Merebaknya virus Corona atau yang lebih dikenal sebagai COVID 19 di beberapa negara membuat repot otoritas pemerintahan di hampir semua kawasan di dunia. Persebaran virus ini juga memukul industri pariwisata di sejumlah negara. Termasuk negara tetangga Singapura, yang hanya sekitar sejam dengan pesawat terbang dari Jakarta.
Awal Februari lalu saya sempat traveling ke Singapura, di tengah meningkatnya kewaspadaan terhadap Virus Corona. Saya berangkat bareng istri dan 2 anak perempuan. Buat saya ini perjalanan ketiga ke negeri singa, sementara buat keluarga adalah yang pertama kalinya. Karena bepergian di tengah sentimen virus Corona, hampir saja istri minta membatalkannya. Broadcast message mengenai bahaya Corona diforwardnya ke grup keluarga. Istri saya berpendapat, terlalu riskan bepergian di tengah ketidak jelasan kondisi seperti ini.Â
Sayapun sempat masgul juga dan menimbang-nimbang baik buruknya jika kami tetap pergi. Saya kumpulkan informasi mengenai kondisi terkini di Singapura. Hasilnya, saya yakinkan keluarga untuk tetap berangkat karena menilai situasinya masih cukup kondusif. Apalagi perjalanan ini beberapa kali sudah tertunda lantaran waktunya yang tidak pas.
Persiapkan Masker
Karena traveling kali ini tergolong beresiko, sejumlah hal kami persiapkan lebih dulu. Hal pertama yang kami lakukan adalah membawa bekal masker. BUkan satu dua lembar masker melainkan satu dus! Masker sebanyak itu sengaja dibawa agar setidaknya melindungi kami dari kemungkinan penularan Corona. Keputusan kami ternyata tepat, sebab sejak di Bandara Soekarno Hatta kondisi darurat Corona sudah terasa. Semua petugas di bandara mengenakan masker saat melayani check in calon penumpang. Kmai yang awalnya belum memakai masker akhirnya ikut pula mengenakan masker juga.
Saya lihat penumpang pesawat Jet Star yang membawa kami ke Singapura punya kesadaran yang cukup tinggi pula. Umumnya mereka juga sudah berbekal masker dalam perjalanan. Â
Benar dugaan saya, ternyata warga lokal Singapura saat itu belum sepanik warga di belahan dunia lain terkait Corona. Ini terlihat di jalan-jalan. Mereka tetap beraktivitas seperti biasa dan umumnya tak mengenakan masker saat bekerja atau berada di tempat publik. Santuy kali mereka, pikir saya saat itu. Di stasiun ataupun gerbong MRT pemandangan santaipun masih terlihat, Kami yang bermasker jadi terlihat 'berbeda' dari kebanyakan warga lokal .Â
Pilih Traveling di Hari Kerja
Sejak awal pesan tiket pesawat kami sengaja memilih traveling di hari kerja. Selain lebih murah dibanding akhir pekan, ada banyak keuntungan jika traveling di hari kerja. Suasana kota tak terlalu padat, sehingga kami dapat eksplor banyak tempat dengan leluasa. Perjalanan menggunakan MRT pun jadi menyenangkan, karena kami sengaja ber MRT selepas jam kerja atau jam sekolah.Â
Kami hanya sekali naik MRT bertepatan dengan bubaran kerja di sore hari. Stasiun MRT waktu itu sangat padat, lalu lalang penglaju yang berjalan sangat cepat bahkan cenderung berlari dari satu platform ke platform berikutnya  membuat pergerakan kami tidak senyaman waktu lainnya. Kondisi demikian memang kami hindari. Karena kita bakal bertemu dengan ribuan orang di waktu yang sangat rapat. Resiko berdesakan di MRT juga membuat kewaspadaan penularan virus harus terus dijaga. Sepanjang perjalanan di MRT kami tak pernah lepas dari masker yang menutupi wajah.Â