Mohon tunggu...
Syahrul Chelsky
Syahrul Chelsky Mohon Tunggu... Lainnya - Roman Poetican

90's Sadthetic

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Cerpen | Untuk Perempuan yang Abadi dalam Hujan

22 Desember 2017   16:29 Diperbarui: 24 Februari 2019   12:24 1510
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: www.inspired-by-chocolate-and-cakes.com/

Memikirkanmu Masih Membuatku Gugup

Sudah dua tahun aku merasa hari-hari menjadi senyap, aku hanya ditemani rindu dan kata-kata yang menari-nari di kepala, membentak benak yang tiap waktu menanyakan kabarmu di sana, Ra. Aku berpikir untuk tidak tidur di sisa  malam  ini. Gelisah untuk menemuimu besok akan membuatku gugup sepanjang malam .

Sementara hujan di luar sedang mencaci mereka yang pergi mengitari kota, menyalakan kembang api dan merayakan malam tahun baru seperti kebanyakan muda-mudi, aku hanya duduk di dalam kamarku, menghirup aroma hujan yang menyentuh jalan lewat kisi-kisi jendela usang yang terbuat dari kayu. Aku sedang memikirkanmu, Ra. Memikirkan kata apa yang akan mewakili kerinduanku.

Kita akan merayakan ulang tahunmu lagi, Ra. Seperti empat tahun yang kita lalui. Selain merayakan tahun baru, kita juga akan merayakan ulang tahunmu di tanggal 1 Januari besok. Ra, tunggu aku. Aku akan membawakanmu kue ulang tahun, sekeping cokelat dan setangkai Mawar Shananda favoritmu.

Tahun Baru dan Kenangan Tentangmu di Tanggal Satu

Aku terbangun pukul lima pagi. Setelah mandi dan shalat Subuh, aku langsung berpakaian rapi, tak lupa juga untuk meminyaki rambutku yang kering ini. Ra, kamu tak akan menyesal jika masih  mencintaiku hari ini. Selepas sarapan pukul tujuh, aku bergegas melangkah ke teras, menadahkan tanganku untuk sekedar memastikan bahwa hujannya tak lagi deras. Bukankah ini seperti tiga tahun lalu, Ra? Hujan di tanggal satu yang kita habiskan setengah harinya di rumahmu. Kita banyak bercerita tentang cinta di hari itu dan aku masih bisa mengingat dengan sempurna caramu membagi tawa denganku. Sekarang kenangan itu kembali lewat bulir hujan yang jatuh di telapak tangan.

Sumber: https://rayiheristyaraelf.wordpress.com
Sumber: https://rayiheristyaraelf.wordpress.com
Hujannnya masih deras, Ra. Mungkin kamu harus menungguku lebih lama. Seperti biasanya. Ah, aku tak ingin membiarkanmu kecewa kali ini. Aku akan membawa payung dan berjalan di bawah hujan hingga halte depan. Dulu, kamu sering memarahiku hanya karena aku sering telat datang tiap kali kita janji bertemu. Sementara aku sering menjadikan hujan sebagai alasan. Aku terlalu takut sakit dan kedinginan. Sekarang, Ra. Jika bisa, aku ingin menukarkan kesehatanku agar kamu bisa memarahiku lagi.

Kita Dalam Sekeping Cokelat dan Setangkai Bunga

Sebelum menunggu bus di halte, aku singgah di sebuah toko dan berhenti di depan sebuah etalase. Mengambil dua keping cokelat dan memasukannya ke sebuah kotak. Aku masih ingat, dulu  kita pernah berdebat hanya karena sekeping cokelat favoritmu kumakan tanpa isyarat. Hari ini aku membawakan gantinya, Ra. Dua keping utuh cokelat Kakoa. Setelah ini aku akan membelikanmu setangkai Mawar Shananda di toko bunga Ibu Ema. Toko bunga yang dulu pernah kita singgahi dalam menyambut Valentine di bulan Februari. Aku akan memilihkanmu mawar yang paling merah muda, seperti hati kita. Apa di sana hatimu masih untukku Ra?

Aku sudah mendapatkan keduanya; cokelat dan bunga. Aku akan membeli kue ulang tahun di seberang halte saja, sembari menunggu bus yang belum tiba.

