Mohon tunggu...
Syahzmil
Syahzmil Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Ilmu Politik Universitas Indonesia

Mencoba menyalurkan ilmu dan pemikiran melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dari Faksi hingga Diversity

24 Oktober 2024   00:10 Diperbarui: 24 Oktober 2024   01:03 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Meski tidak secara eksplisit, melihat dari pemikiran dan statement yang dikeluarkan, dapat dipahami Leigh sebagai orang yang mengimani keberagaman dalam politik. Terlihat bahwa pendekatan kesetaraan diutamakan sehingga tidak terjadi diskriminasi dalam proses politik. Gaya berpolitik seperti ini lahir dari budaya diskusi ALP yang conference-centered didasari oleh budaya egaliter sesuai ideologi kiri. Pandangan ini pun tidak terbatas hanya pada gaya diskusi, melainkan diimplementasikan dalam membangun kebijakan yang memerhatikan seluruh pihak tanpa leaving no one behind. Dari sini, perlu kiranya politik negara-negara lain untuk menerapkan pemahaman keberagaman dan perbedaan sehingga pemahaman kritis serta check and balance tetap berjalan. 

Mengaitkan sedikit ke negara penulis, yaitu Indonesia. Pendekatan keberagaman sekiranya akan sulit untuk diterapkan dalam politik Indonesia yang masih feodalistik. Relasi patron-klien yang mengakar secara tidak langsung aktor-aktor politik untuk patuh pada "arahan" patron mereka. Hal ini terlihat dari gaya kelembagaan partai yang lebih condong ke leader-centered, tidak seperti ALP. Begitupun berkaitan isu, keberagaman terkadang hanya menjadi "gimik" dalam politik Indonesia, tanpa benar-benar merepresentasikan kelompok tersebut. Isu-isu gender dan seksualitas rasanya belum benar-benar diupayakan dan implementasikan dalam kebijakan di Indonesia. Pendekatan leaving no one behind pun belom dapat diterapkan, seperti terlihat dalam mandeknya pembahasan RUU PRT yang ditujukan untuk menjamin kelompok-kelompok rentan di sektor informal. Namun, melalui perspektif komparatif, setidaknya rangka politik Australia (terutama ALP) dapat menjadi referensi untuk mengkonstruksikan politik Indonesia dengan gaya yang lebih baru dan kritis. Mulai dari lembaga, budaya, hingga isu politik di Australia sangat dapat diterapkan oleh Indonesia, bila ingin menjadikan politik sebagai alat perjuangan, bukan hanya alat transaksi. 


Referensi

Dhanji, K., & Crowley, T. (2024, August 29). Labor faces fresh internal backlash over gender and sexuality in census. ABC. https://www.abc.net.au/news/2024-08-29/labor-faces-lgbtq-census-backlash/104288430

Gans, J., & Leigh, A. (2020). Innovation + Equality: How to Create a Future That Is More Star Trek Than Terminator. MIT Press.

Leigh, A. (2021, Desember 22). Judging Diversity. Andrew Leigh. https://www.andrewleigh.com/judging_diversity

Leigh, A. (2022, June 30). Multiculturalism makes us more dynamic, interesting, and affluent nation - Transcript, ABC Radio Brisbane. Andrew Leigh. https://www.andrewleigh.com/multiculturalism_makes_us_more_dynamic_interesting_and_affluent_nation_transcript_abc_radio_brisbane

The Party System. (1989). In R. Smith & L. Watson (Eds.), Politics in Australia (pp. 110-125). Allen & Unwin.

Scalmer, S. (1997). The Affluent Worker or the Divided Party? Explaining the Transformation of the ALP in the 1950s. Australian Journal of Political Science, 32(3). DOI: 10.1080/10361149750823

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun