[caption caption="Perjalanan di siang yang Panas di Cipali Menguras stamina (foto koleksi pribadi)"][/caption]
7 Korban Tewas Kecelakaan di Tol Cipali Dari Dua Keluarga
Tabrakan Maut di Tol Cipali, 7 Tewas
Berita Tol Cipali Terkini: 51 Kecelakaan & Belasan Tewas Sejak Diresmikan
Â
Berita-berita kecelakaan di tol Cikopo - Palimanan (Cipali) seperti di atas seperti menari di benak saya. Tiap ada peristiwa kecelakaan saya antusias mengikuti dan mencatat dalam ingatan. Beragam peristiwa tapi satu reaksi saya : Kok bisa sebuah ruas jalan tol yang baru diresmikan mengundang begitu banyak peristiwa tragis seperti itu. Ada rasa penasaran ingin mencoba sendiri melewati jalan tol Cipali, tapi di sisi lain ada sedikit ketakutan yang sangat manusiawi tiba-tiba menyergap saya.
Dan pengalaman mengemudikan kendaraan (nyetir) langsung itu akhirnya datang juga pas libur Lebaran lalu. Meski pernah ikutan Kompasiana Visit Tol Cipali bareng 40 kompasianer, namun bukan jaminan bisa mulus melewati tol Cipali saat harus nyetir sendiri.
Secara fisik saya dan juga adik ipar saya yang bakal mengemudikan mobil terpisah sengaja menyiapkan diri dengan cara menabung tidur sejak siang hari. Tujuannya, agar di perjalanan kondisi fisik kami sama-sama bugar, terutama saat melintas di jalan tol terpanjang di Indonesia itu. Kami melakukan ini dengan sadar, sebab  umumnya kecelakaan di tol Cipali terjadi lantaran kurangnya konsentrasi si pengemudi. Bisa karena mengantuk, keasyikan menginjak pedal gas karena jalanan yang cenderung lurus dan tanpa tantangan membuat mobil dipacu dalam kecepatan sangat tinggi, hingga akhirnya lepas kendali.
Berangkat, Fisik OKÂ = Konsentrasi OK
Berangkat dari rumah di kawasan Jakarta coret, di Cibubur sonoan dikit, Senin (20/7) sekitar pukul 00.30. Rombongan kami 3Â keluarga dalam 2 mobil berjumlah 14 orang. Jadi masing-masing mobil berisi 7 orang. Lumayan pas sesuai seat kendaraan sejuta umat kami. Kami berangkat menuju Jogjakarta untuk berlibur. Sengaja kami pilih hari keempat Lebaran dengan asumsi jalanan relatif sudah lebih lengang karena pemudik sudah berada di kampung halaman masing-masing.
Sampai di jalan tol ternyata perkiraan saya benar. Kondisi jalan tol tidak terlalu padat. Bayangan macet di Cipali seperti dialami para pemudik menjelang Lebaran atau di hari "H" Lebaran ternyata benar-benar tak terjadi. Mobil ngacir di jalur menuju Palimanan. Sebaliknya, jalur dari Palimanan menuju Cikopo/ Cikampek macet total. Sekitar 20 kilometer panjang kemacetan kendaraan ke arah Jakarta. Wow.
[caption caption="Panas Terik Saat Siang Jadi Tantangan Tersendiri (foto koleksi pribadi)"]
Karena merupakan pengalaman pertama nyetir sendiri di tol Cipali sempat agak gugup juga karena semua kendaraan seperti beradu cepat, memacu kecepatan mobilnya secara maksimal. Saya masih ingat keselamatan orang-orang tercinta sehingga 'sengaja' hanya melajukan kendaraan di kisaran kecepatan 80-100 km/jam.Â
Karena masih gres jalanan aspal maupun beton di tol Cipali masih sangat enak dilalui. Mulus dan nyaman untuk berkendara dalam kecepatan yang tinggi. Tapi kalau harus memilih saya lebih senang melintas di jalanan beraspal karena relatif lebih enak, tak mengeluarkan suara gesekan ban yang 'berisik' seperti halnya jalanan beton. Kontur jalan yang rata juga sebenarnya menyenangkan karena tak membuat kendaraan 'dipaksa' bekerja ektra keras, setidaknya jika dibandingkan dengan jalanan naik turun dan berkelok-kelok yang ada di tol Purbalenyi misalnya.
Kontur jalan yang rata, sekali lagi memang cukup melenakan bagi pengemudi. Kita secara tak sadar kerap menginjak pedal gas terlalu dalam yang mengakibatkan kecepatan meningkat secara tajam. Untungnya kesadaran dan konsentrasi saya masih cukup bagus sehingga saat gas poll saya kembali diingatkan untuk kembali menurunkan kecepatan.
Kondisi jalan tol yang lurus, rata dan minim tikungan serta tanjakan memang membuat pengemudi agak santai. Kerja fisik banyak berkurang, dan yang lebih banyak bekerja adalah konsentrasi pada jalanan yang lurus.
Problem terbesar dari menyetir malam adalah pada minimnya lampu penerangan di jalan tol Cipali. Seperti yang pernah saya bahas di postingan Mudik, Jangan (Takut) Lewat Tol Cipali serta Mengintip Kesiapan Tol Cipali Sambut Pemudik lampu penerangan di tol Cipali hanya di tempatkan di titik tertentu, seperti persimpangan jembatan (fly over) atau di sekitar pintu masuk/ keluar tol. Alhasil sepanjang jalan yang kita temui hanya jalan yang gelap pekat. Penerangan sangat minim, hanya mengandalkan lampu kendaraan lain yang berada di depan, belakang atau kejauhan saja.
Menurut Wisnu Dewanto, Corporate Affair PT.Lintas Marga Sedaya selaku pengelola jalan tol Cipali, lampu penerangan memang hanya ditempatkan di tempat-tempat tertentu saja. Namun menurutnya ini sudah sesuai Undang-undang yang berlaku.
Beruntung (lagi-lagi beruntung, dasar orang Jawa!) di kilometer awal sejak pintu tol Cikopo hingga 20 kilometer sesudahnya di jalur sebaliknya ada kemacetan sepanjang 20 kilometer yang membuat jalan yang kami lalui terbantu penerangannya dari mobil yang ada di jalur tersebut. Meski tidak penuh, tapi lumayanlah agak terang sedikit.
Perjalanan Pulang yang Melelahkan
Jika saat berangkat ke Jogja melewati tol Cipali kondisi tubuh saya sedang bugar-bugarnya, maka kondisi sebaliknya terjadi saat pulang dari Jogja. Kurang istirahat di malam sebelum pulang dan harus menyetir di siang hari yang terik membuat kondisi fisik lekas menurun.Â
Berbagai cara sudah saya lakukan sepanjang perjalanan dari Jogja, seperti tidur di pom bensin, gegoleran seusai sholat di sebuah mesjid, hingga istirahat makan di sejumlah titik. Namun itu semua tidak cukup membalas kelelahan fisik yang saya alami. Apalagi saya sengaja ngebut menghindari gelap yang pekat di kawasan Tegal. Bukannya takut kegelapan, saya hanya cemas jika berada di tengah sawah dan mobil bermasalah akan menimbulkan banyak masalah. Makanya saya paksakan meski kondisi menurun tetap melajukan kendaraan dengan maksimal.
Dan akhirnya kami berhasil masuk ke tol Pejagan sekitar pukul 9 malam. Bagi saya ini bukan catatan buruk, dan saya menargetkan tiba di tol Cikampek dalam 2 jam kemudian. Sebenarnya ini bukan target yang muluk. Target ini sesuai dengan kondisi jalanan yang meski padat namun tetap jalan alias tidak macet seperti saat berangkat di ruas tol arah sebaliknya.
[caption caption="Batu Blengong Yang Misterius di jalur Cipali (foto koleksi pribadi)"]
Â
Target saya ternyata terlalu optimis. Saya hanya memperhitungkan kondisi jalanan dan abai pada kondisi tubuh yang didera kelelahan. Saat memasuki pintu tol Palimanan menuju Cikopo situasi dan kondisi ternyata tak cukup bersahabat. Konsentrasi saya bermasalah, menurun tajam. Badan yang tak lagi bugar membuat daya nalar saya menurun tajam. Ruas Palimanan menuju Cikopo menjadi ruas tol paling panjang dan menjemukan. Jalan seolah tak berujung.Â
Kecepatan kendaraan pun saya lajukan di kisaran 60 - 80 km/jam. Saya tak kuat lagi menggeber kecepatan demi mengejar cepat sampai di Jakarta sebelum tengah malam.
Perjalanan di ruas tol ini menjadi berasa sangat lama, apalagi semua penumpang tidur berjamaah di mobil. Dalam kesendirian mengemudi saya kerap melajukan kendaraan dengan sesekali diselingi menyanyi, teriak-teriak, makan permen kopi, mengoleskan bagian wajah tertentu dengan aromaterapi. Tapi itu semua tidak cukup membantu. Saya butuh istirahat!
Saya memang bukan penganut dan peminum minuman berenergi agar mata tetap terjaga saat menyetir. Bagi saya, jika tubuh kondisinya menurun dan mengantuk, bukan minuman berenergi atau kopi jawabannya. Kondisi mengantuk mesti dibalas dengan beristirahat atau tidur. Soal waktu atau durasi tidur tidak terlalu penting. Kadang harus beristirahat selama satu jam, atau di kasus lain cukup merebahkan diri di mobil selama beberapa menit kita bisa melanjutkan kembali perjalanan. Semua sesuai kebutuhan tubuh kita masing-masing.
Akhirnya tiap rest area atau tempat istirahat saya datangi. Saya sempat tidur di mushola di salah satu rest area tanpa sempat mencopot sepatu lantaran lelah yang sangat.
Tips Berkendara Aman di Tol Cipali
Dari pengalaman langsung mengemudi di jalan tol Cipali kemarin, ada beberapa hal yang bisa jadi tips bagi anda yang ingin melintas di ruas jalan tol ini. Pertama, jalan tol yang lurus tanpa tantangan seperti Cipali jangan dijadikan sirkuit tempat beradu nyali. Sangat berbahaya bagi anda yang menjadikan jalur jalan tol laksana sirkuit mobil. Pacu kendaraan di kecepatan menengah karena dengan kecepatan demikian kita masih cenderung bisa mengontrol emosi dan berkonsentrasi dengan baik.
Jika mengebut diatas batas kecepatan yang disarankan yakni 100 km/jam pengemudi bakal cenderung terlena dan enggan menurunkan kecepatan. Apalagi di sebelah jalur juga memacu kecepatan mobilnya dengan cukup tinggi sehingga kita kadang merasa 'gengsi' jika menurunkan kecepatan. Ingat masih ada orang tercinta yang menunggu di rumah. Jika kecepatan terlalu tinggi, kita bakal abai dan kurang konsentrasi. Padahal konsentrasi adalah modal utama saat mengemudi.
[caption caption="Tidur Beratap Langit di Rest Area (foto koleksi pribadi)"]
Kedua, jika kelelahan jangan memaksakan diri meneruskan perjalanan karena sangat beresiko. Menepi ke rest area adalah pilihan paling bijak. Tidak disarankan berhenti atau menepi di bahu jalan di sisi kiri. Ini sangat berbahaya karena salah-salah kendaraan kita bakal diseruduk kendaraan yang sedang hilang kendali.
Jika anda mengantuk, tidur adalah obat paling mujarab dan tidak ada duanya. Tidur adalah barang mewah yang bisa didapat semua orang. Maka tidurlah barang sejenak di tempat yang aman dan layak. Di ruas tol Cipali ada sejumlah rest area yang disediakan untuk istirahat bagi pemudik. Di sini kita bisa memilih istirahat di mobil, tempat makan atau di mushola. Beberapa pemudik saya lihat malah sengaja menggelar koran atau tikar di jalanan beraspal di rest area. Mungkin ini dilakukan karena tempat yang tersedia penuh dan hanya menyisakan jalanan beraspal saja.
Semoga apa yang saya paparkan ini berguna bagi pengguna tol Cipali. Jika terjadi kecelakaan di jalan tol jangan lagi menyalahkan jalan tolnya, tapi lihat lagi perilaku berkendara anda apakah sudah sesuai aturan keselamatan yang berlaku.Â
Salam Cipali!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H