Mohon tunggu...
Syaiful IchsanAshari
Syaiful IchsanAshari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Suka dengan hal yang berkaitan dengan islami, teknologi, dan jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mirisnya Akhlak dan Adab Sesorang Di Zaman Sekarang

17 Mei 2024   14:35 Diperbarui: 17 Mei 2024   14:48 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Mirisnya Akhlak dan Adab Seseorang di Zaman Sekarang

Seiring berjalannya waktu, kemajuan teknologi dan perkembangan peradaban manusia telah membawa banyak perubahan signifikan dalam berbagai aspek kehidupan. Namun, salah satu aspek yang mengalami kemerosotan dan menimbulkan kekhawatiran adalah akhlak dan adab. Pada zaman sekarang, banyak fenomena sosial yang menunjukkan degradasi nilai-nilai moral dan etika yang seharusnya menjadi landasan utama dalam kehidupan bermasyarakat. Fenomena ini tidak hanya terjadi di negara-negara berkembang, tetapi juga di negara-negara maju. Hal ini menimbulkan pertanyaan besar mengenai masa depan generasi mendatang dan bagaimana kita dapat mengembalikan serta memperkuat nilai-nilai luhur yang telah tergerus oleh perubahan zaman.

Salah satu contoh nyata dari kemerosotan akhlak dan adab dapat kita lihat dalam interaksi sehari-hari di dunia maya. Media sosial, yang awalnya diciptakan untuk memudahkan komunikasi dan berbagi informasi, kini sering kali menjadi arena pertikaian dan penyebaran kebencian. Kebebasan berekspresi yang tidak diiringi dengan tanggung jawab etika telah membuat banyak orang merasa bebas untuk menyebarkan ujaran kebencian, fitnah, dan perilaku tidak sopan lainnya. Hal ini diperparah dengan anonimitas yang sering kali ditawarkan oleh platform media sosial, sehingga orang-orang merasa lebih leluasa untuk berperilaku buruk tanpa takut dikenali atau mendapat konsekuensi nyata.

Fenomena ini juga mencerminkan adanya krisis dalam pendidikan akhlak di kalangan generasi muda. Pendidikan formal yang terlalu fokus pada aspek akademis dan prestasi cenderung mengabaikan pentingnya pendidikan karakter. Kurikulum yang padat dengan target-target akademis membuat para pendidik memiliki waktu yang sangat terbatas untuk memberikan pembelajaran tentang etika dan moral. Akibatnya, banyak siswa yang tumbuh dengan pengetahuan akademis yang memadai tetapi minim dalam hal etika dan adab. Padahal, integrasi antara pendidikan akademis dan moral sangat diperlukan untuk mencetak generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki akhlak yang mulia dan perilaku yang santun.

Pentingnya Peran Keluarga Untuk Menanamkan Nilai-nilai Akhlak & Adab

Peran keluarga dalam menanamkan nilai-nilai akhlak dan adab juga sangat penting, namun sayangnya, banyak keluarga yang gagal menjalankan peran ini dengan baik. Orang tua yang sibuk dengan pekerjaan dan urusan pribadi sering kali tidak memiliki waktu yang cukup untuk mendidik anak-anaknya tentang nilai-nilai etika dan moral. Di sisi lain, adanya perubahan dalam struktur keluarga dan pola asuh juga mempengaruhi proses internalisasi nilai-nilai ini. Anak-anak yang kurang mendapatkan perhatian dan bimbingan dari orang tua cenderung mencari referensi dari lingkungan luar yang belum tentu memberikan contoh yang baik. Akibatnya, mereka rentan terpengaruh oleh perilaku negatif yang mereka lihat di media massa atau dari teman-teman sebayanya.

Kemerosotan akhlak dan adab juga sangat jelas terlihat dalam dunia politik dan pemerintahan. Banyak pejabat publik yang terlibat dalam berbagai skandal korupsi, kolusi, dan nepotisme, yang menunjukkan bahwa integritas dan moralitas sering kali dikorbankan demi kepentingan pribadi atau kelompok. Kasus-kasus seperti ini tidak hanya merusak citra pemerintah di mata masyarakat, tetapi juga memberikan contoh buruk bagi generasi muda yang melihat para pemimpin mereka bertindak tidak etis. Ketika pemimpin-pemimpin bangsa tidak mampu menunjukkan teladan yang baik, maka sulit diharapkan bahwa masyarakat luas akan memiliki standar moral yang tinggi.

Di tingkat masyarakat umum, kita juga sering melihat perilaku yang jauh dari adab dan etika. Misalnya, perilaku tidak tertib di tempat umum, kurangnya rasa hormat terhadap sesama, dan meningkatnya individualisme yang mengikis nilai-nilai kebersamaan dan gotong royong. Semua ini mencerminkan bahwa banyak orang semakin kehilangan kesadaran akan pentingnya hidup berdampingan dengan saling menghormati dan menjaga perasaan orang lain. Masyarakat yang dulunya dikenal dengan keramahan dan sikap saling menghargai kini berubah menjadi lebih egois dan kurang peduli terhadap sesama.

Peran media massa dalam fenomena ini juga tidak bisa diabaikan. Media sering kali lebih mementingkan rating dan sensasi daripada menyajikan konten yang mendidik dan memperkuat moral masyarakat. Tayangan yang penuh dengan kekerasan, intrik, dan konflik tanpa diimbangi dengan pesan moral yang kuat, dapat mempengaruhi cara pandang dan perilaku masyarakat, terutama anak-anak dan remaja yang masih dalam tahap perkembangan karakter. Dalam banyak kasus, media massa justru menjadi agen sosialisasi yang memperkuat perilaku negatif dan membentuk persepsi yang salah tentang kehidupan.

Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan usaha bersama dari berbagai pihak. Orang tua harus lebih aktif dan terlibat dalam mendidik anak-anaknya, tidak hanya dalam hal akademis, tetapi juga dalam hal moral dan etika. Orang tua harus menjadi teladan yang baik bagi anak-anak mereka, menunjukkan sikap yang sopan, santun, dan penuh tanggung jawab dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, penting bagi orang tua untuk menciptakan lingkungan keluarga yang harmonis dan penuh kasih sayang, di mana anak-anak merasa dihargai dan dipahami.

Sistem Pendidikan Harus Berkontribusi Dalam Melakukan Reformasi Karakter

Sistem pendidikan harus melakukan reformasi untuk memasukkan pendidikan karakter sebagai bagian integral dari kurikulum. Sekolah harus menjadi tempat di mana nilai-nilai etika dan moral diajarkan secara sistematis dan konsisten, baik melalui pelajaran khusus maupun melalui integrasi dengan mata pelajaran lainnya. Pendidik harus diberi pelatihan yang memadai untuk mengajarkan nilai-nilai ini dan diberikan dukungan yang cukup untuk melaksanakan tugas mereka dengan baik.

Pemerintah dan pejabat publik harus menjadi teladan yang baik dengan menunjukkan integritas dan moralitas dalam setiap tindakan mereka. Pemerintah harus menerapkan kebijakan yang tegas terhadap pelanggaran etika dan korupsi, serta memberikan penghargaan kepada pejabat yang menunjukkan kinerja yang baik dan integritas yang tinggi. Selain itu, penting bagi pemerintah untuk mempromosikan nilai-nilai etika dan moral melalui berbagai program dan kampanye yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat.

Media massa harus lebih bertanggung jawab dalam menyajikan konten yang mendidik dan memperkuat nilai-nilai moral dalam masyarakat. Media harus mengedepankan prinsip-prinsip jurnalistik yang etis dan tidak semata-mata mencari sensasi atau keuntungan materi. Tayangan dan program yang disajikan harus mengandung pesan moral yang kuat dan memberikan contoh yang baik bagi penontonnya. Media juga harus aktif dalam mempromosikan perilaku positif dan mengedukasi masyarakat tentang pentingnya akhlak dan adab dalam kehidupan sehari-hari.

Kesadaran kolektif tentang pentingnya akhlak dan adab harus terus ditingkatkan. Kita harus kembali kepada nilai-nilai luhur yang telah diajarkan oleh para pendahulu kita, yang menempatkan akhlak sebagai dasar dari segala tindakan. Dalam konteks ini, peran tokoh masyarakat, agama, dan budaya sangatlah penting. Mereka harus aktif dalam menyebarkan pesan-pesan moral dan etika, serta menjadi teladan bagi masyarakat luas. Dengan demikian, kita dapat membangun masyarakat yang tidak hanya maju secara teknologi dan ekonomi, tetapi juga memiliki moralitas yang tinggi, sehingga menciptakan kehidupan yang lebih harmonis dan sejahtera untuk semua.

Kesimpulan

Kesimpulannya, meskipun zaman telah berubah dan membawa berbagai kemajuan, akhlak dan adab tetap menjadi elemen yang tak tergantikan dalam kehidupan bermasyarakat. Kegagalan untuk menjaga dan menanamkan nilai-nilai ini akan membawa dampak negatif yang luas, baik secara individu maupun kolektif. Oleh karena itu, penting bagi kita semua untuk bersama-sama memperjuangkan dan menjaga nilai-nilai akhlak dan adab dalam setiap aspek kehidupan kita. Hanya dengan demikian, kita dapat memastikan bahwa generasi mendatang akan tumbuh menjadi individu yang tidak hanya cerdas, tetapi juga memiliki moralitas yang tinggi dan mampu membangun masyarakat yang lebih baik.

Sumber Referensi

  1. Maulina, L. "Dampak Media Sosial terhadap Etika Komunikasi Remaja." Jurnal Komunikasi Indonesia, vol. 7, no. 2, 2021, pp. 123-134.
  2. Nuraeni, S. "Peran Media Sosial dalam Pembentukan Karakter Remaja." Jurnal Pendidikan Karakter, vol. 10, no. 1, 2022, pp. 45-56.
  3. Suryadi, T. "Krisis Pendidikan Karakter di Era Digital." Jurnal Pendidikan Indonesia, vol. 9, no. 3, 2022, pp. 78-89.
  4. Wulandari, R. "Pengaruh Kurikulum terhadap Pendidikan Moral Siswa." Jurnal Ilmiah Pendidikan, vol. 8, no. 4, 2021, pp. 101-112.
  5. Harahap, M. "Peran Keluarga dalam Pendidikan Akhlak Anak." Jurnal Psikologi Pendidikan, vol. 12, no. 2, 2020, pp. 67-78.
  6. Santoso, D. "Integritas dan Etika dalam Pemerintahan." Jurnal Administrasi Publik, vol. 11, no. 1, 2022, pp

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun