Mohon tunggu...
Syahrul Chelsky
Syahrul Chelsky Mohon Tunggu... Lainnya - Roman Poetican

90's Sadthetic

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Menikahi Alien

19 Mei 2019   07:17 Diperbarui: 20 Mei 2019   17:47 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun Bldhsjqau tidak menyerah. Ia menculikku sewaktu tidur. Oh ya, Anakku, Bldhsjqau  tidak perlu tidur. Dia sejenis alien pengidap insomnia yang terjaga sepanjang waktu. Kukira semua alien memang seperti itu. Mereka semua tak perlu istirahat karena memiliki energi kehidupan yang tak terbatas. 

Bldhsjqau membawaku ke kapal ruang angkasanya dan menghidupkan mesin penyalin pikiran untuk menemukan letak koordinat bumi. Setelah berhasil melacaknya, ia segera menjalankan mesin pesawatnya yang melebihi kecepatan cahaya.

Ketika aku bangun, kami tengah melayang di dekat orbit suatu planet. Bldhsjqau menunjuk sebuah planet sesuai dengan titik koordinat yang sudah dia dapatkan dari dalam kepalaku. Tetapi bagiku itu tidak menyerupai bumi.

"Tolol! Ini bukan bumi! Sia-sia aku mengajarimu melacak planet menggunakan titik koordinat." Aku memakinya.

Dia mendekatkan tablet berisi peta semesta yang sudah kami lalui. Ini mengingatkanku pada peta permainan GTA yang pernah kumainkan di bumi berpuluh-puluh tahun lalu.

Koordinat sudah sesuai. Rupanya aku yang terlambat menyadari bahwa planet ini memang bumi. Aku dan Bldhsjqau mendarat di satu titik, yang mana seharusnya di situ adalah hutan rindang pulau Kalimantan. Tapi tak ada yang tersisa selain kegersangan. 

Aku melacak keberadaan manusia dengan sebuah alat mata-mata yang diciptakan oleh istri alienku. Namun tidak ada tanda-tanda kehidupan. Kami mengelilingi bumi lima belas menit. 

Dan ternyata memang sudah tidak ada siapa-siapa lagi. Bumi menjadi tempat yang sangat asing bagi ingatanku. Lebih seperti planet yang sudah mati, tak punya apa-apa untuk dibanggakan lagi. Gersang dan hampa.

Bldhsjqau marah padaku. Dia beranggapan bahwa aku pembohong. Aku menjelaskan banyak hal padanya dalam perjalanan pulang. Termasuk alasan yang masuk akal kenapa bumi berubah, gersang dan keberadaan manusianya yang kini sudah punah.  

Kukatakan padanya bahwa ini karena kesalahan manusia itu sendiri yang terlalu mendewakan nafsu, mengutamakan jabatan, dan menghalalkan segala cara untuk memperoleh kekayaan. 

Termasuk mencemari lautan dan menebangi seluruh hutan. Inilah dampak buruk yang pernah aku katakan, yang para petinggi dunia itu abaikan, dan yang kini harus mereka rasakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun