Mohon tunggu...
Syahrul Chelsky
Syahrul Chelsky Mohon Tunggu... Lainnya - Roman Poetican

90's Sadthetic

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kabar dari Pengungsian

21 Januari 2021   00:49 Diperbarui: 21 Januari 2021   07:24 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
instagram.com/jlrhmn_

Tidur

Pukul dua lewat tiga puluh enam pagi. Kami terbangun di atas kasur yang tergenang air. Ibu menangis. Ayah mengucek-ucek matanya dan berkata ini banjir terparah dalam 50 tahun terakhir. Adikku bertanya, apakah ini mimpi? Ya, mimpi, jawabku. Tapi kita belum tahu kapan bisa bangun.

Artikel

Di paragraf kelima, baris keempat, tertulis pernyataan Gubernur itu: bumi sedang tidak bersahabat dengan kita.

Hujan

Hujan turun semakin deras ketika Pak Gubernur menjadikannya sebagai alasan utama penyebab terjadinya banjir. Sepertinya ia bertambah sedih.

Dialog Ayah dan Anak

"Hujan menenggelamkan rumah kita. Hujan jahat ya, Yah?"

"Hujan tidak jahat, Nak. Para penambang itu yang jahat."

Di Pengungsian

Di sini, suara perut terdengar lebih nyaring dari pada teriakan.

Pertanyaan Seorang Anak kepada Ibunya Setelah Empat Hari Berada di Pengungsian

"Yang ada di dalam mobil itu siapa, Bu? Kenapa mereka begitu mengelu-elukannya"

"Dia Presiden, Nak."

"Andai kita juga punya Presiden, kita pasti tidak akan menderita di sini, kan, Bu."

Telepon

Dua hari semenjak banjir

"Halo, Ibu. Bagaimana keadaan ibu di desa? Aku mendapat kabar kalau desa kita terendam banjir."

"Ibu baik-baik saja, Nak. Rumah kita masih kering. Mata ibu yang basah. Kenapa baru menelepon?"

Serangan Fajar

Kami diberi seratus ribu agar mereka bisa berkuasa selama lima tahun. Dua puluh ribu untuk setiap tahun. Itu cukup setimpal.

Tapi mereka tidak mengatakan kalau kami akan disapu banjir bandang untuk setiap izin tambang yang mereka berikan.

Kami ingin seratus ribu lagi.

Sambungan

Rakyat : Halo Pak Gubernur, kami...

Sambungan terputus

Penjajahan

Perkebunan sawit berdiri gagah di atas lahan milik pepohonan. Para pejabat itu yang memberi mereka senjata.

Kalimantan

Kalimantan : Ini, Bu, Kalimantan bawakan ibu batu bara, minyak, mineral, dan kayu.

Ibu Kota : Kamu memang anak kesayangan ibu yang paling pengertian. Kebetulan ibu sangat membutuhkannya.

---

Kalimantan : Bu, Kalimantan sakit.

Ibu Kota : Ah, paling cuma demam. Besok juga sembuh.

Berita Utama

Berita di stasiun tivi nasional itu menjadikan banjir bandang di Kalimantan Selatan sebagai headline mereka hari ini. Kami sudah menontonnya tiga hari lalu di dalam rumah yang terendam air setinggi dua meter.

Januari 2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun