Mohon tunggu...
Syaifud Adidharta 2
Syaifud Adidharta 2 Mohon Tunggu... Kompasianer -

Hidup Ini Hanya Satu Kali. Bisakah Kita Hidup Berbuat Indah Untuk Semua ?

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Waspada Perang Pencitraan Jokowi Vs Prabowo Menyesatkan...

6 Juni 2014   22:50 Diperbarui: 20 Juni 2015   04:58 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="600" caption="Jokowi vs Prabowo perang syaraf dengan aksi politiknya yang propaganda dengan pemanfaatan media sosial yang gratisan. Beragam propaganda itu sebenarnya bertujuan untuk memengaruhi orang agar memilih figur politik yang diusungnya. Cara propagandanya saja yang berbeda. Ada yang masuk kategori white propaganda ataupun black propaganda yang populer dengan sebutan black champaign (kampanye hitam). Bila propaganda putih berupaya menyampaikan pesan jagoannya dengan informasi obyektif, jujur, sportif dan mengedepankan kelebihan prestasi jagoannya untuk memengaruhi orang lain, sebaliknya propaganda hitam dalam pesannya sarat dengan fitnah, informasi palsu dan menghalalkan segala cara untuk menyukseskan misinya. (Ilustrasi : Kompasiana)"][/caption]

Satu bulan lagi rakyat Indonesia akan menentukan pemimpin untuk bangsanya, tepatnya pada hari Rabu 9 Juli 2014. Pada hari dan tanggal tersebutlah dua kubu pasangan Capres-Cawapres RI 2014 Jokowi - JK versus Prabowo - Hatta siap mempertaruhkan nama besarnya didalam kancah politik memperbutkan kekuasaan tampu kepemimpinan bangsa Indonesia kedepan untuk periode tahun 2014 - 2019.

Kedua kubu Capres - Cawapres RI tersebut tentunya tidak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk memanfaatkan waktu yang tinggal menghtung hari tersebut.

Kedua kubu tentunya akan lebih mengiatkan lagi strategi pencitraan politiknya dengan berbagai cara, dan sudah tentu pastilah media akan menjadi sarana mereka untuk mengumbar visi dan misinya kepada seluruh rakyat Indonesia yang memiliki hak pilih. Selain itu media sosial akan menjadi andalan mereka sebagai alat pencitraan yang paling ampuh.

Sementara itu kedua kubu pasangan Capres - Cawapres RI 2014 sudah jauh - jauh hari saling serang dan mengubar janji politiknya dengan berbagai treatment memalui media yang ada, salah satunya adalah media sosial.

Dan sangat disayangkan jadwal kampanye Pilpres RI 2014 belum terlaksana berdasarkan jadwal tetap KPU RI, ternyata kedua kubu sudah saling serang dan menghujat berbagai treatment politik yang justru banyak membingungkan publik, terlebih lagi isu - isu negatif yang sering dimunculkan.

Dan yang lebih kreatif lagi justru isu - isu politik panas yang sering dimunculkan, terutama soal keburukan masa lalu yang memang menyataannya terjadi dan dilakukan oleh masing-masing individu pasangan Capres - Cawapres RI 2014, dan sudah pasti hal itu akan lebih memanas suhu politik Pilpres RI 2014 mendatang.

Hujat menghujat, fitnah memfitnah adalah hal biasa yang terjadi di dunia perpolitikan, apalagi soal perebutan kursi kekuasaan untuk kepemimpinan bangsa, Presiden dan Wakil Presiden.

Akan tetapi hal itu akan memberikan sebuah efek negatif bagi kedua kubu pasangan Capres - Cawapres RI 2014. Mengapa?, karena masyarakat Indonesia saat ini sudah lebih jernih dalam memilah sebuah nilai atas isu - isu politik yang berkembang saat ini.

Disinilah perlu adanya sebuah kreatif pencitraan politik yang lebih positif, dan hal itu perlu dilakukan dengan adanya sebuah keseimbangan media didalam memberikan informasi kepada masyarakat. Media dituntut untuk lebih peka dan inovatif didalam mengemban tugas dan tanggung jawabnya sebagai pusat informasi serta sebagai alat kontrol sosial yang terdepan.

Akan tetapi justru media sosial-lah yang masih belum bisa dikendalikan untuk menekan dan mengurangi sebuah informasi yang sering kebablasan, perhatikan saja isu yang berkembang belum lama ini bahwa kedua kubu Capres - Cawapres ROI 2014 sudah saling serang mengembangakn isu - isu negatifnya dengan menggunakan media sosial (Media Maya).

Dan sekilas kita bisa melihat di berbagai media online dan sosial media seperti twitter dan facebook, kedua kubu saling berpromosi kebaikan masing-masing dan saling menjatuhkan sama lain. Hebatnya lagi pengendalian isu politik panas lebih didominasikan oleh para tim sukses dan relawan dari kedua kubu Capres - Cawapres RI 2014 tersebut, Jokowi - Jk dan Prabowo - Hatta.

Sementara itu sampai ini pula terlihat jelas ada beberapa media elektronika lainnya yang dengan terang benderang memberikan informasi politik Pilpres RI 2014 dengan sengaja dibuat memanas, bahkan sepertinya memang sudah menjadi bagian dari kontrak politik dari para kedua kubu Capres - Cawapres RI tersebut untuk pencitraan politiknya.

Lihat saja seperti di pemberitaan TV swasta menjelang Pilpres RI ini memang sangat terlihat keberpihakkannya kepada Capres - Cawapres RI tertentu, khususnya Metro TV dan TV One.

Masing-masing media tv tersebut selalu mengedapankan Capres - Cawapres RI yang didukungnya, misalnya Metro TV selalu mengunggulkan Jokowi - JK dengan secara mencolok yang jelas sekali, hal itu justru membuat Prabowo - Hatta cenderung disudutkan.

Sebaliknya TV One selalu mengangkat - angkat Prabowo sebagai Capres yang didukungnya. Jadi kalau diperhatikan kedua TV tersebut diatas malah membuat muak pemirsa karena sudah bisa dibaca kemana arah berita yang di informasikan. Untung saja Kompas TV tetap dalam kenetralannya. Salud buat Kompas Tv...

Disinilah tugas berat media dalam menjalankan tanggung jawabnya sebagai alat informasi yang demokratis serta sebagai teropong kontrol sosial. Dan media apapun wajib bersikap netral dalam memberitakan informasi kepada masyarakat luas dengan tidak mengurangi nilai - nilai kode etik tentang pers itu sendiri. Media dan Pers bukanlah preman dalan tugas dan tanggung jawabnya, media dan pers adalah bagian dari mulut, telinga dan mata masyarakat Indonesia. Jadikan media itu adalah wadah untuk pencerdasan bangsa yang lebih baik lagi. Berikan informasi yang positif, berimbang, adil, konstruktif, agar akurat serta tidak tendensius.

*****

Penulis : Syaifud Adidharta atau Syaifud Adidharta Edisi : 2

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun