Mohon tunggu...
Syahrul Fadhilah Rais
Syahrul Fadhilah Rais Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang Mahasiswa yang sering berandai-andai

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kuharap Langit Menimpaku Saja

2 November 2023   18:45 Diperbarui: 2 November 2023   20:31 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber galeri pribadi - foto pria sedih

"Nak, ini sudah bulan November. Sepertinya ibu butuh uang untuk bayar anu..." ujar seorang wanita paruh baya di ujung telepon sana.

"Iya bu, Ega kirim secepatnya, ya."


Tut tut tut...

 

Lelaki itu menghela napas kasar. Lagi, ibunya hanya menghubungi di setiap tanggal satu di setiap bulannya. Isi telponnya pun selalu sama, uang, uang, dan uang. Tanpa peduli kondisinya yang mati-matian mengorbankan dirinya demi semua itu.

Masih pagi, tapi kacau sudah pikirannya. Nasi sisa yang ia sulap sedemikian rupa agar tetap bisa dimakan itu pun tak selera lagi ia kunyah. Ia lalu bergegas untuk pergi kuliah.

"Ega!" seru seseorang di depan gerbang kostnya.

Sari, wanita cantik yang sudah Ega sukai satu tahun lamanya itu tersenyum manis menunggu Ega. Sudah sejak awal kuliah mereka berangkat bersama setiap paginya. Saat pulang, Sari biasanya sibuk dengan berbagai macam rapat organisasi, sedang Ega akan bergegas untuk pergi bekerja.

Meskipun Ega menyukai Sari, perasaan itu ia simpan sendirian. Ega sadar diri, ia belum bisa mendedikasikan waktu, apalagi materi untuk Sari. Tidak seperti lelaki seusianya yang menikmati cinta masa muda sana sini, Ega harus terus bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.

"Sudah belajar untuk UAS hari ini, Ga?" tanya Sari.

Oh ya, hari ini merupakan hari terakhir Ujian Akhir Semester! Ega bahkan baru mengingatnya karena semalaman ia bekerja sebagai pramusaji di sebuah restoran. Selama UAS, ia tak sempat untuk benar-benar belajar sebelumnya. Ega hanya mengandalkan apa yang ia pahami dari pembelajaran saat kelas. Padahal, ujian ini sangatlah penting. Mengingat ia sudah menginjak semester lima, golongan semester tua di dunia perkuliahan.

Ega pun tersenyum kecut, "Belum, Ri. Padahal matkulnya Pak Dio susah banget, ya?"

Sari mengangguk setuju, "Iya, susah banget! Tapi kamu tuh kan emang udah pinter dari lahir, Ga! Pasti kamu bisa, deh."

'Pintar dari lahir'

Istilah yang selalu Ega dengar semenjak duduk di sekolah dasar. Yang hingga sekarang pun sebenarnya masih ia pertanyakan, apakah itu sebuah pujian atau... kutukan?

Rasa-rasanya semua orang selalu memiliki ekspektasi lebih padanya. Dan apabila ia gagal memenuhi ekspektasi itu, orang-orang akan kecewa. Bukannya gagal adalah hal yang biasa? Renungnya. Namun, dari dulu hingga kini, tak bisa ia temukan jawabnya.

Tak terasa, Ujian Akhir Semester akhirnya terselesaikan.

Entahlah, Ega bahkan tak tahu apa saja yang ia tuliskan untuk jawaban essay tadi. Pikirannya sudah kacau, tak mampu lagi ia ingat-ingat. Saat Sari dan yang lainnya mengajaknya untuk makan siang dan berpesta merayakan selesainya UAS, Ega menolak. Ia harus segera bekerja sebagai tutor matematika di sebuah tempat kursus.

Satu minggu selanjutnya, saat teman teman lain menikmati liburan semester, Ega sibuk melakukan segala pekerjaan yang ia bisa kerjakan. Pagi harinya, ia mengangkut barang-barang berat di pasar. Siang harinya, ia menjadi tutor matematika. Sembari menunggu malam, ia berkeliling sebagai ojek online. Dan di malam hari, ia bekerja sebagai pramusaji.

Lelah? Ya, awalnya ia selalu mengeluh dan kelelahan dengan semua yang ia lakukan. Namun keadaan memaksanya untuk terus bangkit dan kuat. Karena bahkan di usianya yang belum menginjak 20 tahun ini, ia harus menjadi tulang punggung bagi keluarganya. Ayahnya di PHK beberapa tahun lalu, lalu kini sakit-sakitan. Ibunya seorang ibu rumah tangga. Sedang Ega, seorang anak pertama yang harus menanggung semuanya.

Apa yang dilakukannya saat sakit?

Pada siapa ia berkeluh kesah?

Kapan ia istirahat?

Entahlah. Namun yang jelas, selama ini Ega hanya punya dirinya sendiri.

Hingga akhirnya, tibalah saatnya nilai Ega keluar.

Tangannya bergetar, entah karena nilai di layar, entah karena perutnya yang belum terisi hingga bulan bersinar.

DEG!

Untuk pertama kalinya, Ega mendapat nilai D dan E di mata kuliah yang menurutnya mudah. Setelah ia renungi lebih lanjut, ini semua berkat nilai UAS-nya yang sangat anjlok, yang menyebabkan seluruh nilainya ikut menurun.

Satu notifikasi muncul, 'Pemutusan Beasiswa Prestasi a.n. Ega Kurniawan'.

Ega lemas tak karuan hanya dengan membaca judulnya. Semua pikiran buruk terlintas di benaknya. Apa yang bisa ia lakukan tanpa beasiswa?

Notifikasi lain muncul, 'Kak, bapak sama ibu berantem. Kakak bisa pulang gak?'

Ega mengacak rambutnya frustasi. Sudah jatuh tertimpa tangga, rasanya semua berita buruk ia terima malam itu. Ia segera menelepon adiknya untuk menanyakan apa yang sebenarnya terjadi. Semua berita buruk seakan-akan jadi makan malamnya hari ini. Setelah menutup telepon, ia berteriak gusar, seakan-akan teriakannya mampu menyelesaikan semuanya.

Satu notifikasi muncul kembali.

Tak ingin terus menerima berita tak mengenakkan, Ega mematikan dan melempar ponselnya. Ia melempar badannya hingga terbaring lemas, berharap langit menimpanya saja supaya tak harus ia pedulikan semuanya. Berharap langit menimpanya saja supaya semua masalahnya selesai. Berharap langit menimpanya saja supaya Ega bisa rasakan damai dan tenang, semua yang tak bisa ia rasa selama ini.

Tanpa Ega ketahui, pesan yang ia terima rupanya dari Sari.

'Selamat ulang tahun yang ke-20, Ega! Semoga urusanmu lancar selalu.'

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun