Mohon tunggu...
Syaiful Anwar
Syaiful Anwar Mohon Tunggu... Dosen - Dosen FEB Universitas Andalas Kampus Payakumbuh

Cara asik belajar ilmu ekonomi www.unand.ac.id- www.eb.unand.ac.id https://bio.link/institutquran

Selanjutnya

Tutup

Politik

AS vs China, Indonesia?

24 Januari 2024   08:17 Diperbarui: 24 Januari 2024   08:24 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ketegangan dagang antara China dan Amerika Serikat telah menjadi salah satu isu paling signifikan dalam perdagangan internasional. Pada dasarnya, dua kekuatan ekonomi ini saling memberlakukan tarif dan pembatasan perdagangan, menciptakan dampak besar terhadap pasar global dan rantai pasokan. Ketegangan dagang antara China dan Amerika Serikat telah menjadi salah satu isu utama dalam hubungan internasional pada beberapa tahun terakhir. Beberapa faktor utama yang menyebabkan ketegangan ini antara dua negara terbesar di dunia mencakup:

Perang Dagang: Pada tahun 2018 dan 2019, China dan Amerika Serikat saling memberlakukan tarif impor satu sama lain dalam apa yang dikenal sebagai "perang dagang." Presiden Amerika Serikat saat itu, Donald Trump, mendesak China untuk mengubah kebijakan perdagangan dan kebijakan hak kekayaan intelektual, sementara China merespons dengan tindakan serupa.

Hak Kekayaan Intelektual: Amerika Serikat telah menuduh China melakukan pencurian properti intelektual dan transfer paksa teknologi dari perusahaan Amerika Serikat yang beroperasi di China. Ini menjadi salah satu poin ketegangan, karena Amerika Serikat menuntut perlindungan hak kekayaan intelektual dan keadilan dalam persaingan ekonomi.

Subsidi dan Bantuan Pemerintah: Amerika Serikat juga menuduh China memberikan subsidi yang tidak adil kepada perusahaan domestiknya, menciptakan ketidaksetaraan dalam perdagangan. Subsidi ini seringkali diklaim memberikan keunggulan tidak adil kepada perusahaan China dan merugikan perusahaan asing.

Isu Teknologi: Persaingan dalam teknologi, terutama di bidang seperti kecerdasan buatan, teknologi 5G, dan keamanan cyber, telah menjadi salah satu poin ketegangan. Amerika Serikat khawatir bahwa China, melalui perusahaan seperti Huawei, dapat memiliki akses tidak sah terhadap data dan informasi sensitif.

Hak Asasi Manusia: Isu hak asasi manusia, terutama terkait dengan perlakuan terhadap etnis minoritas di wilayah Xinjiang, juga telah memengaruhi hubungan antara kedua negara.

Pandemi COVID-19: Pandemi COVID-19 telah memunculkan ketegangan tambahan antara kedua negara, dengan gegar budaya terkait asal usul virus dan tanggapan masing-masing terhadap krisis kesehatan global.

Politik Internal: Faktor politik internal di kedua negara juga dapat memengaruhi hubungan dagang. Misalnya, perubahan dalam administrasi pemerintahan Amerika Serikat dapat membawa perubahan dalam pendekatan terhadap China, dan kebijakan domestik di China juga dapat berdampak.

Ketegangan ini memiliki dampak global, mempengaruhi pasar keuangan, rantai pasokan global, dan stabilitas ekonomi dunia secara keseluruhan. Perubahan dalam kebijakan pemerintahan atau langkah-langkah diplomasi dapat memainkan peran penting dalam meredakan atau meningkatkan ketegangan ini di masa depan.

Teori-teori perdagangan internasional seperti teori komparatif keuntungan absolut dan keuntungan komparatif, dapat diaplikasikan untuk menganalisis konflik dagang ini. Konsep-konsep ini memberikan pemahaman tentang mengapa negara-negara terlibat dalam perdagangan dan bagaimana ketegangan dagang dapat mengancam prinsip-prinsip ini.
Analisis teoritis menggunakan dua konsep ekonomi utama, yaitu keuntungan absolut dan keuntungan komparatif, dapat memberikan wawasan tentang dinamika perdagangan antara Amerika Serikat dan China.

Keuntungan Absolut:

  1. Teori Keuntungan Absolut: Teori ini dikembangkan oleh Adam Smith dan menyatakan bahwa sebuah negara akan mengkhususkan diri dalam produksi barang atau jasa yang dapat diproduksi lebih efisien atau dengan biaya absolut yang lebih rendah dibandingkan dengan negara lain.
  2. Aplikasi pada Amerika Serikat dan China: Jika kita menerapkan teori keuntungan absolut, Amerika Serikat dan China memiliki keuntungan absolut dalam beberapa sektor industri yang berbeda. Misalnya, Amerika Serikat mungkin lebih unggul dalam teknologi tinggi, sementara China mungkin memiliki keunggulan dalam produksi massal dan biaya tenaga kerja yang lebih rendah.
  3. Dampak pada Ketegangan: Jika negara-negara ini bersikeras untuk mempertahankan keuntungan absolut mereka, ini dapat memunculkan ketegangan perdagangan karena masing-masing negara berusaha melindungi industri yang dianggap strategis. Hal ini bisa mengarah pada proteksionisme dan pengenaan tarif yang dapat memperburuk hubungan perdagangan.

Keuntungan Komparatif:

  1. Teori Keuntungan Komparatif: Teori ini, dikembangkan oleh David Ricardo, menyatakan bahwa meskipun satu negara mungkin tidak memiliki keuntungan absolut dalam produksi suatu barang, masih bisa mendapatkan keuntungan dari perdagangan jika memiliki keuntungan komparatif (biaya produksi relatif yang lebih rendah) dalam satu barang dibandingkan dengan barang lainnya.
  2. Aplikasi pada Amerika Serikat dan China: Dalam konteks ini, Amerika Serikat dan China mungkin memiliki keuntungan komparatif yang berbeda dalam sejumlah sektor. Sebagai contoh, Amerika Serikat mungkin memiliki keuntungan komparatif dalam penelitian dan pengembangan, sedangkan China mungkin lebih unggul dalam produksi berbasis tenaga kerja.
  3. Dampak pada Ketegangan: Jika kedua negara memahami dan mengakui keuntungan komparatif masing-masing, mereka dapat mengalami pertukaran barang dan jasa yang lebih efisien melalui spesialisasi produksi. Namun, ketegangan dapat tetap ada jika ada perasaan bahwa keuntungan komparatif dieksploitasi atau jika ketidaksetaraan dalam keuntungan komparatif menciptakan ketidakadilan.

Dalam konteks ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan China, pemahaman teori keuntungan absolut (absolute advantages) dan keuntungan komparatif (comparative advantages) dapat membantu merinci sebab-sebab konflik dan memberikan dasar untuk mencari solusi yang lebih terbuka dan saling menguntungkan. Mengelola perdagangan berdasarkan keuntungan komparatif dapat mengurangi ketegangan dan menciptakan landasan untuk hubungan perdagangan yang lebih harmonis.
Dalam konteks keuntungan absolut dan keuntungan komparatif, perlu dicatat bahwa keuntungan tersebut dapat bervariasi tergantung pada sektor industri atau jenis barang dan jasa tertentu. Namun, kita dapat memberikan contoh umum untuk memberikan gambaran:

Keuntungan Absolut:

Amerika Serikat: Keuntungan Absolut: Amerika Serikat mungkin memiliki keuntungan absolut dalam sektor teknologi tinggi, riset dan pengembangan, dan inovasi. Contoh: Perusahaan-perusahaan teknologi besar seperti Apple, Microsoft, dan Google memiliki dominasi global.

China: Keuntungan Absolut: China mungkin memiliki keuntungan absolut dalam produksi massal dan industri manufaktur dengan biaya tenaga kerja yang relatif rendah. Contoh: Industri manufaktur seperti tekstil, elektronik konsumen, dan manufaktur berbasis pekerja.

Keuntungan Komparatif:

Amerika Serikat: Keuntungan Komparatif: Amerika Serikat mungkin memiliki keuntungan komparatif dalam sektor-sektor yang menuntut keterampilan tinggi, inovasi, dan teknologi canggih. Contoh: Industri keuangan, teknologi informasi, dan industri kreatif.

China: Keuntungan Komparatif: China mungkin memiliki keuntungan komparatif dalam sektor-sektor yang membutuhkan produksi massal dan tenaga kerja yang murah. Contoh: Produksi tekstil, peralatan elektronik, dan manufaktur berbasis pekerja.

Analisis Tambahan:

Interdependensi: Keduanya negara saling tergantung satu sama lain dalam rantai pasokan global. China sering berperan sebagai pemasok barang dengan biaya produksi rendah, sementara Amerika Serikat berfokus pada inovasi dan pemasaran.

Teknologi dan Inovasi: Amerika Serikat cenderung memiliki keunggulan dalam teknologi tinggi dan inovasi, sedangkan China dapat memiliki keunggulan komparatif dalam adaptasi cepat dan skala produksi.

Perdagangan Bilateral: Meskipun Amerika Serikat dan China mungkin memiliki keuntungan relatif di berbagai sektor, perdagangan bilateral antara keduanya sering kali menciptakan ketegangan karena isu-isu seperti hak kekayaan intelektual, teknologi, dan akses pasar.

Perlu diingat bahwa keuntungan absolut dan komparatif bukanlah konsep yang statis dan dapat berubah seiring waktu dengan perubahan ekonomi, teknologi, dan kebijakan. Oleh karena itu, penting untuk memahami konteks waktu dan perubahan dalam menganalisis keuntungan kedua negara.

Dalam konteks ini, situasi perdagangan internasional menghadapi ketidakpastian yang signifikan. Kenaikan tarif, pembatasan perdagangan, dan ketidakpastian kebijakan menghambat pertumbuhan ekonomi global. Selain itu, pasar saham dan mata uang dunia juga mengalami volatilitas yang tinggi.

Proteksionisme yang diterapkan oleh kedua negara mengundang argumen pro dan kontra. Beberapa berpendapat bahwa tindakan proteksionis diperlukan untuk melindungi industri dalam negeri, sementara yang lain berpendapat bahwa perdagangan bebas lebih menguntungkan untuk pertumbuhan ekonomi jangka panjang.

Data ekonomi dan perdagangan, seperti pertumbuhan GDP, neraca perdagangan, dan investasi asing langsung, dapat digunakan sebagai pendukung analisis. Data ini memperlihatkan dampak konkret dari ketegangan dagang terhadap kinerja ekonomi kedua negara dan dunia.

Contoh konkret seperti penurunan ekspor dan impor, penurunan investasi asing, dan penurunan nilai tukar mata uang dapat memberikan gambaran nyata tentang bagaimana ketegangan dagang mengubah dinamika perdagangan internasional.

Sebuah studi kasus tentang industri tertentu atau produk yang terkena dampak langsung dari ketegangan dagang dapat memberikan wawasan mendalam tentang konsekuensi praktis dari kebijakan proteksionis.

Sebagai contoh kasus, dapat dianalisis bagaimana sektor teknologi atau otomotif dari kedua negara terpengaruh oleh tarif dan pembatasan perdagangan.

Ketegangan dagang antara China dan Amerika Serikat menciptakan kompleksitas dalam perdagangan internasional. Analisis teoritis, situasional, dan dukungan data memberikan pemahaman yang komprehensif tentang dampaknya pada ekonomi global serta memberikan landasan untuk merumuskan kebijakan yang efektif.

Kira-kira siapakah yang akan menang? Apa manfaat yang bisa diambil oleh Indonesia? Mungkin Kita tidak perlu menganggap dua gajah sedang berantem, bagaimana nasib semut. Kita bukan semut! Kita gajah juga! Cuma lagi tidur? Hehehe...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun