Pengertian ruang lingkup sejarahÂ
      Lingkup peradaban Islam sering ditinjau melalui periode-periode sejarahnya. Menurut Nourouzzaman Shiddiqy, sejarah peradaban Islam terbagi menjadi tiga tahap utama: periode klasik (sekitar 650--1258 M), periode pertengahan (dari jatuhnya Baghdad hingga akhir abad ke-17 M), dan periode modern (dimulai dari abad ke-18 hingga saat ini). Harun Nasution juga membagi sejarah peradaban Islam dalam tiga periode, yaitu periode klasik (sekitar 650--1250-an), periode pertengahan (1250--1800-an), dan periode modern (dari 1800 hingga masa kini).
Periode klasik (610-1258 M)
    Periode Klasik adalah masa kejayaan dan puncak kemajuan dalam sejarah peradaban Islam, yang terbagi dalam dua fase:
 Fase Ekspansi, Integrasi, dan Pusat Kemajuan (650--1000 M) Â
  Pada fase ini, wilayah Islam berkembang pesat, mencakup Afrika Utara hingga Spanyol di Barat, dan dari Persia hingga India di Timur. Wilayah-wilayah tersebut berada di bawah kekuasaan Islam, yang saat itu mengalami puncak kemajuan dalam ilmu pengetahuan baik di bidang agama maupun ilmu umum, serta kebudayaan dan peradaban. Banyak tokoh penting lahir pada masa ini, seperti Imam Malik, Imam Abu Hanifah, Imam Syafi'i, dan Imam Ibn Hambal di bidang Fiqh; Imam al-Asya'ri, Imam al-Maturidi, Wasil ibn 'Ata, dan lainnya dalam Teologi; Zunnun al-Misri, Abu Yazid al-Bustami, dan al-Hallaj dalam Tasawuf; serta Al-Kindi, al-Farabi, dan Ibn Sina di bidang Filsafat. Selain itu, ilmuwan seperti Ibn Hayyam, al-Khawarizmi, dan al-Razi berkontribusi besar dalam ilmu pengetahuan.
2. Fase Disintegrasi (1000--1250 M)Â Â
    Fase ini ditandai dengan mulai terpecahnya kesatuan umat Islam, terutama di bidang politik. Kekuatan khalifah mulai melemah, hingga akhirnya Baghdad dihancurkan oleh Hulagu Khan pada 1258 M, mengakhiri peran khalifah sebagai simbol kesatuan politik Islam.
Periode pertengahan (1258-1800 M)
Periode ini juga terbagi dalam dua fase:
1. Fase Kemunduran (1250--1500 M)
    Pada fase ini, disintegrasi semakin meluas. Dunia Islam terpecah menjadi dua: Arab (Arabia, Irak, Suriah, Palestina, Mesir, dan Afrika Utara) berpusat di Mesir, sementara Persia (Balkan, Asia Kecil, Persia, dan Asia Tengah) berpusat di Iran. Perbedaan antara Sunni dan Syiah, serta antara bangsa Arab dan Persia, semakin terlihat. Pada masa ini, banyak yang berpendapat bahwa "pintu ijtihad" sudah tertutup, dan muncul tarekat yang terkadang berdampak negatif. Ilmu pengetahuan tidak lagi menjadi perhatian utama. Di Spanyol, umat Islam dipaksa masuk agama Kristen atau meninggalkan daerah tersebut.
2. Fase Tiga Kerajaan Besar (1500--1700 M) dan Masa Kemunduran (1700--1800 M)Â Â
     Pada masa ini, muncul tiga kerajaan besar: Usmani di Turki, Safawi di Persia, dan Mughal di India. Kemegahan Islam di masa ini dapat dilihat melalui arsitektur yang masih bertahan hingga kini di Istanbul, Iran, dan Delhi. Namun, perhatian terhadap ilmu pengetahuan menurun drastis. Kerajaan Safawi mengalami kehancuran akibat serangan bangsa Afghan, Mughal mendapat tekanan dari penguasa India, dan Usmani terdesak di Eropa. Kemunduran Islam berlanjut, sementara Eropa semakin maju dan kaya. Pada akhirnya, Barat mulai menguasai wilayah Islam, dengan Mesir jatuh ke tangan Napoleon pada 1748 M.
Periode Modern (1800--sekarang): Zaman Kebangkitan Umat Islam
    Keberhasilan Napoleon merebut Mesir menyadarkan umat Islam akan kelemahan mereka dan kemajuan peradaban Barat. Para pemimpin Islam mulai memikirkan cara untuk memperkuat umat dan memajukan kembali peradaban IslamÂ
Periodesasi sejarah islamÂ
Periode klasik(610-1258 M)
Masyarakat Arab pra IslamÂ
Bangsa Arab merupakan penduduk asli Semenanjung Arab, wilayah beriklim panas dan kering di Asia Barat Daya. Secara geologis, Semenanjung Arab dahulu merupakan bagian dari padang pasir luas yang mencakup Sahara hingga Gobi. Wilayah ini minim sungai permanen, kecuali beberapa di bagian selatan. Sebagian besar air hanya tersedia melalui wadi yang terisi saat hujan.
Bangsa Arab termasuk dalam rumpun bangsa Semit dan terbagi menjadi dua kelompok utama:
Arab Baidah: Bangsa Arab kuno yang telah punah seperti kaum 'Ad dan Tsamud.
Arab Baqiyah: Terdiri dari:Â
Arab 'Aribah (Qaththaniyah/Yamaniyah): Keturunan Qahthan dari Yaman.
Arab Musta'ribah (Ismailiyah): Keturunan Ismail, putra Nabi Ibrahim, yang hidup di Makkah bersama kabilah Jurhum.
Kepercayaan Sebelum Islam Mayoritas bangsa Arab pra-Islam menganut agama Watsani (penyembahan berhala), yang diperkenalkan oleh Amr bin Luhayy Al-Khuza'i. Beberapa kelompok juga dipengaruhi oleh agama Yahudi, Kristen, dan Zoroaster. Ka'bah dianggap pusat ibadah meski penuh dengan patung-patung.
Kepercayaan Tradisional:
Fetishisme/Dinamisme: Keyakinan bahwa benda tertentu memiliki roh/kekuatan magis.
Totemisme: Pengultusan hewan atau tumbuhan sebagai simbol kekuatan.
Animisme: Keyakinan akan pengaruh roh baik/jahat dalam kehidupan.
Kepercayaan pada Jin: Meminta bantuan atau perlindungan kepada jin.
Pemujaan Benda Langit: Penyembahan matahari, bulan, dan bintang.
Ajaran Islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW kemudian menggantikan kepercayaan ini, memperkenalkan tauhid dan menekankan penyembahan kepada Allah SWT sebagai satu-satunya Tuhan.
Peradaban Islam pada masa nabi Muhammad Saw (610-632 M)
Periode MakkahÂ
Nabi Muhammad SAW lahir di Mekkah pada Senin, 12 Rabi'ul Awal, bertepatan dengan 20 April 571 M, dikenal sebagai Tahun Gajah. Ayahnya, Abdullah, wafat sebelum beliau lahir, sedangkan ibunya, Aminah, meninggal saat beliau berusia 6 tahun. Nabi kemudian diasuh oleh kakeknya, Abdul Muthalib, dan setelahnya oleh pamannya, Abu Thalib.
Kehidupan Awal
Nabi Muhammad hidup sederhana, bekerja sebagai penggembala kambing di masa muda.
Beliau dikenal sebagai Al-Amin (yang terpercaya) karena akhlak mulia dan kejujurannya.
Pada usia 25 tahun, Nabi menikah dengan Khadijah, seorang wanita terpandang yang terkesan oleh kejujuran dan keberhasilannya dalam berdagang.
Tahapan Dakwah Nabi Muhammad SAW
Dakwah Secara Rahasia
Tahap awal dakwah dilakukan terbatas kepada keluarga dan sahabat dekat.
Orang pertama yang memeluk Islam adalah Khadijah, Ali bin Abi Thalib, Abu Bakar Ash-Shiddiq, Zaid bin Haritsah, dan Ummu Aiman.
Fokus dakwah: membangun spiritualitas, keimanan kepada Allah, persatuan, dan nilai moral.
Dakwah Secara Terbuka
Nabi mulai menyampaikan Islam kepada masyarakat Mekkah, termasuk pemimpin Quraisy.
Dakwah diperluas hingga ke luar kota, termasuk saat musim haji.
Meskipun mendapat tantangan berat, Nabi dan para sahabat terus menyebarkan ajaran Islam dengan sabar dan tekad.
Pernikahan dan akhlak mulia beliau menjadi teladan penting dalam membangun misi kenabian yang mengutamakan keesaan Allah, moralitas, dan kesejahteraan bersama.
Periode MadinahÂ
Rasulullah SAW menerima perintah hijrah dari Allah SWT dan mempersiapkan perjalanan bersama Abu Bakar. Ali bin Abi Thalib diminta menggantikan beliau tidur di tempat tidur untuk mengelabui kaum Quraisy yang merencanakan pembunuhan. Rasulullah dan Abu Bakar bersembunyi selama tiga malam di Gua Tsur, dibantu oleh keluarga Abu Bakar dan Amir bin Fuhairah yang mengirim makanan dan kabar terkini.
Setelah meninggalkan Gua Tsur, Rasulullah dan Abu Bakar menempuh rute tak biasa menuju Yatsrib, singgah di Quba. Di sana, Rasulullah mendirikan Masjid Quba, masjid pertama dalam Islam. Pada 12 Rabiul Awwal 622 M, beliau tiba di Yatsrib (kemudian dikenal sebagai Madinah) setelah melaksanakan salat Jumat pertama di perkampungan Bani Salim. Di Madinah, Rasulullah disambut hangat, dan masjid didirikan di kebun milik dua anak yatim sebagai pusat aktivitas umat.
Sebagai pemimpin, Rasulullah memulai pembangunan masyarakat Islam dengan dua langkah utama:
Mendirikan masjid sebagai pusat ibadah, pendidikan, musyawarah, dan pemerintahan.
Mempererat persaudaraan antara kaum Muhajirin dan Ansar, menggantikan ikatan kesukuan dengan ikatan keimanan.
Hijrah ini menandai awal penyebaran Islam secara lebih luas dan terbentuknya masyarakat Islam yang terorganisasi dengan baik.
Peradaban Islam pada masa Khulafaur Rasyidin (632-661 M)
Periode Sejarah Khulafa' Rasyidin (632-661 M)Â
Periode Khulafa' Rasyidin (11-41 H / 632-661 M) adalah masa kepemimpinan umat Islam setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW. Dipimpin oleh empat khalifah: Abu Bakar as-Siddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib, periode ini mencatat perkembangan pesat Islam dalam berbagai aspek.
Capaian utama:
Perluasan wilayah: Penaklukan besar meliputi Persia, Syam, Mesir, dan lainnya.
Penguatan agama: Penerapan hukum Islam (syariah) serta pengamalan nilai-nilai moral yang luhur.
Stabilitas sosial: Fokus pada keadilan dan kesejahteraan umat.
Namun, masa ini juga menghadapi tantangan signifikan, seperti konflik internal (contohnya Perang Jamal dan Perang Siffin) serta perbedaan pendapat yang memicu perpecahan. Secara keseluruhan, periode ini menjadi fondasi penting bagi peradaban Islam dalam aspek politik, agama, dan budaya.
Peradaban Islam pada masa dinasti umayyah (661-750 M)
Ciri Utama Pemerintahan Dinasti Umayyah
Sistem Keturunan dalam Kepemimpinan
Kepemimpinan diwariskan dalam keluarga, menyerupai sistem kerajaan.
Perluasan Kekuasaan yang Luas
Wilayah Islam mencakup tiga benua, meliputi Afrika Utara, Andalusia (Spanyol), Persia, Asia Tengah, dan Sindh (India).
Damaskus sebagai Pusat Pemerintahan
Ibukota dipindahkan ke Damaskus, yang menjadi pusat politik, budaya, dan perdagangan.
Kemajuan Infrastruktur
Pembangunan besar-besaran seperti Masjid Umayyah di Damaskus, jalan, dan saluran air.
Penguatan Administrasi
Sistem administrasi terorganisir, dengan Bahasa Arab sebagai bahasa resmi.
Keunggulan Dinasti Umayyah
Penyebaran Islam yang LuasÂ
Islam tersebar ke berbagai wilayah dan budaya.
Awal Kemajuan Ilmu PengetahuanÂ
Menjadi dasar bagi perkembangan ilmu pengetahuan di era Abbasiyah.
Stabilitas PolitikÂ
Menciptakan kestabilan pasca-konflik masa Khulafaur Rasyidin.
Kelemahan Dinasti Umayyah
Ketimpangan SosialÂ
Ketidakadilan antara bangsa Arab dan non-Arab (mawali).
Menurunnya Penegakan SyariatÂ
Beberapa khalifah lebih fokus pada kemewahan duniawi.
Munculnya Gerakan OposisiÂ
Kelompok seperti Syiah dan Khawarij melemahkan pemerintahan.
Akhir Dinasti Umayyah
Berakhir pada 132 H (749 M) akibat pemberontakan Abbasiyah.
Khalifah terakhir, Marwan II, tewas dalam pelarian.
Anggota keluarga Umayyah mendirikan Kekhalifahan di Cordoba, Spanyol, yang bertahan hingga abad ke-11.
Dinasti Umayyah menjadi era penting dalam sejarah Islam, membawa transformasi dari agama lokal menjadi kekuatan besar dunia.
Peradaban Islam pada masa dinasti Abbasiyah (749-1258 M)
Masa Awal dan Kebangkitan
Latar Belakang: Bani Abbasiyah lahir dari gerakan oposisi terhadap Bani Umayyah, dipimpin oleh Ali bin Abdullah dan didukung oleh kelompok Sunni, Syi'ah, dan Persia. Ketidakpuasan masyarakat non-Arab terhadap diskriminasi Umayyah menjadi katalis gerakan.
Strategi Propaganda: Dua tema utama:Â
Al-Musawah (kesetaraan), menarik kaum non-Arab.
Al-Ishlah (reformasi), mengajak kembali kepada al-Qur'an dan Hadits.
Pemimpin dan Pendukung: Gerakan awalnya rahasia, kemudian terbuka di bawah Ibrahim bin Muhammad. Peran Abu Muslim al-Khurasany sangat besar dalam membentuk pasukan yang kuat.
Transisi Kekuasaan: Setelah Ibrahim terbunuh, kepemimpinan berlanjut kepada Abul Abbas. Kemenangan besar di Sungai Zab (750 M) menandai berakhirnya Daulah Umayyah, dengan terbunuhnya Marwan bin Muhammad, khalifah terakhir Umayyah.
Pemerintahan dan Keemasan
Abul Abbas menjadi khalifah pertama dan memulai era keemasan Bani Abbasiyah. Masa ini dikenal dengan kemajuan besar di bidang pendidikan, ilmu pengetahuan, dan peradaban Islam.
Kontribusi Daerah Independen: Dinasti seperti Saljuk, Ayyubiyah, dan Ghaznawiyah tetap memberikan kontribusi besar bagi perkembangan Islam meskipun secara politik independen.
Kemunduran dan Fragmentasi Kekuasaan
Penyebab Kemunduran:Â
Perpecahan Internal: Konflik politik dan kelemahan pusat pemerintahan.
Kekuasaan Lokal: Daerah-daerah mendirikan pemerintahan kecil dan independen, melemahkan kendali khalifah.
Peran Khalifah: Khalifah hanya menjadi simbol tanpa kekuatan politik nyata.
Bantuan Dinasti Lokal: Untuk menghadapi tekanan dari kekuatan lain, khalifah sering bergantung pada dinasti-dinasti yang lebih kuat.
Akhir Kekuasaan
 Daulah Abbasiyah resmi berakhir pada 1258 M setelah serangan besar oleh pasukan Mongol yang dipimpin Hulagu Khan, menghancurkan Baghdad dan membunuh Khalifah terakhir, Al-Musta'sim.
Periode pertengahan (1258-1800 M)
Bangsa Mongol adalah kelompok suku nomaden dari Asia Tengah, antara Danau Baikal dan Pegunungan Altai. Sebelum Jengis Khan, kehidupan mereka ditandai dengan aktivitas seperti beternak, berburu, dan berperang. Mereka menganut animisme serta mempraktikkan gaya hidup yang keras, yang membentuk karakter agresif dan disiplin mereka.
Munculnya Jengis Khan dan Ekspansi Mongol
Jengis Khan menjadi pemimpin besar yang melatih pasukan disiplin untuk penaklukan besar-besaran. Pada 1215, ia menaklukkan Cina dan mengalihkan perhatian ke dunia Islam. Konflik dengan Dinasti Khawarizm menjadi pemicu invasi brutal Mongol ke kota-kota Muslim seperti Bukhara, Samarkand, dan Baghdad. Serangan ini membawa kehancuran besar, termasuk pembantaian massal dan penghancuran warisan budaya serta ilmiah Islam. Puncaknya, pada 1258, Baghdad jatuh ke tangan Hulagu Khan, mengakhiri Dinasti Abbasiyah.
Dampak Kehancuran Baghdad
Runtuhnya Baghdad menyebabkan disintegrasi politik dunia Islam. Tidak ada lagi kekuatan pemersatu seperti Abbasiyah. Wilayah Muslim terpecah menjadi kerajaan-kerajaan kecil seperti Dinasti Timuriyah, Safawiyah, Mughal, dan Turki Usmani.
Masa Pertengahan Islam
Setelah runtuhnya Abbasiyah, dunia Islam mengalami kemunduran intelektual. Fokus beralih pada konservasi ilmu pengetahuan yang ada, sementara inovasi baru jarang muncul. Bidang sains dan teknologi tertinggal, sementara ilmu agama mendominasi pendidikan. Periode ini juga ditandai oleh dominasi tradisi syarh (penjelasan teks terdahulu) dan hsyiyah (komentar tambahan), yang mencerminkan stagnasi intelektual.
Turki Usmani dan Akhir Masa Pertengahan
Dinasti Turki Usmani muncul sebagai kekuatan besar yang melanjutkan tradisi khilafah. Namun, mereka mengabaikan perkembangan sains dan teknologi, yang menjadi penyebab dominasi Barat pada masa berikutnya. Perbedaan teknologi akhirnya membawa umat Islam pada kolonialisme dan kemunduran lebih jauh.
Masa pertengahan Islam menjadi fase transisi penting dalam sejarah, yang meskipun penuh tantangan, tetap melahirkan pengaruh signifikan melalui islamisasi di wilayah India dan Nusantara.
Periode modern (1800-SEKARANG)
Sejak awal abad ke-19, hubungan antara Islam dan modernitas menjadi topik penting dalam studi keislaman. Modernitas, yang mencakup transformasi nilai-nilai, teknologi, dan pola pikir, memainkan peran sentral dalam dinamika sejarah umat Islam. Istilah "Islam modern" merujuk pada periode sejarah Islam sejak 1800-an, yang dianggap sebagai fase kebangkitan kembali setelah masa klasik (kemajuan pesat) dan pertengahan (stagnasi).
Nilai-Nilai Dasar Modernitas
 Menurut Syahrin Harahap, manusia modern menghayati nilai-nilai berikut:
Penghormatan terhadap akal sebagai anugerah Allah.
Kejujuran dan tanggung jawab pribadi dalam semua aspek kehidupan.
Kemampuan menunda kesenangan untuk kebahagiaan jangka panjang.
Komitmen terhadap waktu dan etos kerja yang tinggi.
Keyakinan pada keadilan sosial untuk mengurangi kesenjangan.
Penghargaan terhadap ilmu pengetahuan dan aplikasinya dalam kehidupan.
Perencanaan masa depan melalui pemikiran jangka panjang.
Penghargaan terhadap bakat dan kemampuan individu.
Penegakan moralitas dalam kehidupan pribadi dan sosial.
Modernisasi Islam mencakup berbagai aspek kehidupan umat Islam, dengan intensitas dan hasil yang berbeda-beda di setiap wilayah. Meskipun modernitas dianggap penting, perdebatan tentang makna dan implikasinya terus berlangsung, antara yang mendukung modernisasi sebagai keharusan dan yang menganggapnya bertentangan dengan tradisi.
Kesimpulan:
 Modernitas dalam Islam bukan sekadar fase se
jarah, tetapi juga refleksi dari usaha umat Islam untuk merespons perubahan zaman, baik dalam konteks intelektual, sosial, maupun spiritual.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI