"Apapun, untuk menebus kesalahanku." Katanya dengan suara gemetar
"Sudah hampir 15 menit, Fred belum kembali" jelasku "barusan aku mendengar suara peluit, aku sangat yakin itu adalah peluit yang dimiliki oleh Fred"
Mendadak peluit itu berbunyi lagi.
"kau dengar itu?" tanyaku.
"Iya" Her menghentikan gerakkannya. Pandangannya menelusuri setiap sudut semak yang mengitari mobil kami.
"Jadi, aku minta tolong, jangan biarkan ada seorangpun yang keluar dari minibus sampai aku kembali," pintaku "aku sudah menghubungi rekanku dan rumah penjaga hutan konservasi. Mereka akan segera datang."
"Tapi..."
Belum sempat ia meneruskan perkataannya, aku menimpali "aku percaya padamu pak." Kataku lagi "aku akan berbicara dengan pak Lukman agar ia mau membantum"
Setelah meyakinkan Her, aku kembali kedalam minibus untuk menerangkan apa yang sedang terjadi. Aku menjelaskan bahwa Fred mungkin sedang butuh pertolongan. Meskipun ia membawa semua perlengkapan, ia hanyalah seorang pria tua. Semua orang nampak khawatir, tapi aku terus menjelaskan agar jangan panik.
Pertama aku meminta agar Prita membuka sedikit jendela yang ada di dekatnya agar Kevin tetap mendapatkan udara. Kemudian, aku meminta  Lukman membagikan obat nyamuk yang tersisa di tas pinggangnya kepada semua orang.
"Anggi, matikan kameramu" pintaku, "flash di kameramu akan lebih berguna jika dijadikan sebagai sumber penerangan."