Mohon tunggu...
Syahrul Chelsky
Syahrul Chelsky Mohon Tunggu... Lainnya - Roman Poetican

90's Sadthetic

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Filosofi Hujan yang Bodoh

19 Juni 2019   05:59 Diperbarui: 19 Juni 2019   06:02 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hujan yang bodoh ini sedang turun, tempiasnya menembus angin-angin kamar saya. O, saya jadi teringat sebuah kabar buruk dan satu berita baik yang ingin saya sampaikan kepadamu. Kabar buruknya, saya masih hidup. Kabar baiknya, saya sudah bisa sedikit melupakanmu.

Saya kira memang beginilah akhir terbaiknya; saya harus melupakanmu meskipun kamu memang tidak pernah peduli. Setelah proses panjang dari mandi kembang sepuluh rupa hingga ritual membaca doa wajah berseri yang saya lakukan. Yang ternyata juga gagal untuk menarik perhatianmu. Saya benar-benar menyerah.

Kamu tahu penggalan-penggalan kalimat motivasi yang banyak bertebaran di internet itu? Tentang hujan yang cakap turun meskipun ditolak berkali-kali. Kalau kamu tidak tahu, saya juga tidak akan memaksamu agar tahu. Karena itu sudah tidak lagi penting. Sama sekali tidak penting.

Tapi sesuatu yang terdengar agak tolol tiba-tiba terlintas di benak saya. Sialnya, saya pernah memegang erat potongan kalimat itu serupa balon bagi seorang anak kecil di siang hari yang kesepian. 

Dulu, saya takut kalimat itu akan terbang dan menguar begitu saja dari kepala saya yang batu. Saya pernah berpikir (atau memang sudah) mencintaimu sebagaimana hujan yang datang bertubi-tubi. Tanpa perasaaan malu berdiri kokoh di depan pintu rumahmu meski sudah terusir dalam hitungan kali.

Hujan memang selalu menyimpan magisnya sendiri. Ia akan menipu manusia-manusia kasmaran yang konyol dan menyedihkan. Seolah-olah ia makhluk paling tabah yang menyimpan duka di pertengahan bulan Juni. Yang jumlah beningnya jutaan kali. Namun ditolak orang semiliar kali, dan tetap turun tanpa perasaan malu sedikit pun.

Bodoh. Hujan dan konsep turun berkali-kalinya itu memang terdengar sangat bodoh.

Tapi kamu tahu apa yang lebih bodoh?Seorang laki-laki yang mencintai perempuan dengan filosofi hujan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun