Kebencian saya padamu, Tuan Norton, semakin bertambah sewaktu kau memaksa masuk mobilmu ke dalam garasi umum untuk penghuni apartemen yang sudah penuh. Tepat di sana ada mobil saya dan mobil Tuan Anton. Kau mencoba masuk di sela-selanya hingga mobil saya lecet dan penyok. Kau bingung dari mana saya tahu, kan, Tuan Norton yang malang? Tentulah saya tahu dari kamera pengawas. Kau lupa kalau sekeliling apartamen ini dipenuhi kamera semacam itu? Dasar kau orang bodoh yang malang.
Kasihan betul kau, Tuan Norton. Kau harus memasrahkan nasibmu di tangan saya. Nafasmu bisa saja saya hentikan sekarang juga jika saya mencekik lehermu lebih keras. Tapi saya ingin membuatmu menderita lebih lama dulu sebelum kau mati. Sebagaimana yang sudah kau perbuat kepada saya.
Mintalah pengampunan selagi sempat, Tuan Norton yang malang. Sebelum saya mencekikmu lebih keras. Sebelum saya menarik pelatuk pistol. Sebelum saya..
Seketika lamunan saya di atas balkon terhenti saat Tuan Norton berpaling dan kemudian memandang balik kepada saya yang terus berdiri sedari tadi untuk menatap serta mengutuknya.
Saya lihat dari bawah tempat parkir sana dia menatap saya dengan penuh benci pula. Beruntung betul kau, Norton, karena lamunan saya ini tidak nyata. Tapi suatu saat, tentulah saya akan membunuhmu juga. Saya akan memotong kemaluanmu karena sudah berani bersetubuh dengan gadis pujaan saya. Lalu saya juga akan menguliti tubuhmu seperti yang saya lakukan kepada kucingmu tiga hari lalu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H