Sumber: www.inspired-by-chocolate-and-cakes.com/
Sumber: www.inspired-by-chocolate-and-cakes.com/
Kamu suka kuenya, Ra? Kue ulang tahun berwarna merah muda dengan angka 21 seperti usia kamu hari ini. Harganya tidak terlalu mahal. Kamu tidak perlu memarahi aku karena kebiasaan burukku yang tidak bisa menghemat uang. Rindu yang menumpuk di hatiku tak senilai 150 ribu.

Aku Datang, Ra

Selang tak berapa  lama, bus yang akan mengantarku ke tempatmu tiba. Kosong seperti hatiku. Hanya ada tiga orang di dalamnya. Aku duduk di bangku sebelah kanan paling pojok, di dekat  jendela yang sedikit terbuka. Aku memikirkanmu sambil memandangi hujan yang jatuhnya di kaca. Kamu ingat, Ra? Kita pernah duduk berdua di dekat jendela kamarmu sewaktu hujan. Kita berdua pernah meniup-niup kaca jendela yang membentuk biasan, kemudian kita menggambarnya menjadi dua potong hati dalam kedinginan.

r-1651-5a3e2c9ccaf7db63d64dd3f4.jpg
r-1651-5a3e2c9ccaf7db63d64dd3f4.jpg
Setengah jam berlalu. Aku meminta supir berhenti di dekat gapura berwarna biru. Aku datang, Ra. Tak usah repot-repot menolak untuk memelukku seperti dulu, rindu di dadaku sudah cukup untuk menghangatkan seluruh tubuhku.

Sumber: https://id.downloadatoz.com
Sumber: https://id.downloadatoz.com
Aku berjalan memasuki gapura itu, melalui puluhan makam sebelum sampai ke tempatmu. Apa kamu merasakan rindu yang tak luntur meski di guyur hujan ini, Ra? Aku hangat dalam kedinginan. Sekarang aku berada di depan makammu. Katakan bahwa kamu juga merindukan aku. Jika kamu mau, kamu juga bisa memarahi aku karena datang tak tepat waktu. Kali ini bukan hujan alasanku. Dalam perjalanan aku membelikanmu kue dan sekotak kado. Lihat? Ada setangkai mawar dan dua keping cokelat. Aku akan memotong kuenya agar kita bisa memakannya bersama.

Apa di sana kamu lebih bahagia ketimbang denganku, Ra? Dua tahun belakangan aku kesepian dan susah bahagia. Apa di sana kamu juga? Maaf, Ra. Hingga hari ini perpisahan kita masih sukar untuk aku terima. Setelah dua tahun kita saling  terikat, aku hancur dalam kematianmu yang menciptakan sekat.

Pada Hujan yang Membawamu Pergi

Aku merindukan kamu setiap hari, Ra. Sejak dulu, saat aku bahkan belum tahu namamu. Di saat kamu pertama kali masuk ke dalam kelasku sebagai mahasiswi baru. Semakin berat ketika hujan ikut pulang bersamamu di hari Minggu yang kelam dua tahun lalu. Semuanya masih berputar-putar di kepalaku, hembusan terakhir nafasmu dalam pangkuanku. Di bawah rinai hujan yang membawamu pergi, kamu ucapkan cinta untuk terakhir kali.

Maaf, Ra. Jika selama ini cintaku membebanimu di alam sana. Mungkin kamu tersiksa karena keegoisan yang kucampur dalam doa. Aku mencintaimu dalam kadar yang tak biasa tanpa tahu cara menguranginya.

Sumber: https://womantalk.com/
Sumber: https://womantalk.com/
Sekarang, Ra. Aku akan melepasmu dalam hujan untuk yang kedua kali.  Seminggu lagi aku akan pergi untuk bekerja di Bali, setelah ini mungkin aku tak akan bisa mengunjungimu lagi. Aku akan tinggal lama di sana, aku akan sering jalan-jalan ke tepi pantai dan meneriakkan kata-kata cinta untukmu di atas batu karang. Tidak hanya di hatiku, kamu juga akan selalu abadi dalam hujan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun