berpartisipasi dalam pemilihan.

Dalam banyak kasus, dampak golput tidak selalu negatif, tergantung pada penyebab dan konteksnya. Golput dapat menjadi bentuk protes politik yang sah atau bahkan strategi politik yang dipilih dengan sadar oleh sebagian pemilih. Namun, tingkat golput yang tinggi secara konsisten dapat menimbulkan tantangan bagi proses demokratisasi dan stabilitas politik suatu negara.

Pertanyaan apakah golput sebaiknya dilakukan dalam pemilihan umum adalah subjektif dan tergantung pada perspektif individu serta konteks politik masing-masing negara. Berikut adalah beberapa sudut pandang yang berbeda terkait dengan kebijakan golput:

Sudut Pandang Demokratis: Dari sudut pandang demokratis, partisipasi dalam proses politik, termasuk pemilihan umum, dianggap sebagai hak dan tanggung jawab warga negara. Oleh karena itu, beberapa orang berpendapat bahwa golput dapat mengurangi kekuatan demokrasi dengan mengurangi representasi suara yang sah dari berbagai pandangan dan kepentingan dalam masyarakat.

Sudut Pandang Protes Politik: Di sisi lain, beberapa orang melihat golput sebagai bentuk protes politik yang sah terhadap sistem politik yang dianggap korup, tidak adil, atau tidak mewakili kepentingan masyarakat. Golput dapat menjadi cara bagi individu untuk mengekspresikan ketidakpuasan mereka terhadap kandidat atau partai politik yang tersedia.

Sudut Pandang Strategis: Ada juga yang berpendapat bahwa golput dapat menjadi strategi politik yang efektif dalam beberapa konteks. Misalnya, dalam situasi di mana pilihan yang tersedia terlalu terbatas atau tidak memuaskan, golput dapat menjadi cara untuk menunjukkan bahwa tidak ada kandidat yang benar-benar mewakili nilai atau kepentingan yang diinginkan oleh pemilih.

Sudut Pandang Partisipasi Aktif: Bagi sebagian orang, golput tidaklah sebaiknya dilakukan karena partisipasi aktif dalam pemilihan umum dianggap sebagai cara yang paling efektif untuk memengaruhi arah politik sebuah negara. Mereka berpendapat bahwa meskipun tidak ada kandidat atau partai politik yang sempurna, memilih untuk golput dapat mengurangi kemampuan untuk membentuk perubahan positif dalam sistem politik.

Penting untuk diingat bahwa golput merupakan keputusan individu dan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk nilai-nilai politik, kepercayaan, dan situasi politik yang ada. Tidak ada jawaban yang pasti tentang apakah golput sebaiknya dilakukan, dan setiap orang mungkin memiliki sudut pandang yang berbeda tergantung pada konteks dan nilai-nilai yang mereka anut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun