Mohon tunggu...
Alkhan
Alkhan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis pemula yang mencoba lebih baik

Dengan menulis, wawasan bertambah luas. Dengan membaca, yang sudah luas semakin bertambah luas.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Langkah Kecil Menuju Esok

1 November 2024   10:25 Diperbarui: 1 November 2024   10:40 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku menatap layar laptopku dengan perasaan bersemangat, membaca artikel tentang pentingnya keterampilan abad 21 dalam pendidikan. Artikel itu memaparkan bagaimana dunia terus berkembang, dan betapa pentingnya bagi generasi masa depan untuk siap menghadapi segala tantangan. 

Sebagai seorang guru di sekolah dasar kecil di pinggiran kota, aku merasa artikel itu menyentuh sesuatu yang selama ini luput dari perhatianku. Selama ini, aku hanya mengajarkan teori dan latihan soal, merasa itu sudah cukup. Tapi hari ini aku tersadar---ada yang lebih besar dari sekadar memberi ilmu di atas kertas.

Aku memikirkan murid-muridku, yang penuh dengan rasa ingin tahu dan semangat. Mereka semua masih muda, penuh harapan dan mimpi, tapi bagaimana aku bisa membantu mereka mencapai mimpi-mimpi itu? Lebih dari sekadar pandai membaca atau berhitung, aku ingin mereka siap menghadapi dunia dengan percaya diri.

 Aku ingin mereka bisa berpikir kreatif, mampu bekerja sama, dan yang paling penting, memiliki rasa empati. Di dunia yang penuh dengan perubahan cepat, mereka perlu bekal yang bukan hanya teori, tetapi juga keterampilan hidup yang nyata.

Jadi, dengan hati-hati aku merombak rencana pembelajaran hari ini. Aku ingin memberikan sesuatu yang lebih bermakna, sesuatu yang akan membuat mereka berpikir dan bergerak. Aku memutuskan untuk melakukan hal yang tidak biasa---mengajak mereka menjelajahi masalah-masalah nyata yang ada di sekitar kami.

Saat kelas dimulai, aku berdiri di depan mereka dengan sesuatu di tanganku: sebuah boneka kain sederhana yang kubuat sendiri semalam. Aku menyebutnya "Bu Lingkungan." Anak-anak menatapku dengan penuh rasa ingin tahu, mataku berbinar melihat antusiasme mereka. Aku tahu ini baru pertama kali mereka melihat boneka dalam kelas, apalagi digunakan oleh guru mereka sendiri. Dalam hati, aku merasa tegang, tetapi semangat mereka mendorongku untuk melanjutkan.

"Anak-anak, hari ini Bu Lingkungan akan membawa kita berpetualang ke dunia yang penuh tantangan," kataku dengan senyum lebar. Beberapa anak menyambut dengan sorak-sorai kecil, dan aku bisa merasakan energi mereka yang penuh harapan. Hari ini aku ingin membawa mereka keluar dari rutinitas sehari-hari, menjauh dari papan tulis dan buku teks, untuk belajar dengan cara yang berbeda.

Di sepanjang jam pelajaran, aku menciptakan cerita tentang Bu Lingkungan yang datang ke kelas untuk memberi mereka berbagai misi. Setiap misi yang kuberikan sederhana, tetapi sarat dengan pesan penting. 

Tantangan pertama adalah menjaga kebersihan kelas. Kami membagi peran, ada yang menyapu lantai, ada yang mengatur buku di rak, dan ada yang memastikan meja tetap rapi. Aku melihat mereka bekerja sama, saling membantu dan tertawa bersama. Sesuatu yang biasanya terasa seperti tugas membosankan, kini menjadi misi yang menyenangkan.

Setelah itu, Bu Lingkungan memberikan tantangan baru---misi untuk belajar menghargai perbedaan di antara teman-teman mereka. Aku membagi mereka dalam kelompok-kelompok kecil, dengan sengaja mencampur anak-anak yang jarang bermain bersama. 

Mereka harus mendiskusikan hal-hal sederhana seperti hobi mereka atau makanan favorit. Pada awalnya mereka terlihat malu, tetapi seiring berjalannya waktu, mereka mulai tertawa bersama, menemukan hal-hal baru tentang satu sama lain. Ini mungkin hal kecil, tapi aku yakin momen-momen ini akan membantu mereka memahami bahwa setiap orang unik dan penting.

Kemudian, di misi ketiga, aku menyelipkan pembelajaran tentang kepedulian lingkungan. Aku mengajak mereka berdiskusi bagaimana caranya mengurangi sampah plastik di sekolah, kemudian mereka mendapat tugas untuk merancang poster tentang pentingnya menjaga lingkungan. 

Aku menyediakan kertas warna dan pensil untuk mereka. Mereka membuat gambar-gambar sederhana, ada yang menggambar bumi dengan senyum lebar, ada yang menuliskan pesan, "Sayangi Alam Kita." Aku kagum melihat kreativitas mereka yang terpancar melalui gambar dan tulisan kecil mereka. Beberapa dari mereka bahkan meminta izin untuk menempelkan poster tersebut di dinding kelas. Di benakku, ini adalah langkah kecil, tapi aku harap ini menjadi awal dari rasa tanggung jawab mereka terhadap bumi.

Waktu berlalu tanpa terasa, dan sebelum kami menyadarinya, bel tanda istirahat berbunyi. Anak-anak berkumpul di sekitarku dengan senyum lebar, dan salah satu dari mereka, Dira, yang biasanya pendiam, tiba-tiba angkat bicara, "Bu Tika, besok kita bisa bermain dengan Bu Lingkungan lagi, kan?"

Aku tak bisa menahan senyum. Perasaan hangat memenuhi dadaku. Ini hanyalah langkah kecil, tetapi aku tahu, hari ini mereka belajar sesuatu yang lebih dari sekadar hitungan dan hafalan. Mereka belajar tentang kerja sama, peduli terhadap lingkungan, dan menghargai perbedaan. Aku merasa telah membantu mereka mengambil langkah pertama menuju masa depan yang lebih baik, meskipun hanya dengan cara yang sederhana.

"Ya, besok kita akan bermain lagi," jawabku dengan penuh keyakinan. "Kita akan terus belajar bersama Bu Lingkungan dan menyelesaikan misi-misi baru. Kita akan terus belajar menjadi pahlawan kecil untuk dunia ini."

Dalam hati, aku berjanji untuk terus mencoba memberi yang terbaik bagi mereka. Meskipun aku hanya seorang guru di sekolah dasar kecil, aku tahu langkah-langkah kecil ini bisa memberikan perubahan. Aku akan terus berinovasi dan belajar untuk menjadikan pengalaman belajar mereka berarti. Aku akan terus mendampingi mereka, mengajak mereka bermimpi, dan menyiapkan mereka untuk masa depan.

Hari ini aku mulai, dan besok aku akan melangkah lagi bersama mereka. Ini mungkin langkah kecil, tapi aku tahu, suatu hari nanti langkah-langkah kecil ini akan membawa mereka menuju hari esok yang lebih cerah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun