Mohon tunggu...
Syahrul Fadhilah Rais
Syahrul Fadhilah Rais Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang Mahasiswa yang sering berandai-andai

Selanjutnya

Tutup

Diary

Kisah Sedih, Hidup Sebatang kara : Menjual Agar-agar untuk kehidupan sehari-harinya

16 Januari 2024   15:44 Diperbarui: 17 Januari 2024   09:18 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bandung - Perjalanan hidup memanglah sangat berat bagi mereka yang tidak tahu arah tujuan dan bagi mereka yang kurang beruntung dalam kehidupan di dunia ini. Berjualan merupakan salah satu usaha untuk bisa menentukan kehidupan selanjutnya.

Dia adalah ibu Sri seorang penjual agar-agar khas buatannya sendiri terbuat dari agar serta gula merah dan santan yang menjadi khas agarnya. Dengan berbekal dagangan asongan agar-agar itu, ia jualkan langsung ke rumah-rumah di desanya.

Ibu Sri adalah seorang lansia, tinggal dirumah kecil yang kumuh dan berlokasi di Ciparay, Desa Ciparay.  Memiliki 2 anak, namun anak-anaknya tidak tahu kemana pergi sampai saat ini. "Duka jang, ibu teh ayeuna nyalira we kieu bari icalan ager anu ku ibu dibuat, kangge sehari-hari ge ibu rada sesah". (Terjemahan : "Tidak tahu nak, ibu juga sekarang sendiri sembari menjual agar yang ibu buat, untum sehari-hari juga lumayan susah"). Ucap Ibu Sri dengan nada yang lemas.

Sebelumnya dia memiliki keluarga kecil dengan lengkap, dua anak dan satu suami. Dia ditinggalkan selamanya oleh suaminya pada tahun 2019, dan anak-anaknya sampai saat ini kurang tahu kemana mereka pergi.

Dengan umur yang sudah lumayan tua, dan ingatan yang sudai mulai menurun. Dia menceritakan semuanya dengan nada terbata -bata seperti sedih namun tak ingat semua yang pernah ia alami saat ini.

Ibu Sri telah berjualan agar-agar sudah sejak lama, sebelum ditinggal oleh suaminya selamanya. Dia mulai menjual agar pada tahun sebelum 2019 an, dan ia dengan agar-agar khasnya bisa untuk menghidupi dirinya sendiri pada saat itu.

Pada tahun 2019 an, agar-agar yang Ibu Sri jual sangat diminati di desanya tersebut karena agar-agar yang Ibu Sri jual saat itu menarik dan enak oleh kalangan anak-anak. Setiap hari ia membawa 20 kotak kecil isi agar-agarnya dan habis terjual tanpa sisa.

Namun dengan berjalannya waktu, saat ini jualan Ibu Sri ini kurang diminati karena mungkin sudah bosan dengan agarnya tersebut. "Dulu ibu teh icalan tiasa dugi ka seep, pami di artosken mah dugi 50rb sadinten. Duh ku ayeuna mah, paling kengeng ge 10 20 rebu atos alhamdulillah. (Dulu Ibu jualan bisa sampai habis, kalau dirupiahkan ya bisa sampai 50 ribu untuk satu hari jualan. Gimana lagi sekarang mah, paling dapat sepuluh duapuluh ribu aja udha syukur"

Kisah yang mengharukan yang dialami oleh Ibu Sri adalah disaat dagangannya itu tidak terjual sama sekali, sedangkan hasil jualannya itu dia pakai untuk kehidupan sehari-harinya. Dan juga tidak ada yang bisa diandalkan lagi selain dirinya sendiri yang sebatang kara, ditinggalkan oleh keluarga tercintanya.

"Ibu mah sedih pisan sep, icalan teu aya pisan nu ngagaleh. Nya kumaha deui merennya barosen murangkalih teh, janten ku ibu we di tuangan hiji-hiji" (Ibu sangat sedih nak, jualan tidak ada yang beli sama sekali. Tapi gimana juga mungkin anak-anak udah mulai bosen dengan dagangan Ibu ini. Jadi Ibu makan sendiri aja agarnya).

Sembari menghela nafas Ibu Sri ini sangat sebatang kara, tidak ada lagi yang bisa ia andalkan selain agar-agarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun