[caption id="attachment_356762" align="aligncenter" width="585" caption="Jakarta Street Food Festival (foto: koleksi pribadi)"][/caption]
Setelah membuat heboh gelaran Kompasianival dengan makan gratis berjamaah, Komunitas KPK (Kompasianer Penggila Kuliner) kembali melakukan penggerebekan tempat makan. Kali ini giliran Jakarta Street Food Festival di La Piazza, Mal Kelapa Gading, Jakarta Utara, yang digerebek hari Rabu (26/11).
Enam orang petugas KPK hadir, yakni saya sendiri, Rahab Ganendra, Sutiono Gunadi, Fitri Rosdiani, dan pasangan Nur Aliem beserta istrinya Bunda Sitti Rabiah. Selama penggerebekan kami ditemani mbak Indri dari La Piazza. Oiya, ini adalah gelaran KPK gerebek kedua di La Piazza setelah sebelumnya kami sama-sama menggerebek Jakarta Barbeque Festival.
Saya tiba di lokasi paling awal dan langsung menjelajahi tiap sudut lokasi festival. Lokasinya sendiri berada di halaman La Piazza, tepatnya di Doc 88, lokasi yang sama dengan Jakarta Barbeque Festival beberapa saat lalu.
[caption id="attachment_356763" align="aligncenter" width="480" caption="Salah satu sudut JSFF (foto: koleksi pribadi) "]
Tiba di lokasi saya disambut gerbang besar dengan ornamen Asia yang sangat kental. Ada sebuah rickshaw (sejenis Becak dari Tiongkok) yang ditempatkan persis di pintu masuk. Di sana sini juga terlihat aksara kanji dan China yang menghiasi jajaran booth peserta.
Untuk mencicipi aneka makanan di area festival, pengunjung mesti menukarkan uang dengan kupon yang menyerupai uang kertas di ticket box di pintu masuk. Uang mainan yang didesain mirip uang monopoli itu memiliki nominal seribu hingga sepuluh ribu rupiah. Uang ini merupakan alat tukar-menukar yang sah di area festival. Dengan uang tersebut kita bisa membeli aneka jajanan sesuai keinginan.
Penyelenggara juga punya cara lain bagi pengunjung yang enggan menggunakan uang kertas mainan. Mereka bisa menggunakan uang elektronik. Kali ini La Piazza menggandeng Bank Mandiri yang menyediakan layanan Mandiri E-money sebagai alat pembayaran sah. Bahkan di booth Mandiri pengunjung juga bisa menukarkan fiesta poin miliknya yang bakal dibarter untuk berbelanja di area festival.
Ini adalah cara cerdas penyelenggara yang merangkul kalangan perbankan. Dan ini sekaligus digunakan sebagai kampanye penyadaran masyarakat mengenai kegunaan uang elektronik yang jauh lebih praktis dan simpel bagi masyarakat,
Semua Enak dan Enak Banget
Sempat agak bingung  saat memilih jajaran makanan di sini. Semuanya enak, semuanya menggoda. Saya butuh dua kali keliling venue untuk meyakinkan pilihan.
[caption id="attachment_356765" align="aligncenter" width="480" caption="We Eat, We Write (foto: koleksi pribadi)"]
Dari jajaran makanan lokal, ada ketoprak Ciragil yang kondang, Di sudut berbeda ada bakso Radja yang banyak dipilih pengunjung. Selain itu ada pula sate padang, bebek goreng Suryo, mie Karet, Sate Blora, kue cubit, cilok, dan masih banyak lagi,
Sementara itu sajian makanan manca negara juga amat beragam dan membuat bingung memilihnya. Ada sushi, ramen, klapertart, hingga es campur ala Thailand.
Untuk hidangan pembuka saya pilih bakso Radja. Saya pilih ini karena udara mulai dingin di sore hari, sepertinya cocok mengunyah makanan berkuah seperti bakso. Semangkuk bakso campur porsinya cukup besar. Ada 2 bakso telur dan urat berukuran besar. Selain itu ada pula bakso kecil-kecil, serta tahu berukuran jumbo. Slurp....nikmat..
Satu persatu petugas #KPKGerebek kemudian hadir di lokasi. Saya sempat mencicipi lagi beberapa penganan seperti sushi, bebek goreng suryo, es krim Hong Tang, hingga Thailand Go Go.
Bebek gorengnya juara. Dagingnya empuk, dengan tingkat kematangan yang pas. Bebek goreng ini nikmat  dimakan dengan cocolan sambalnya yang yahud. Satu potong rasanya kurang. Karenanya saya pun memesan dua untuk dibawa pulang.
Bagaimana dengan dessertnya? Kebetulan saya sempat mencoba 3 macam yakni yoghurt beku Ninochka rasa strawberry, es krim rasa teh hijau, dan es campur Thailand Go Go. Ketiganya sama-sama menyegarkan. Hong Tang dengan es krim teh hijaunya selalu bikin kangen.
Sementara Thailand Go Go membuat penasaran lantaran dikemas dengan cantik. Padahal isinya es campur  biasa  sama dengan es campur ala Indonesia. Hanya bedanya, ada potongan ubi kukus yang menjadi salah satu toppingnya. Yang unik es campur ini ditaruh dalam wadah batok kelapa. Keliatan beda dari es campur Indonesia yang umumnya ditaruh dalam wadah mangkuk atau gelas.
Kuliner selain soal rasa pada prinsipnya adalah masalah packaging atau kemasan. Bila ditata dengan baik akan menambah daya tarik dan membuat orang penasaran ingin mencobanya. Untuk yang satu ini Thailand Go Go memang jago mengemas.
Secara umum gelaran Jakarta Street Food Festival ini saya nilai cukup rapi. Pengunjung tiap harinya cukup banyak. Konsep festival makanan yang menampilkan ragam kuliner nusantara yang berpadu dengan kuliner manca negara rupanya menarik minat pengunjung. Jika di hari kerja pengunjung yang datang umumnya adalah para pekerja. Mereka melakukan jelajah rasa bersama rekan sejawat. Ini berbeda dengan di akhir pekan yang umumnya didatangi pengunjung keluarga.
Kalau boleh melayangkan sedikit kritik pada penyelenggara, sebaiknya semua tenant peserta JSFF diberikan stok uang kertas yang sama banyak, sehingga tak ada kasus belanja tak ada kembaliannya. Meski kembaliannya jumlahnya kecil tapi cukup mengganggu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H