Judul Buku : Tsubouchi Code
Pengarang : Wahyudin S.Adikusumah & Nitya Laksmiwati
Penerbit : Deepublish, Yogyakarta
Tebal buku : 161 hal.
Generasi millenial belakangan jadi topik bahasan yang cukup ramai di tengah masyarakat. Mereka yang lahir mulai dari tahun 90-an kini memang banyak bertebaran di semua industri. Ada yang menilai secara positif karena mereka membawa 'warna' baru di kehidupan, tapi tak sedikit yang mencibir sepak terjang generasi yang kini kerap disebut generasi Now.
Saya dan teman-teman di redaksi sebuah TV pernah dibuat pusing oleh tingkah polah para millenials. Etos kerja mereka (di tempat kami) sangat jauh dari para seniornya. Misalnya soal kedisiplinan dalam waktu, enggan menunggu terlalu lama, mudah menyerah dan mudah bosan. Karena keterkaitan mereka dengan teknologi dan gadget membuat mereka selalu update perkembangan terbaru. Sayangnya gadget jugalah membuat mereka jadi manusia yang serba perhitungan. Jika waktu bekerja habis mereka langsung 'berteriak' minta ganti tim lain. Padahal belum satupun narsum didapat. Dan mereka "meneriakkannya" di grup WA agar 'perjuangan' mereka diapresiasi rekan-rekannya yang lain.
Yang lebih bikin miris adalah kenyataan generasi millenial cenderung pembosan. Jika situasi tak sesuai harapan ia lantas keluar dan mencari tantangan baru di luar sana. Mungkin hal ini biasa bagi mereka yang senang tantangan, namun akan lain ceritanya jika itu dilakukan karena alasan bosan pada pekerjaan lama.
Memahami millenials memang harus dilakukan oleh mereka yang berbeda generasi, karena banyak hal yang berbeda, mulai dari kebiasaan, budaya dan cara berkomunikasi anak millenial jauh berbeda dari generasi sebelumnya. Dan untuk memahami millenials di tempat kerja, ada satu buku yang bisa jadi referensi. Judulnya "Tsubouchi Code: 7 Jurus Maut Revolusioner SDM" karya Wahyudin S.Adikusumah dan Nitya Laksmiwati.
Dalam buku ini, penulisnya, Wahyudin Adikusumah (pak Wah) mengungkap problematika penanganan sumber daya manusia di perusahaan beserta lika-liku menanganinya termasuk bagaimana memahami pekerja muda beda generasi. Pak Wah membagi keberadaan generasi berdasarkan waktu dan persitiwa penandanya. Khusus untuk generasi millenial disebutkan mereka memang cenderung pembosan, sesuai dengan perkembangan teknologi yang berjalan sangat cepat. Belum selesai sebuah teknologi sudah muncul teknologi baru lainnya. Begitupun mereka para millenial yang lekas bosan pada tempat bekerjanya.
Salah satu hal yang ditawarkan oleh Pak Wah yakni mengakomodir cara bekerja Generasi millenial (Gen Y) Â agar mereka betah bekerja. Misalnya dengan menciptakan lingkungan kantor berkonsep terbuka, memiliki banyak hot spots, sofa yang nyaman layaknya cafe hingga fasilitas atau tempat rekreasi. Konsep kantor bagi generasi millenial dibuat sedemikian rupa agar dapat menjadi tujuan hidup, bekerja dan bermain.
Pak Wah mengatakan, karena keberadaan generasi millenial tak mungkin dibendung, maka yang harus dilakukan adalah bersinergi dengan mereka. Untuk itu dibutuhkan kepemimpinan yang baik agar sinergi tersebut menghasilkan output (luaran) sesuai target perusahaan.
Membaca buku ini bak membedah jantung sebuah perusahaan dari sisi SDM. Pak Wah begitu terampil menuliskan tiap persoalan dengan bahasa ringan dan mudah dicerna. Ia yang memiliki pengalaman panjang di SDM sejumlah perusahaan terkemuka, juga menyertakan kisah-kisah terkait penanganan SDM di perusahaan.
Buku ini cocok bagi semua kalangan, khususnya mereka yang bekerja di bidang sumber daya manusia atau mereka yang memiliki perhatian pada persoalan generasi millenial.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H