Dalam kasus Melisa, sepertinya kedua orang tuanya bertangan besi, tidak mau dibantah, tidak mau ditentang. Saya juga melihat pola pikir sang ayah aneh karena tidak memberi celah untuk timbulnya komunikasi yang sehat diantara mereka.Â
Orang tua merasa paling benar dan menganggap anak selalu salah. Padahal hubungan seperti ini menurut saya toxic, berbahaya bagi kedua belah pihak. Orang tua memang lahir lebih dulu dan tahu lebih dulu, tapi bukan berarti orang tua selalu benar.
Akuilah jika tidak semua persoalan orang tua mampu menyelesaikan dengan caranya. Ajak selalu anak-anak terlibat dalam masalahnya. Beri pandangan namun jangan paksakan pandangan kita yang harus anak-anak ikuti.Â
Berikan alternatif-alternatif yang bisa dilakukan. Biarkan anak memlih solusi yang tepat atas persoalan mereka. Jika solusi yang dipilih anak cenderung membahayakan dari berbagai segi, sekali lagi itu bisa dikomunikasikan.
Saya berharap kasus seperti yang dialami Melisa tidak pernah lagi terjadi di manapun. Kuncinya ada pada komunikasi yang harus dikembangkan dengan baik dan menarik.Â
Jadikan anak sebagai teman, teman berbagi cerita atau berbagai persoalan. Jangan biarkan anak mencari solusi persoalan hidupnya di luar rumah. Karena pusat dari pendidikan anak itu ada pada keluarganya sendiri. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H