Mohon tunggu...
Syaifuddin Sayuti
Syaifuddin Sayuti Mohon Tunggu... Dosen - blogger, Kelas Blogger, traveller, dosen.

email : udin.sayuti@gmail.com twitter : @syaifuddin1969 IG: @syaifuddin1969 dan @liburandihotel FB: https://www.facebook.com/?q=#/udinsayuti69 Personal blog : http://syaifuddin.com/

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Masa Lalu Selalu Aktual di Tembi

29 Juli 2015   04:48 Diperbarui: 11 Agustus 2015   21:30 1018
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Tembi Rumah Budaya (foto koleksi Raka)"][/caption]Jogja selalu ngangeni. Berkali-kali ke kota ini selalu mendapat hal baru dan selalu merasa ada yang belum saya tahu. Libur lebaran kemarin bersama keluarga saya jejaki beberapa spot yang belum pernah kami datangi.

Salah satu tempat yang menggoda adalah Tembi Rumah Budaya yang terletak di Sewon, Bantul.

Bayangan akan sebuah rumah budaya adalah mirip dengan Bentara Budaya yang dikembangkan oleh Kompas-Gramedia di Jakarta. Tapi ternyata amat sangat berbeda.

Rumah budaya ini berbentuk rumah Limasan khas Jawa. Masuk ke komplek Tembi Rumah Budaya kita akan dihadapkan pada suasana desa di Jawa yang masih asri. Pepohonan rindang, gemericik air sungai hingga pemandangan sawah saat membuka jendela kamar tersaji dengan apik jika menginap di Tembi. 

[caption caption="Suasana Desa nan Asri di Tembi (foto koleksi pribadi)"]

[/caption]

Pelataran dengan teras (pendopo) yang luas khas rumah Jawa menyambut pengunjung. Sebuah mobil Dodge antik berwarna hitam diparkir di bagian depan rumah, 'memaksa' pengunjung untuk berhenti sejenak di sini. Cukup jenial juga meletakkan mobil ini di bagian depan rumah.

Bentuknya yang kontras dengan suasana rumah Jawa membuat banyak pengunjung menjadikan mobil antik ini sebagai obyek foto.

Selain mobil antik, sejumlah tour guide (pemandu wisata) juga dengan ramah menawarkan diri menemani pengunjung memasuki rumah budaya ini.

Kendati pendopo menjadi sentral dari bagian depan rumah, namun pengunjung disarankan untuk mengukuti tur ke rumah budaya dari pintu yang ada di samping sebelah kanan rumah.

Penghormatan Pada Budaya 

Rumah budaya Tembi ini adalah sebuah petilasan budaya Jawa yang didirikan oleh wartawan senior P.Swantoro. Rumah ini didirikan sebagai bentuk kekaguman dan penghormatannya pada budaya luhur Jawa yang menjadi identitas banyak orang Indonesia.

[caption caption="Suasana Penginapan Menyerupai Rumah Jawa tempo dulu (foto koleksi pribadi)"]

[/caption]

Mbak Avi, pemandu yang menemani penulis selama kunjungan di sini mengatakan, rumah ini selain menjadi penanda eksistensi pemiliknya yang kebetulan orang Jawa, juga dimaksudkan sebagai tempat dokumentasi barang-barang budaya Jawa bagi kepentingan generasi sekarang dan akan datang. Generasi sekarang menurut Avi banyak yang tak lagi peduli budaya leluhurnya, karena itulah rumah budaya ini berdiri.

Apa yang dikatakan Avi ternyata ada benar juga. Sejumlah pengunjung berusia kanak-kanak mengaku tak banyak mengetahui budaya Jawa yang ditampilkan di sini. Misalnya, mengenai sejumlah dolanan atau mainan anak-anak khas Jawa. Seorang anak banyak menanyakan dolanan jadul (jaman dulu) yang dipajang di museum benda budaya. 

[caption caption="Dolanan Anak khas Jawa yang Langka (foto koleksi pribadi)"]

[/caption]

Permainan anak-anak seperti gasing, congklak, karet tali, topeng, atau sejumlah permainan dari kayu dan kertas yang saya sendiri tak tahu namanya meski dulu kerap memainkannya, menjadi barang yang asing bagi pengunjung anak yang kini lebih mengakrabi permainan elektronis. Anak-anak seperti kebingungan  karena tak lagi menemukan dolanan sejenis di kehidupan nyata.

Untuk urusan yang satu ini mungkin saya bisa dikategorikan sebagai generasi yang cukup beruntung lantaran masih sempat 'bersentuhan' dengan aneka dolanan anak yang ditampilkan di museum ini. Bahkan beberapa diantaranya dulu akrab dengan keseharian saya.

[caption caption="Koleksi celengan tradisional (foto koleksi pribadi)"]

[/caption]

Tembi Rumah Budaya berdiri pada 20 Mei 2000, terletak di Jalan Parangtritis Km 8.4, Dusun Tembi, Timbulharjo, Sewon Bantul, Jogjakarta. Namanya diambil dari nama dusun tempat rumah budaya ini berada.

Awalnya tempat ini merupakan pusat kajian budaya Jawa yang didirikan pada 6 September tahun 1995. Sebagai pusat kajian budaya Jawa, lembaga ini memfokuskan kegiatannya pada dokumentasi dan pengkajian budaya Jawa. Kemudian di tahun 2006 rumah ini dikembangkan menjadi rumah budaya dengan penambahan aktivitas kegiatan pameran benda-benda seni budaya Jawa serta penginapan.

[caption caption="Pengunjung dan sepeda Onthel yang jarang ditemukan di kota besar (foto koleksi pribadi)"]

[/caption]

Belakangan, setelah rumah budaya ini dikelola oleh putra sulung P.Swantoro yakni Norbertus Nuranto, rumah budaya Tembi ini tidak melulu fokus sebagai pusat budaya Jawa saja namun meluaskan diri sebagai rumah budaya Indonesia. Kesadaran akan kebhinekaan menjadi alasan mengapa rumah budaya ini dikembangkan.

Rumah Budaya ini terdiri dari 3 bagian besar bangunan, masing-masing ada penginapan yang terbuka untuk umum, warung (tempat makan), serta bangunan museum budaya Jawa. Di luar ini masih ada pula sanggar tempat latihan menari bagi anak-anak serta ruang tempat kursus pembawa acara (MC) berbahasa Jawa.

[caption caption="Topeng dolanan anak-anak 9foto koleksi pribadi)"]

[/caption]

Semua koleksi benda budaya yang ada di Tembi Rumah Budaya ini semuanya merupakan koleksi pribadi pemilknya. 

Beraneka Kegiatan Budaya

Lalu, apa sebenarnya kegiatan (aktivitas) yang ada di rumah budaya Tembi? Kegiatan di Tembi ada bermacam-macam, ada yang sudah ada di sini tanpa adanya event khususpun tetap ada. Ada pula yang tergantung moment seperti festival musik atau festival film. Sementara kegiatan reguler selain pameran benda budaya di museum, juga ada latihan seni tari Jawa, latihan menjadi MC berbahasa Jawa. Berikut kegiatan yang ada di Rumah Budaya Tembi yang bisa dipilih atau diikuti oleh pengunjung.

1. Kegiatan budaya Jawa:

Karena dikenal sejak awal sebagai Lembaga Studi Jawa, kegiatan kajian budaya Jawa masih diteruskan hingga kini. Penelitian, pendokumentasian, dan praksis Budaya Jawa masih terus dijalankan. Di sini secara reguler juga digelar aneka kegiatan budaya seperti karawitan, macapatan, jamasan keris, hingga kursus pranata adicara (kursus pemandu acara (MC) dalam bahasa Jawa). 

[caption caption="Sudut koleksi buku Jawa (foto koleksi pribadi)"]

[/caption]

 2. Seni Rupa

Sementara itu dalam bidang seni rupa, Tembi Rumah Budaya juga menyelenggarakan program reguler Artist in Residence, yang memberikan fasilitas tinggal selama 3 bulan, dan beasiswa bagi seorang seniman, agar bisa berkreasi secara maksimal.

Program ini ditujukan untuk seniman muda berusia 25 tahun ke bawah dengan pertimbangan bahwa pada usia belia mereka masih bersemangat tinggi dalam bereksplorasi serta mencari bentuk dan isi. Setelah berkarya selama tiga bulan, seniman memamerkan karyanya di Galeri Tembi dan meninggalkan satu buah karyanya sebagai koleksi Tembi Rumah Budaya. 

[caption caption="Koleksi Iklan jadul sabun mandi (foto koleksi pribadi)"]

[/caption]

Program Artist in Residence ini sangat penting mendukung keberadaan seniman muda supaya mereka berani berekspresi tanpa terkendala dana, dan tempat. Oiya, selain itu, secara berkala TRB juga menggelar pameran seni rupa, baik pameran tunggal maupun pameran bersama dengan target apresiasi seni. Saat saya berkunjung di sisi kiri bangunan museum sedang dipersiapkan sebuah pameran lukisan.

3. Tari

Dalam bidang seni tari, Tembi Rumah Budaya membentuk Tembi Dance Company (TDC) pada Mei 2009, yang menciptakan tari kontemporer berbasis tari etnis, terutama Jawa. Pada 2009 dan 2010 TDC pentas di Jepang, masing-masing di Nigata dan Tokyo, serta tampil di Asia Tri Jogja Festival beserta penari dari berbagai negara Asia dan Eropa.

[caption caption="Foto Jenis-jenis sesajen dalam masyarakat Jawa (foto koleksi pribadi) "]

[/caption]

Bagi anak-anak di sini juga bisa mempelajari tari tradisi Jawa yang latihannya di gelar di sanggar tari di tengah bangunan utama.

4. Musik

Dalam bidang musik, Tembi Rumah Budaya memiliki wadah komunitas peminat, pelaku dan penikmat musik bernama Forum Musik Tembi (Fombi) yang berdiri pada tahun 2011. Sejak Mei 2012 di sini digelar Festival Musik Tembi (FMT) yang menampilkan kelompok musik etnis dari dalam dan luar Yogya. Kegiatan ini menjadi kalender tahunan Tembi Rumah Budaya.

5. Film

Di bidang perfilman TRB menggelar Festival Film Dokumenter (FFD), yang digelar setiap bulan Desember sejak tahun 2001 . Festival ini adalah festival film dokumenter yang pertama di Indonesia dan Asia Tenggara.  Dari penyelenggaraan festival ini terbentuklah Komunitas Dokumenter yang bertujuan membangun infrastruktur di bidang film dokumenter, dengan program-progam: pengembangan SDM, pusat data dan informasi, sosialisasi dan jaringan kerja, pendidikan dan pelatihan, serta festival. Komunitas Dokumenter bersifat nirlaba dan non-partisan.

[caption caption="Peragaan kegiatan membatik (foto koleksi pribadi)"]

[/caption]

6. Situs www.tembi.net

Tembi Rumah Budaya juga memiliki situs internet multimedia yang berisi liputan, dan ulasan, aneka peristiwa budaya baik di Yogyakarta maupun Indonesia pada umumnya. Selain itu, tembi.net juga menyajikan beragam karya budaya lama yang masih layak untuk diapresiasi hingga kini. Situs tembi.net (dulu bernama www.tembi.org) pernah menjadi Juara 2 Lomba e-Content untuk Kategori e-Culture dari Kementerian Riset dan Teknologi pada 2004. 

 7. Penerbitan Buku

Secara berkala Tembi Rumah Budaya juga menerbitkan buku-buku sejarah dan kebudayaan. Buku-buku yang telah diterbitkan antara lain: Kidung Malam (Herjaka Hs) berupa novel wayang, Pitutur Luhur Leluhur (Albes Sartono),‘Resep dan Makna Sajen Pasang Tarub (Suwandi Suryakusuma dkk), Ayah Anak Beda Warna: Anak Toraja Kota Menggugat (Tino Saroengallo), Rerasan Owah Gingsiring Jaman (Prof. Dr. N. Driyarkara), dan Sejarah yang Memihak: Mengenang Sartono Kartodirdjo (M. Nursam dkk).

[caption caption="Berfoto di depan mobil antik jadi favorit pengunjung (foto koleksi pribadi)"]

[/caption]

Dengan aneka kegiatan ini, Tembi Rumah Budaya tak punya mimpi yang muluk. Cukup menjadi salah satu rujukan dalam kegiatan budaya di Indonesia. Tembi sudah memberikan ruang berekspresi yang lega bagi para penikmat dan penggiat budaya, tinggal bagaimana masyarakat pecinta seni mengapresiasinya.

Jika berlibur ke Jogjakarta saya rekomendasikan kunjungan ke tempat ini selain menikmati kemacetan di Malioboro atau bermandi peluh di pantai Gunung Kidul. Karena saya yakin orang 'sekarang' butuh sesuatu yang selalu aktual, meski itu adalah masa lalu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun