Mohon tunggu...
Syahrul Anami
Syahrul Anami Mohon Tunggu... Lainnya - Simultan Writer

-

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Meningkatkan Kewaspadaan Kurir terhadap Rabies melalui Informasi Pelanggan Jasa Ekspedisi

31 Juli 2024   22:46 Diperbarui: 31 Juli 2024   22:53 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam perusahaan ekspedisi, keutuhan dan kondisi paket ketika tiba di alamat tujuan adalah prioritas. Namun, "prioritas" seharusnya tak terbatas pada kondisi paket, tetapi juga kondisi kurir sebagai ujung tombak perusahaan ekspedisi.

Kurir, sebagai agen lapangan dalam perusahaan ekspedisi, diintai oleh resiko kelelahan, kecelakaan, hingga menghadapi ketidaktahuan masyarakat mengenai sistem bisnis yang berakibat pada timbulnya konflik di lapangan. Dalam pemisalan sederhana, kurir harus menghadapi konsumen yang mengedepankan emosi dalam proses transaksi Cash on Delivery (COD). Tak mengherankan, istilah ini kemudian diplesetkan menjadi Cash or Duel. Sebab, kurir yang domain kerjanya hanya berkisar pada keselamatan paket, malah harus berjibaku dengan pengguna jasa yang tidak menerima pesanan yang mereka beli.

Terkait pekerjaannya dalam mengantarkan paket, kurir tak terlepas dari bahaya kecelakaan. Jumlah kecelakaan lalu lintas di Indonesia pada 2023, menembus angka 116.000. Sekitar 77% kasus dengan sepeda motor. Sekitar 40% pengemudi merupakan individu  berumur 25-40 tahun. Serta 45.000 dari 116.000 merupakan tabrakan berhadapan.

Jika ditelisik, elemen kecelakaan sangat lekat dengan pekerjaan sebagai kurir. 1). Kendaraan berupa sepeda motor, 2). Usia 25-40 tahun, 3). Tabrakan berhadapan. Ketiga hal tersebut dapat diilustrasikan sebagai seorang kurir bermotor dalam usia produktif yang mengalami kecelakaan saling tabrak. Kecelakaan tersebut dapat terkait  dengan kelalaian melawan arus demi memperpendek jarak tempuh, dan kelelahan dalam mengejar target antar.  

Singkatnya, kurir dapat menjadi bagian dari statistik kecelakaan lalu lintas di atas. Di samping ancaman kecelakaan serta duel dengan pengguna jasa, kurir turut diintai resiko penularan rabies di jalur menuju maupun di lokasi antaran paket.

Rabies: Ciri dan Penularannya

Rabies merupakan salah satu jenis Zoonosis (penyakit pada binatang yang dapat ditularkan pada manusia). Berbagai hewan seperti rubah, rakun, kelelawar, dapat menjadi inang virus Rabies. Akan tetapi, sekitar 95% rabies ditularkan pada manusia melalui gigitan anjing. Dalam setahun, terdapat kurang lebih 55.000 kematian disebabkan rabies di seluruh dunia.

Di Indonesia, pada 2020 hingga april 2023, gigitan hewan rabies menyentuh rata-rata 80.000 kasus dengan prevalensi kematian rata-rata 68 orang. Kematian tersebut mayoritas disebabkan keterlambatan penanganan Rabies yang berakar dari meremehkan gigitan kecil. Alhasil pasien datang ke fasilitas kesehatan dalam kondisi yang sudah parah.  

Rabies pada hewan ditandai dengan ketidakpatuhan kepada pemilik, garang, kesulitan menelan, kelebihan air liur dan mulut terus terbuka, ekor yang diletakkan di bawah perut antara dua kaki belakang, kejang, hingga kematian. Namun, ciri tersebut tidak terlihat pada rabies asimtomatik, sehingga anjing nampak mati secara mendadak. Jika seorang kurir melihat anjing dengan ciri demikian, maka ia harus ekstra hati-hati.

Rabies dapat menular baik melalui gigitan, cakaran, hingga jilatan hewan rabies pada kulit terbuka (misalnya luka). Virus yang masuk akan menetap selama dua pekan di sekitar bekas gigitan, menggandakan diri di jaringan otot, kemudian mengincar susunan saraf pusat. Setelah sampai di otak, virus melakukan penggandaan dengan cepat dan akhirnya menyebar ke berbagai jaringan saraf lainnya. 

Karena menjalar melalui sistem saraf, virus tidak terdeteksi melalui pengecekan darah. Di samping itu, nampaknya belum ada teknologi mutakhir untuk mendiagnosa rabies lebih awal sebelum timbulnya gejala klinis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun