Mohon tunggu...
Syahrul Chelsky
Syahrul Chelsky Mohon Tunggu... Lainnya - Roman Poetican

90's Sadthetic

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

“Two Lovers” dan Keinginan Manusia dalam Memilih Cinta

28 September 2020   19:35 Diperbarui: 28 September 2020   22:37 406
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://www.positifcinema.it/recensione-two-lovers-di-james-gray

“Choose love not in the shallows but in the deep.” –Christina Rossetti

James Gray akhirnya melabuhkan hati untuk menggarap film drama percintaan yang mana film tersebut kemudian dirilis pada tahun 2008 setelah sebelumnya, ia memiliki kecenderungan sebagai sutradara yang cakap dalam mengangkat film bertemakan kriminal melalui The Yards dan We Own the Night.

Hasilnya, film yang dibintangi oleh Joaquin Phoenix tersebut sungguh jauh dari kata buruk. Ditambah dengan kenamaan yang lain seperti Gwyneth Paltrow dan Vinessa Shaw, ketika itu, Two Lovers mendapat sambutan yang positif di festival Cannes.

Kendati sudah berlalu dua belas tahun, Two Lovers masih menyimpan catatan yang akan selalu berkaitan erat dengan problematika dalam mencintai dan dicintai serta sisi psikologis manusia kala dihadapkan dengan pilihan-pilihan–yang adalah alasan kenapa saya tertarik untuk mengulas film lawas satu ini.

Plot

Leonard (Joaquin Phoenix) telah beberapa kali mencoba mengakhiri hidupnya setelah mengalami kegagalan dalam rajutan cinta dengan kekasihnya. 

https://www.nexos.com.mx/?p=13297
https://www.nexos.com.mx/?p=13297
Digambarkan sebagai pribadi yang kurang menyenangkan dan kerap larut dalam kesedihan, suatu hari Leonard diperkenalkan dengan Sandra (Vinessa Shaw) oleh orangtuanya.

Keduanya adalah sepasang lajang yang matang, kedua orangtua mereka juga sudah saling mengenal satu sama lain. Dan tujuan dari perkenalan mereka tersebut tidak lain adalah untuk mewujudkan sebuah ikatan, mengingat keduanya adalah anak tunggal yang sudah cukup berumur di keluarga masing-masing.

http://mosaicmovieconnectgroup.blogspot.com/2009/03/two-lovers-wanting-to-be-happy.html?m=1
http://mosaicmovieconnectgroup.blogspot.com/2009/03/two-lovers-wanting-to-be-happy.html?m=1
Kecanggungan menghantui Leonard dan Sandra, namun seiring waktu berjalan, di antara mereka seakan telah tersirat sebuah kesepakatan untuk mengenal lebih dalam. Apa yang beku di dalam hati Leonard barangkali perlahan menghangat meski belum benar-benar mencair.

Semuanya berjalan tampak selaras setidaknya sampai kehidupan Leonard dihadiri oleh wanita bernama Michelle (Gwyneth Paltrow), tetangga baru yang tinggal tidak jauh dari apartemennya. Berbeda dengan Sandra yang sederhana dan tidak terlalu ekspresif, Michelle adalah sosok yang modis, cantik, ceria dan spontan.

moviebreak.de
moviebreak.de
Namun di balik itu, Michelle memiliki sebuah dilema. Ia terlibat jalinan kasih dengan Ronald, seorang pria beristri yang menjanjikan pernikahan dan masa depan bagus seusai perceraian dengan istrinya nanti. Namun hal itu belum kunjung terwujud.

Leonard adalah pendengar yang baik dan sesekali ia memberikan solusi terkait hal tersebut. Dari keterbukaan keduanya, perlahan mereka menjadi dekat. Bak gayung bersambut, Michelle seakan memberi harapan serta mampu menawarkan keramaian untuk kesepian dan kekosongan hidup Leonard. Hal yang barang tentu sudah lama tidak ia rasakan; diperlukan, diisi, dan dicintai. Namun seutuhnya hubungan itu berjalan platonik dan hanya menghanyutkan Leonard seorang. Sebab Michelle tidak pernah benar-benar melupakan Ronald.


Michelle bisa disebut sebagai pribadi yang manja dan senang didengarkan, sementara Leonard sejatinya adalah bahu yang tegar untuk bersandar dan telinga yang sabar untuk mendengar. Setiap kali menghadapi masalah, Michelle akan lari kepada Leonard yang selalu ada untuknya, sekalipun di saat yang sama, Leonard sedang bersama Sandra.

Hingga kisah tiba pada satu titik ketika Michelle mengalami keterpurukan dan kehilangan harapan akan hubungan cinta segitiganya, Leonard memanfaatkan momen tersebut untuk mengungkapkan perasaannya pada Michelle. Di tengah kerapuhannya, Michelle menerima Leonard yang tanpa keraguan telah memilihnya ketimbang Sandra. Kala itu, Leonard dan Michelle adalah sejoli yang berbahagia, yang bahkan telah menyusun rencana untuk bepergian bersama.

https://www.timeout.com/newyork/film/new-york-movies-two-lovers-video
https://www.timeout.com/newyork/film/new-york-movies-two-lovers-video
Nahas bagi Leonard, karena di ujung persiapan, Michelle justru lebih memilih untuk berpaling arah dan memutuskan untuk sekali lagi kembali ke dalam dekapan Ronald yang kini telah meninggalkan istrinya. Pada akhirnya, Leonard dilukai sekali lagi dan merasa remuk sekali lagi.

Kepedihan akibat kegagalannya membersamai Michelle itu lantas memberikan ia kilasan kesadaran akan bayang-bayang Sandra, yang sabar, sederhana dan mencintai dirinya apa adanya sejak awal. Yang telah tanpa aba-aba ia sia-siakan begitu saja.

https://www.alternateending.com/2009/03/loving-both-of-them-is-breaking-all-the-rules.html
https://www.alternateending.com/2009/03/loving-both-of-them-is-breaking-all-the-rules.html
Di puncak rasa sesalnya, sekali lagi Leonard mendatangi Sandra, memberikan cincin yang awalnya ingin ia berikan kepada Michelle sebagai tanda ikatan. Di akhir cerita, yang membeku di hatinya mungkin tidak lagi hanya sebatas menghangat, namun juga mencair.

Ulasan

Two Lovers merupakan adaptasi dari karya pendek Fyodor Dostoevsky yang berjudul White Nights dengan beberapa penyesuaian. James Gray sendiri terbilang berhasil dalam menyajikan tontonan drama melankolis yang terasa realistis kendati digambarkan dengan suram dan pedih.

Film ini memang berjalan agak lambat dan mungkin cenderung  membosankan. Namun pesan moral yang terkandung di dalamnya mungkin akan membuat penonton dewasa, terlebih mereka yang sudah berada di usia matang dan siap menikah (menurut reviewer lain, sih) merenungkan setiap adegan, keadaan psikologis serta keputusan-keputusan yang diambil tokoh-tokohnya.

Film drama roman pertama James Gray ini bukan merupakan film romantis dengan asmara yang berbunga-bunga dari tokoh-tokohnya. Two Lovers lebih merangkak pelan ke ranah psikologis, pergolakan antara keinginan, cinta dan logika.

Menawarkan mood yang tidak terlalu cerah dan cenderung gelap, Two Lovers menampilkan kisah cinta segitiga rangkap; satu wanita dihimpit dua pria dan satu pria dihimpit dua wanita. Di sisi lain film ini memperlihatkan dengan lugas kondisi seseorang yang mengira dirinya mampu memilih, namun terlambat menyadari bahwasanya seseorang di hadapannya juga memiliki hak untuk menolak.

Two Lovers mampu menempatkan simpati dan antipati penonton secara berimbang terhadap tokoh Leonard yang disia-siakan namun juga menyia-nyiakan. Lebih lanjut, film ini menyampaikan keadaan batin yang gamang, keinginan tidak terwujud dan penyesalan-penyesalan yang terasa sangat dekat dengan emosi penonton.

Keutuhan jalan cerita dari film ini sejatinya tidak terlalu sulit untuk ditebak, namun karakterisasi yang dibawakan oleh Joaquin Phoenix mampu menghanyutkan perasaan penonton untuk masuk ke dalam posisi Leonard lebih dalam demi mencari konklusi yang logis di balik guncangan di momen-momen klimaks.

Trio Joaquin Phoenix, Gwyneth Paltrow dan Vinessa Shaw memainkan tiga tokoh sentral Two Lovers dengan sangat solid. Meski studi karakter di film ini memang lebih mengarah kepada tokoh yang diperankan Joaquin dan Gwyneth, namun secara implisit kita juga bisa mendapatkan gambaran terkait karakter Sandra yang diperankan Vinessa sebagai wanita yang sopan, sabar dan baik.

Penyelesaian konflik dari cerita Two Lovers mungkin kurang menggigit bagi sebagian orang. Meski begitu, pilihan-pilihan tersebut sejatinya adalah yang terbaik bagi setiap tokohnya. Terlebih untuk membuat penonton menimbang dan merenung tentang mana yang lebih baik antara mencintai dan dicintai, serta memaknai arti cinta yang kita beri dan yang kita dapat dari orang lain, dan juga bagaimana manusia tidak pernah pandai dalam memilih, kecuali memang apa yang telah digariskan Tuhan. Manusia akan selalu menginginkan yang sempurna, namun Tuhan selalu tahu yang terbaik.

Di situs IMDb, film ini mendapatkan nilai 7/10. Secara pribadi, saya memberi nilai film ini 8/10.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun