Lokasi wisata alam penangkaran buaya Blanakan berdiri sejak tahun 1983. Tempat ini merupakan satu-satunya lokasi penangkaran buaya mulai dari proses bertelur, penetasan, hingga pengembang biakan buaya satu-satunya di Jawa Barat. Taman wisata alam ini berada di bawah naungan Perhutani.
[caption id="attachment_367042" align="aligncenter" width="320" caption="Petugas di Taman Wisata Blanakan yang Bersahaja (foto: koleksi pribadi)"]
Berkunjung ke wisata alam penangkaran buaya Blanakan Anda bakal kaget dengan suasana apa adanya, bahkan seadanya di depan mata. Selain sarana jalan yang buruk, di sini manajemen tiketnya pun amburadul. Di pintu masuk pengunjung dikutip tiket masuk sebesar 11 ribu rupiah per orang dan parkir mobil 5 ribu rupiah. Namun jika ingin menyaksikan buaya raksasa pengunjung mesti kembali membayar tiket 8 ribu rupiah.
Sebuah kutipan uang yang membingungkan, sebab jika ke taman wisata ini dan tidak ikut membayar lagi tiket itu pengunjung hanya bisa menyaksikan kandang-kandang buaya yang kumuh, tak terawat.
Hal lainnya yang cukup memprihatinkan adalah faktor keamanan bagi pengunjung yang sepertinya diabaikan oleh pengelola. Tidak ada pagar pembatas yang optimal yang memagari pengunjung dari kemungkinan adanya serangan hewan buaya. Menurut Imron sang pawang, selama ini memang tak ada pagar permanen yang dipasang di taman wisata ini. Namun itu bukan berarti membahayakan pengunjung. Karena tiap pengunjung masuk untuk melihat Baron dan Jack selalu didampingi oleh pawang sebagai pemandu.
Perlu Pembenahan
Melihat kondisi taman wisata alam Blanakan yang terbengkalai, mestinya pemerintah daerah Jawa Barat serius membenahi taman wisata ini hingga menjadi lebih baik. Akses jalan menuju lokasi wisata dan di bagian dalam taman wisata mendesak untuk dibenahi. Harus dicari jalan keluar agar akses jalan menuju kawasan ini bisa dilalui kendaraan dengan aman dan pengunjung tidak segan bertandang kemari.
Oiya selain penangkaran buaya, taman ini juga menjadi 'rumah' bagi ribuan burung kuntul yang mendiami pepohonan yang ada di sejumlah titik. Umumnya burung kuntul hidup secara bergerombol, membuat sarang dan menempatkannya di ketinggian pohon.
Burung kuntul yang ada di taman wisata ini hidup secara mandiri. Mereka mencari makan ikan yang mereka dapat dari kolam-kolam/empang yang ada di sekitar lokasi wisata.
Sayangnya, keberadaan burung-burung ini seperti tak diinginkan oleh pengelola. Jika sadar bahwa keberadaan burung kuntul ini merupakan aset taman wisata, pengelola bisa membuatnya menjadi atraksi wisata yang menarik. Seperti apa? Itu pe-er yang mesti dikerjakan oleh Perhutani selaku pengelola taman wisata alam Blanakan.