Mohon tunggu...
Syahrul Chelsky
Syahrul Chelsky Mohon Tunggu... Lainnya - Roman Poetican

90's Sadthetic

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Lima Buku Puisi untuk Kamu Baca di Hari Puisi Sedunia

22 Maret 2021   00:16 Diperbarui: 22 Maret 2021   08:29 661
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejak tahun 1999, United Nations Educational Scientific Cultural Organization (UNESCO) telah menetapkan tanggal 21 Maret sebagai Hari Puisi Sedunia. Itu artinya, saat ini, Hari Puisi Sedunia telah diperingati sebanyak 22 kali.

Di Indonesia sendiri Hari Puisi Sedunia dirayakan dengan berbagai macam kegiatan, mulai dari seminar atau webinar kepenulisan puisi, lomba cipta puisi, hingga pembacaan puisi. Umumnya, puisi-puisi yang dibacakan berasal dari karya-karya penyair ternama seperti Sapardi Djoko Damono, Chairil Anwar, Wiji Thukul, W.S Rendra, dan yang lainnya. Meski demikian, tak jarang juga peserta membacakan puisi buah karyanya sendiri.

Saya termasuk golongan orang yang tidak percaya diri untuk membacakan puisi saya di depan khayalak. Bahkan bisa dibilang saya adalah orang yang tidak percaya diri untuk tampil membaca puisi. Itu kejujuran yang terdengar agak perih. Terus terang, saya lebih menikmati membaca tulisan dalam keheningan, di waktu libur seperti hari ini.

Dalam rangka turut memperingati Hari Puisi Sedunia, saya ingin membagikan rekomendasi beberapa buah buku kumpulan puisi—selain karya penyair-penyair fenomenal di atas tersebut, tentunya—yang sudah saya tamatkan setidaknya dari bulan Januari hingga Maret 2021. Beberapa dari buku-buku ini mungkin sudah pernah kamu baca atau bahkan tidak kamu ketahui sama sekali. Dan mungkin selera kita berbeda. Itu tidak masalah.

Buku Tentang Ruang (Avianti Armand)

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi
Saya tak ragu untuk menyebut Avianti Armand sebagai penulis wanita idola saya. Gaya bahasa dan pilihan diksi dalam karya-karyanya selalu membuat saya terpukau, tidak terkecuali dalam buku puisi yang memiliki empat bagian ini. Keadaan lingkungan, hubungan manusia dengan manusia, hubungan manusia dengan Tuhan, dan kekosongan dalam diri sendiri tertangkap jelas dalam Ruang yang Mungkin.

Ruang yang Jauh cukup banyak terinspirasi dari film-film Wong Kar-wai; kehilangan, jarak, dan hal-hal yang tidak kembali. Ruang yang Sebentar diisi lebih banyak oleh puisi-puisi pendek yang lirih. Ruang Tunggu berisi manusia-manusia dan kejadian-kejadian yang sulit untuk dipahami. Sebagai seorang arsitek, Avianti Armand juga kerap memasukan istilah-istilah arsitektur dalam buku ini.

Bait keenam dari puisi berjudul Topografi adalah lirik kesukaan saya. Ia berbunyi:


Kekasih,
ketika kamu menguning nanti,
di atas meja yang redup akan hanya tertinggal
cetak biru dari yang tak pernah
kita miliki


Perempuan yang Dihapus Namanya (Avianti Armand)

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi
Masih berasal dari penulis yang sama, buku ini terbit pertama kali setahun sesudah Buku Tentang Ruang, tepatnya di tahun 2017. Berbeda dari buku kumpulan puisi sebelumnya, dalam buku yang terdiri dari lima bagian puisi ini, Avianti Armand lebih menunjukkan sisi gelap dan nakal. Bersama tokoh-tokoh seperti Hawa, Tamar, Batsyeba dan Jezebel, saya dibuat masuk dan tersesat ke dalam labirin prosa puisi yang naratif.

Dengan bahasa yang sedikit vulgar, saya menangkap ia perlahan-lahan menguak perihal ketidaksetaraan gender serta fundamentalisme agama dan politik identitas.

Mengapa Luka Tidak Memaafkan Pisau (M. Aan Mansyur)

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi
Aan Mansyur adalah penyair kesukaan saya. Saya mengikuti karya-karyanya sejak Tokoh-tokoh yang Melawan Kita dalam Sebuah Cerita di tahun 2012 terbit. Bahkan, saya mengikuti blog-blog yang dikelola olehnya hanya untuk membaca sajak-sajak terbaru yang ia tulis. Jadi, saya cukup tahu betul lepasnya Aan dari zona nyaman sewaktu membaca himpunan puisi yang terbit di akhir tahun 2020 ini.

Di sini, Aan tidak lagi sebagai seseorang yang hatinya dipatahkan oleh cinta dan ketidakmampuan memiliki. Dalam buku yang berisi empat puluh satu sajak ini, Aan tampak dipatahkan oleh lebih banyak hal tanpa meninggalkan karakteristik sajaknya yang membedakan ia dari penyair lain. Beberapa sajak di dalam buku ini juga menggambarkan rasa bangga Aan sebagai seorang suami dan ayah, kehangatan dalam keluarga, dan tentu saja kritik kepada kota kelahiran yang semakin mematahkan hatinya.

Almon yang Mekar dan Hal-hal Lainnya (Mahmoud Darwish)

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi
Almon yang Mekar dan Hal-hal Lainnya merupakan kumpulan terakhir dari puisi-puisi pujangga terbaik Palestina ini. Dengan jujur saya akan mengakui bahwa puisi-puisi dan sajak-sajak yang disampaikan dengan kerapuhan selalu membuat saya terhanyut dan berpikir “Sial! Kenapa tulisan-tulisan seperti ini selalu membuat saya merasa sesak, tetapi tak bisa berhenti untuk membacanya,” dan saya sungguh jatuh cinta terhadap irama keterasingan dan suasana hening yang berisik dari karya-karya Mahmoud Darwish.

Dalam buku yang mencakup delapan bagian ini, Mahmoud Darwish seolah sedang mencari denyut kehidupan dengan mengisahkan kembali suasana pernikahan hingga prosesi pemakaman.

Seperti Kedai Kecil, Itulah Cinta adalah salah satu puisi favorit saya dalam sekumpulan karyanya ini.

Pecinta dari Palestina (Mahmoud Darwish)

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi
Sebelum mengetahui karya-karya monumental Mahmoud Darwish, saya mengenal syair-syair Timur Tengah hanya melalui Nizar Qabbani, Anis Mansour, Jalaluddin Rumi, Abu Nawas dan Kahlil Gibran. Saya mengetahui nama Mahmoud Darwish dari dosen saya dalam mata kuliah Introduction to Literature di tahun 2017, tetapi saya masih belum tertarik untuk menyelami karya-karyanya lebih jauh.
Barulah di akhir tahun 2020 saya mulai berkenalan dengan tulisan Mahmoud Darwish. Terlebih setelah saya memutuskan untuk kembali mempelajari bahasa Arab.

Pecinta dari Palestina menghimpun puisi-puisi pilihan Mahmoud Darwish dari tahun 1964 hingga 1970. Kumpulan dalam buku ini lebih berfokus pada perlawanan dan pengharapan Darwish sebagai orang Palestina terhadap penjajahan Israel. Puisi-puisi Darwish digambarkan sebagai suara yang paling lantang sebagai perwakilan rakyat Palestina. Kartu Identitas adalah puisinya yang paling terkenal.

Nah, itulah beberapa kumpulan buku puisi rekomendasi dari saya untuk kamu baca di Hari Puisi Sedunia ataupun hari-hari biasa lainnya. Sebenarnya masih ada empat buku puisi lainnya yang saya tamatkan. Namun, lima judul buku di atas lebih memenuhi selera dan kriteria saya sebagai penikmat karya sastra tertua di dunia ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun