Halo, nama saya Rain. Dalam kepala pengarang saya, saya berjenis kelamin laki-laki, memiliki mata cokelat muda dan rambut ikal. Agak mirip dengan dia, hanya saja saya lebih putih dan mancung.
Kenapa saya diberi nama Rain? Entahlah. Mungkin karena pengarang saya menyukai hujan -yang kalau dalam bahasa Inggris disebut rain, dan ketika dia menulis ini, kebetulan cuaca di tempatnya memang sedang hujan.
Pengarang saya mengutus saya untuk berhadir dalam tulisan ini, selain untuk mengabarkan bahwa dia masih bernafas dan hidup, dia juga bermaksud untuk menjadikan saya sebagai perwakilannya untuk mengikuti event Komunitas Semarkutiga yang akan berakhir pada tanggal sepuluh Februari.
Pertama-tama saya ingin menyampaikan permintaan maaf dari pengarang saya. Karena atas kepayahannya dalam menulis artikel berbentuk essai, sehingga dengan sangat terpaksa dia meletakkan saya dan tulisan ini ke dalam rubrik Fiksiana sambil berharap tulisan ini bisa disebut cerpen atau prosa.
Tapi andaikata moderator Kompasiana tidak setuju, mereka boleh menaruh kami di mana saja. Mungkin di Gaya Hidup, Hobi, Sosbud, bahkan Humor sekalipun.
Seingat saya, pengarang saya bingung akan menulis apa ketika event ini mengangkat tema "berbagi tips dan trik unik", terlebih karena pengarang saya memang memiliki kemungkinan gagal yang besar untuk menjalankan tips-tips seperti langkah-langkah mengecilkan perut buncit yang dia dapatkan dari internet.
Atau cara melatih suara agar terdengar merdu saat bernyanyi. Pengarang saya ini adalah jenis orang yang lebih sering menyerah pada langkah pertama. Dia bukan pejuang. Saya sungguh ragu akan ada perempuan yang mau hidup dengannya.
Pengarang saya bersikeras untuk mengikuti event ini sekalipun dia bukan jenis penulis yang suka menulis tips atau trik yang berguna untuk hidup orang lain. Namun karena permintaan untuk ikut event ini datang langsung dari Mbak Wahyu Sapta, Â maka dia memutuskan untuk ikut meskipun pada akhirnya dia tahu bahwa saya akan mempermalukannya dalam tulisan ini. Ya, kapan lagi seorang tokoh yang hanya ada di dalam kepala bisa mempermalukan seseorang yang menciptakannya.
Baiklah, tulisan ini sudah mencapai 280 kata dari 1500 kata yang diperbolehkan. Saya tidak ingin bercerita lebih panjang lagi karena saya takut akan melebihi batas kata yang boleh digunakan.
Ssst, pengarang saya sedang galau ketika dia menulis ini. Dia memikirkan seseorang dengan sangat keras meskipun dia tahu bahwa orang yang dia pikirkan tidak memikirkannya. Hujan di luar seperti cipratan minyak tanah yang sampai ke perapian hingga membuat pengarang saya semakin terbakar.
Dia menggali pikirannya sampai jauh. Di dalam khayalannya, dia menciptakan sebuah artikel yang berjudul "Tutorial Menyelamatkan Diri dari Ingatan tentang Seseorang", yang sebenarnya hanya untuk dia baca dan renungi sendiri di kala sepi dan pilu begini.
Tapi berhubung dia sangat ingin ikut serta dalam event ini, dan dia tidak dapat memikirkan tips dan trik atau tutorial yang lain, maka dia putuskan untuk menyerahkan artikel dari dalam khayalannya itu untuk saya bawa ke dalam tulisan ini.
Sebelumnya saya ingin meminta kemakluman jika tulisan ini cukup sulit untuk dipahami, karena saya harus membuka segala sesuatu di dalam kepala pengarang saya ini secara perlahan. Sebab kepala pengarang saya, selain teramat rapuh dan dipenuhi oleh kata-kata alay, dia juga sering menimbun ingatannya sendiri dengan wajah seseorang.
Baiklah. Oke, I got it. Tolong disimak, ya.
Di sini, pada langkah pertama ini, pengarang saya menyatakan bahwa untuk menyelamatkan diri dari ingatan tentang seseorang, yang perlu kamu lakukan ialah tidak menghubunginya, mengirimkan pesan, SMS, atau surel kepadanya.
"Untuk dapat melupakan seseorang, Â kamu perlu menjauh darinya. Tidak memberinya kabar, apalagi meminta kabar. Karena seringnya, sebuah pertanyaan akan menimbulkan pertanyaan lanjutan seperti sedang apa, sedang di mana, sedang dengan siapa. Hingga berakhir dengan kepatahan dan kegagalan lain dalam melupakan yang membuatmu tidak berhasil menyelamatkan dirimu dari ingatan tentangnya."
Pengarang saya ini bijak sekali rupanya. Karena memang yang tertulis di langkah pertama ini adalah hal yang sudah gagal dia lakukan.
Kemudian di langkah kedua, menurut pengarang saya lagi, carilah aktivitas untuk dikerjakan. Hindari berdiam diri apalagi melamun sendiri. Â Karena kenangan lebih mudah datang di saat kamu sedang sendirian.
Pengarang saya menyarankan aktivitas seperti bermain futsal atau badminton  bersama teman-teman bagi kaum adam. Sedangkan bagi perempuan, yang bisa dibayangkan oleh pengarang saya hanyalah mengikuti senam zumba.
Nah, di langkah ketiga ini adalah hal yang paling sulit bagi pengarang saya untuk dilakukannya. Di sini tercantum bahwa untuk membantumu terhindar dari ingatan tentang seseorang, kamu harus berhenti mengikutinya, baik di dunia maya ataupun dunia nyata.
Ini berkaitan erat dengan langkah pertama. Kegiatan mengikuti aktivitas seseorang  hanya akan menimbulkan rasa penasaran yang lebih besar, rasa kecewa yang lebih parah, apalagi ketika kamu menemukan foto dia yang sudah berbahagia dengan sosok yang baru, misalnya. Hal itu hanya akan membuat kamu terjebak bersama nostalgia yang tidak akan bisa terulang.
Saya agak malu sewaktu memberitahukan pada kalian apa yang saya ketahui dari isi kepala pengarang saya ini. Karena kalimat-kalimat yang saya temukan di sini memang agak menjijikan. Kalau kalian ingin membenci, bencilah pengarang saya. Jangan saya.
Lanjut ke langkah keempat. Hindari bepergian ke tempat-tempat yang membuatmu teringat kepadanya.
Pengarang saya beragumen bahwa bagi orang-orang yang sedang berada dalam tahap melupakan, sebuah tempat seolah-olah bisa berbicara kepada mereka. Datang ke satu tempat yang pernah ada 'aku dan kamu' seperti kematian yang sengaja ditantang.
Misalnya kamu pernah mengajak seseorang yang spesial pergi ke puncak bukit untuk melihat senja atau memandang matahari terbit. Suatu hari ketika kamu berpisah dengannya, kamu akan mengenang bukit itu sebagai sebuah tempat yang istimewa.
Sebagai satu bagian dari hidupmu yang tertinggal, atau dibawa olehnya. Yang ketika kamu mendatanginya sekali lagi, seolah-olah bagian yang hilang itu kembali. Sedangkan kebenarannya adalah kamu hanya sedang terjebak dalam ilusi yang kamu ciptakan sendiri.
Agak mirip dengan langkah keempat di atas, pada langkah kelima ini, pengarang saya berpendapat bahwa membuang ataupun menjauhkan diri dari benda-benda yang berhubungan dengan seseorang yang (pernah) kamu anggap istimewa juga perlu dilakukan.
Suatu hari pengarang saya pernah memiliki seseorang yang dia anggap spesial dalam hidupnya, dengan aroma  parfum yang sampai sekarang pengarang saya masih ingat bagaimana wanginya. Sekali waktu dia pernah pergi ke toko parfum dan menemukan  parfum  yang beraroma sama persis dengan yang pernah dihirup pengarang saya dari seseorang yang sebenarnya sudah dia lupakan.
Namun karena telah telanjur menghirup wangi parfum itu, pengarang saya jadi mendadak teringat padanya. Semacam tersambar oleh kilatan kesadaran yang membuka cerita lama.
Lebih tepatnya, pengarang saya tidak hanya sekadar  ingin menyebutkan tentang aroma. Namun juga benda-benda pemberian yang berasal darinya. Jika membuang adalah kegiatan yang dianggap mubazir, mungkin kamu  bisa menggantinya dengan 'menyimpan'. Menyimpannya di tempat yang -semoga- kamu tidak akan pernah menemukannya lagi.
Langkah keenam, yang menurut pengarang saya adalah langkah yang paling penting: carilah seseorang yang baru untuk kamu ajak berbagi. Tapi jika kamu tidak setampan Jefri Nichol atau seputih dan secantik Lucinta Luna (serius?), mungkin kamu akan mengalami kesulitan seperti halnya pengarang saya ini.
Faktanya kamu memerlukan seseorang yang lain untuk kamu ajak bicara. Untuk menolongmu. Untuk kamu berbagi rindu dan kegelisahan dalam hatimu. Bukan perkara mencari pelarian, meskipun memang pada awalnya kamu berpikir demikian, tapi percayalah, cinta bisa tiba karena sudah terbiasa.
Dan jika kamu telah menemukannya, berjanjilah pada dirimu sendiri bahwa kamu tidak akan pernah membandingkannya dengan seseorang yang sedang ingin kamu lupakan.Â
Jangan mengajaknya pergi ke tempat dan cerita yang pernah ada 'kamu dan orang lain' di dalamnya. Karena dia akan menjadi obat bagi kesendirianmu. Doa bagi kesembuhanmu. Batas dari lupa dan ingatmu. Terlebih karena orang baik tidak akan tiba dua kali dalam kehidupanmu.
Saya sedikit terharu ketika mengetahui ada kalimat semacam ini dalam kepala pengarang saya. Hufftt.
Baiklah. Akan saya lanjutkan ke langkah ketujuh.
Ah, ternyata sudah tidak ada lagi. Sepertinya itu langkah terakhir yang dapat dipikirkan oleh pengarang saya.
Jadi bagaimana menurut kalian? Apakah tutorial atau langkah-langkah menyelamatkan diri dari ingatan tentang seseorang yang ada di dalam kepala pengarang saya ini cukup berguna?Â
Kalau kalian bisa menerapkannya dan kebetulan berhasil, kalian bisa menghubungi pengarang saya di bagian 'kirim pesan' di akun Kompasiana miliknya untuk mengucapkan terima kasih. Terlebih karena kegagalannya dalam menghapus kenangan tentang seseorang sudah menolong orang lain untuk melupakan seseorang yang ingin dilupakannya.
Saya Rain, mewakili pengarang saya, mengucapkan terima kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H