Jangan tersenyum, karena nanti musim gugur marah, karena kalau kamu tersenyum bunga-bunga bermekaran di musim semi yang tak selalu datang.
Hidup itu adalah sebuah pertarungan, bertarung melawan Amarah, rasa benci, dan juga kita diharuskan untuk memilih dan menentukan, yang pada akhirnya kita akan kembali bertarung melawan sebuah kerelaan tentang dia yang ingin pergi bersama malam yang gelap.
Di paksa tersenyum oleh keadaan yang menyakitkan, bahwa merelakan tak seindah mekar bunga di musim gugur.
Mengikhlaskanmu pergi adalah gunung yang tidak akan mampu di angkat oleh perasaan.
Semakin kita dewasa cobaan akan datang silih berganti baik itu soal perasaan, cinta dan juga kerinduan untuk pulang.
Memilih pasangan di ibaratkan seperti seorang penulis, membekas di ingatan, nyata di tindakan, dan tidak mudah dilupakan.
Aku mencintaimu seikhlas awan mencintai hujan, yang tak pernah berhenti memahami, sekuat apapun menahan pergi, hujan pasti akan tetap jatuh ke peluk bumi.Â
Sejak hari dimana kata terucap oleh lisan mu, rasanya dunia tak lagi indah, bait hanya luka, dan harapan hanya kenangan, tenggelam dalam harapan dan mati tanpa tujuan.
Pohon akan bernafas kepada udara menjadikan oksigen untuk manusia sebagai penghidupan.
Gunung tidak pernah berbohong untuk sebuah keindahan, berbeda dengan dirimu yang kerap kali mengutarakan kalimat yang tidak sesuai dengan fakta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H