Baliho, Duet dan Parpol
Ketika hendak menuju kota Maros, saya berhenti sejenak tepat di simpang lima, jalan masuk Tol Reformasi-Bandara-Mandai dan Jalan Perintis Kemerdekaan. Pandangan saya langsung tertuju pada baliho besar yang terpampang di simpang lima tersebut. Gambar dua tokoh politisi senior Sulsel, yang sering menghiasi pemberitaan media-media lokal akhir-akhir ini, Ilham Arief Sirajuddin (IAS) dan Azis Kahar Muzakkar (AKM).
Tak tanggung-tanggung, baliho dengan ukuran besar dipasang kembar, di sisi kiri dan kanan jalan. Seolah hendak menunjukkan kepada masyarakat bahwa duet pasangan ini tak main-main untuk bertarung dengan Syahrul Yasin Limpo, Gubernur Sulsel, dalam perebutan kursi pemerintahan Sulawesi Selatan ke depan.
Aco dan Azis Kahar, sapaan akrab keduanya, memang pasangan duet Balon (bakal calon) Gubernur dan Wakil Gubernur Sulsel 2013-2017. Meski KPUD Sulsel belum membuka secara resmi pendaftaran calon, tapi pasangan ini telah mendeklarasikan lebih awal kesiapan mereka bersaing dalam pemilukada Sulsel 2013.
Tak jauh dari baliho pasangan Aco dan Azis Kahar, berdiri tegak baliho Besar Syahrul Yasin Limpo (SYL) seorang diri. Jika kedua Baliho tersebut bisa bicara, kira-kira begini redaksinya.
Baliho pasangan Aco dan Azis Kahar: "wahai masyarakat Sulsel, kami berdua adalah calon yang paling berani dan jantan, ketika tetangga kami masih sibuk mencari duet pasangan untuk bertarung, kami berdua sudah bulatkan tekad dan selangkah lebih maju untuk kemajuan Sulsel".
Motto Yusuf Kalla, mantan Wapres, 'lebih cepat lebih baik' dipahami betul oleh pasangan Aco dan Azis Kahar, sehingga pengumunan dan pendeklarasian duet pasangan ini paling cepat dari bakal calon yang lain.
Baliho SYL menimpal balik: "memang saya belum tentukan duet sebagai pendamping, karena Syahrul seorang diri saja, belum tentu bisa dikalahkan oleh kalian berdua".
Di mana-mana, baliho Syahrul Yasin Limpo memang tampak masih seorang diri, tanpa duet atau pasangan. Tapi, bisa jadi pengaruh beliau sebagai incumbent dinilai oleh sejumlah pakar politik lokal, masih mampu menandingi bahkan mengalahkan pasangan duet Aco dan Azis Kahar.
Kita masih ingat betul, bagaimana pemilukada sebelumnya, Syahrul yang berposisi hanya sebagai Wakil Gubernur mampu mengalahkan Amin Syam yang menjabat sebagai Gubernur Sulsel saat itu. Apalagi sekarang, ketika jadi orang nomor 1 di Sulsel, rasa-rasanya sangat sulit menemukan calon lawan sepadan yang mampu menyaingi pengaruh dan kuasa Syahrul.
Periode pertama kepemimpinan Syahrul Yasin Limpo dan Agus Arifin Nu'man, yang popular dengan jargon SAYANG, memang berjalan lancar dan hampir tak ada celah untuk kritik. Meski masih ada beberapa kekurangan, kepiawaian Syahrul dalam beretorika dan berpolitik, seolah menutupi kekurangan tersebut. Inilah salah satu keuntungan dan keunggulan yang dimiliki oleh Syahrul.
Keuntungan lain yang dimiliki oleh Syahrul adalah peta kekuatan parpol yang mengusungnya. Golkar sebagai parpol terbesar di Sulsel, kemungkinan besar merekomendasikan Syahrul dalam pilgub Sulsel tahun 2013. Indikator itu muncul pasca kedatangan Abu Rizal Bakrie, ketua umum Golkar, di Makassar beberapa hari yang lalu.
Sejauh ini, memang baru pasangan Aco dan Azis Kahar yang secara terang-terangan mengumumkan kesiapan mereka sebagai kandidat pesaing Gubernur Sulsel, Syahrul Yasin Limpo (SYL). Aco yang dipastikan maju atas rekomendasi Partai Demokrat terus mencari dukungan dan simpatisan dari parpol lain, karena Azis Kahar tidak punya mobilitas dengan parpol tertentu. Meski demikian, popularitas Azis sebagai putra Luwu masih menjadi nilai jual yang mahal. Itulah kiranya mengapa Ilham dan Demokrat sepakat untuk meminang putra Luwu tersebut.
Kekuatan lain yang dinilai sangat menentukan pada pemilukada mendatang adalah suara arus poros tengah, khususnya PAN, PKS dan Hanura. Ketiga parpol tersebut belum menentukan arah ke mana mereka akan merapat. Ketiganya masih sibuk dengan urusan kalkulasi politik yang belum pasti, apakah merapat ke kubu Demokrat atau Golkar?.
Hubungan PAN dan Demokrat di tingkat nasional semakin mesra, dengan adanya jalinan hubungan keluarga SBY dan Hatta Radjasa. Namun, ini tidak menjadi jaminan PAN dan Demokrat di Sulsel demikian. Demikian halnya dengan PKS, yang selama ini menilai Azis sejalan dengan ideologi mereka, masih bingung menentukan sikap. Apakah ideologi partai akan mereka kesampingkan demi posisi strategis yang dijanjikan oleh Syahrul ataukah sebaliknya?.
Kita belum tahu apa yang akan terjadi ke depan. Ungkapan "tak ada yang abadi dalam politik, yang abadi hanya kepentingan" menjadi tolak ukur sementara dalam menilai politik, termasuk pemilihan Gubernur 2013 mendatang.
Kembali ke duet pasangan Balon Gubernur. Peresmian dini duet pasangan Aco dan Azis Kahar, terkesan lebih berani dalam menentukan sikap politik dibanding dengan bakal calon yang lain. Syahrul, yang masih menjabat sebagai Gubernur Sulsel, sudah pasti akan turut serta dalam kompetisi bergengsi ini. Tapi, sampai hari ini, sikap politik SYL masih belum bisa ditebak. Utamanya yang terkait dengan pasangan atau duet yang akan mendampingi beliau kelak. Sepertinya, kalkulasi politik Syahrul belum menemukan angka-angka yang pas untuk bisa mengalahkan pesaing-pesaingnya, khususnya pasangan Aco dan Azis Kahar.
Tampilnya pasangan Aco dan Azis Kahar memang menjadi momok yang menakutkan bagi Syahrul. Aco yang sudah dua periode menjabat sebagai Wali Kota Makassar adalah sosok yang sangat berpengaruh di kota Makassar dan Azis Kahar adalah tokoh kharismatik dari Luwu.
Akhirnya, perang baliho, stiker, spanduk, dan poster menjadi pemandangan yang menarik menjelang pemilukada Sulsel 2013. Dari jantung kota hingga sudut pedesaan terpencil, tak lepas dari kehadiran baliho ataupun sejenisnya, yang terpampang di sepanjang jalan. Perang memang belum dimulai, tapi tabuh gendang sudah mulai terdengar di mana-mana.
Aroel, Pojok Karebosi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H