Mohon tunggu...
Syaifuddin Sayuti
Syaifuddin Sayuti Mohon Tunggu... Dosen - blogger, Kelas Blogger, traveller, dosen.

email : udin.sayuti@gmail.com twitter : @syaifuddin1969 IG: @syaifuddin1969 dan @liburandihotel FB: https://www.facebook.com/?q=#/udinsayuti69 Personal blog : http://syaifuddin.com/

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Jelajah Sangatta - Berau

13 Januari 2016   05:33 Diperbarui: 13 Januari 2016   07:21 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 [caption caption="Anak Suku Dayak Miau (foto dokpri)"][/caption]Hari kedua gelaran Datsun Risers Expedition dimulai sejak pukul 7 pagi. Dari Sangatta kami bergerak menuju Desa Dayak Miau Baru yang berada di kecamatan Kongbeng, Kabupaten Kutai Timur. Perjalanan menuju kampung Dayak ini cukup jauh. Sekitar 3-4 jam perjalanan.

Kebetulan kemarin pagi  saya mendapat giliran berada di balik kemudi. Bagi saya ini pengalaman pertama mengemudikan mobil dan harus berada dalam rombongan. Dalam berbagai acara sejenis yang pernah saya ikuti kami diberi kebebasan mengendalikan kendaraan hanya dengan panduan peta atau petunjuk alat navigasi GPS (Global Positioning System).

Kali ini semua peserta harus mengikuti aturan untuk selalu berada di dalam iring-iringan rombongan. Awalnya sempat keteteran juga mengimbangi kecepatan kendaraan yang berada pada posisi terdepan. Beberapa kali saya diminta menambah kecepatan karena tertinggal dari rombongan. Beruntungnya saya tak tertinggal seorang diri karena di belakang saya masih ada sejumlah kendaraan lain yang menemani.

Jalur jalan menuju kampung suku dayak Miau relatif lebih bersahabat dibandingkan sehari sebelumnya. Tanjakan, tikungan maupun turunan tetap ada. Namun kondisinya masih jauh lebih mudah diatasi ketimbang hari pertama. Mungkin sudah mulai terbiasa dengan tanjakan di Kalimantan, hampir semua tanjakan di awal keberangkatan kami lahap dengan cukup baik.

Perjalanan cukup menyenangkan dengan cuaca yang cerah dan pemandangan di jalanan yang tidak monoton. Jalur yang kami lalui ini tidak terlalu ramai, sesekali kami masih berpapasan dengan kendaraan lain meski tidak serapat kondisi di hari pertama.

Kampung Adat Suku Dayak Miau

Sekitar pukul 11.00 kami tiba di kampung adat Suku Dayak Miau. Kampung ini tak berbeda jauh dari kampung kebanyakan di  Kalimantan. Warga umumnya tinggal di rumah kayu yang sengaja masih dipertahankan keberadaannya.

Rombongan kemudian menuju sebuah rumah panjang khas Dayak. Disebut demikian karena memang ukuran rumah ini memanjang. Rumah yang digunakan untuk pertemuan ini memang bukan rumah yang ditinggali oleh penduduk lokal. Selama ini rumah ini digunakan untuk menerima tamu atau untuk perhelatan kampung.

Rumah ini berukuran cukup besar. Di bagian luar, dinding rumah dihiasi ornamen khas Dayak berwarna-warni. Sementara tiang penopang rumah terbuat dari kayu berukir. Di bagian dalam rumah juga  banyak ditemukan ornamen Dayak yang dipasang menyebar ke seantero rumah.

Di sini rombongan Datsun  menggelar kegiatan CSR dengan memberikan bantuan peralatan sekolah bagi siswa-siswi di SD....

Selain memberikan bantuan peralatan seolah, para riser diberi kesempatan membuat kegiatan kecil bersama anak-anak SD. Kelompok kami memilih memberikan edukasi cara mencuci tangan yang baik. Mengapa mencuci tangan? Karena kegiatan simpel ini kerap diabaikan sehingga anak rentan terpapar kuman penyakit.

Riser Nanang Diyanto yang juga seorang perawat memberikan peragaan bagaimana mencuci tangan dengan benar yang kemudian dikuti oleh para siswa SD.  Selain memberikan penyuluhan, kami juga bernyanyi, main tebak-tebakan dan sharing mengenai cita-cita. Yang mengejutkan cita-cita anak di sini umumnya sederhana, ingin jadi tentara atau bidan. Hmm...

Acara kemudian ditutup dengan foto bersama di depan rumah adat Dayak Miau. Kegiatan CSR ini memang menjadi pembeda event Datsun Risers Expedition kali ini. Tidak hanya mengeksplor keindahan alam Kalimantan, Datsun juga ingin lebih dekat dengan masyarakat Kalimantan melalui kegiatan kecil ini.

Hutan Hujan Tropis Nan Menggoda

Kelar ber-CSR dengan warga Dayak Miau, perjalanan pun berlanjut menuju Berau. Jalur yang diambil adalah melalui hutan hujan tropis. Jalur ini cukup menantang untuk ditaklukkan. Bayangan bakal mendapati kawasan hutan yang sangat tradisional dengan jalanan yang terbuat dari tanah ternyata meleset.

Jalanan di dalam hutan semuanya dibeton sehingga cukup muda dilalui kendaraan berukuran besar seperti truk atau kendaraan niaga lainnya.

Pemandangan di dalam hutan lumayan keren. Pepohonan besar dengan daun-daun yang rimbun benar-benar memanjakan mata. Namun para riser tetap mengemudi dengan penuh kewaspadaan karena di sini tanjakan, turunan, kelokan tajam menyambut para riser.

Kondisi alam ini menjadi ujian tersendiri yang harus ditaklukkan para riser. Kerjasama antar para riser mutlak diperlukan agar perjalanan menjadi lancar. Riser terdepan harus selalu membuat report melalui alat komunikasi Rig sebagai panduan bagi riser yang berada di belakangnya. Cara ini cukup jitu, setidaknya bagi anggota rombongan di belakang bisa melakukan antisipasi seoptimal mungkin jika harus bersmpangan dengan kendaraan besar atau motor-motor yang melaju kencang.

Begitu pula saat jalanan rusak atau berlubang, informasi dari riser di posisi depan sangat berguna, sehingga kami dapat melakukan ancang-ancang atau menghindari jalanan rusak tersebut.

Rombongan sempat beristirahat sejenak di Kecamatan Kelay. Selepas Kelay, medan hutan yang kami lalui ternyata lebih ekstrem. Kendala seperti tanjakan yang lebih curam dan banyak, mau tak mau harus kami hadapi. Beberapa kendaraan sempat bermasalah saat harus melewati tanjakan tajam. Kemungkinan akibat minim mengambil ancang-ancang.

Setelah melalui perjuangan selama 3 jam, akhirnya kami tiba di kota Berau. Di sini kami menginap di hotel Cantika Swara. Hotelnya lumayan nyaman tapi sayangnya koneksi internetnya bermasalah, alhasil membuat sebagian besar riser Cuma bisa gigit jari, sebab sinyal telepon dari sejumlah operator pun sama parahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun