kenapa harus desember dan kenapa harus kau orangnya. perasaan seperti sebuah surat dalam botol kaca, katamu. yang kupecah tapi tetap tidak bisa membaca tulisan di dalamnya.
karena memang bukan untukku? aku bertanya. kau hanya menatap ragu dan samar menampar hujan yang turun di luar.
katamu aku lebih layak dikasihani ketimbang dicintai. kau bodoh, dan aku hanya sedang beruntung karena dipilih oleh kebodohanmu. kau tertawa.
hujan adalah pelarian air mata. tetapi bahagia tidak ke mana-mana, hanya berada di matamu yang memantulkan bayanganku. aku sedang sakit dan batuk-batuk. namamu ada di jantung yang mulai berdegup lambat.
aku tidak membenci kau dan hujan. tapi perbincangan sendiri di musim dingin hampir membunuhku setiap hari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H