Aaaaarrgghh... Betapa terkejutnya ketika membaca pesan yang masuk di ponselku. Rasa tak percaya akan kabar tersebut membuat kepalaku pening. Mana mungkin, Aini wanita yang kusuka hendak menikah dengan pria lain. Aah, lagi dan lagi semesta tak berpihak padaku untuk bersama dengan orang yang kucintai. Tak terasa aku terdiam sendiri dalam lamunan selama satu jam memikirkan Aini yang akan segera menikah dengan pria yang dijodohkan oleh kedua orang tuanya.
      Tepat pukul 8 pagi, kunyalakan motor kemudian bergegas pergi ke kantor. Seperti biasa, jalanan selalu saja macet dan ramai seolah tiada pernah sepi dari aktivitas. Suara kendaraan yang saling bersahutan menampakkan keramaian jalan yang kulintasi. Ah, semakin pusing kepalaku mendengar keramaian ini.
Tiiiiinnn.. Tiiiiiiinn... sebuah mobil sedan merah yang berada di belakang kendaraanku membunyikan klakson dan menyadarkanku yang tengah melamun. Apa yang terjadi denganku? Mengapa aku terus melamun?. Ternyata sulit rasanya menerima kenyataan bahwa orang yang kusukai akan segera menikah.
Pagi ini terlihat begitu cerah, tetapi aku merasakan mendung dan hujan badai menerpa. Bahkan gedung-gedung pencakar langit yang tinggi pun tidak mampu menutupi kesedihanku yang memuncak. Sesampainya di kantor, kulihat setumpuk berkas yang sudah menunggu untuk dikerjakan. Sial! Lagi-lagi kepalaku semakin pusing melihatnya. Kuusap kening dan menghela nafas mencoba menenangkan diri dari sekelumit beban yang sedang terjadi. Kukira akan lebih ringan, ternyata semakin pusing. Lalu kuputuskan untuk membeli kopi hitam bergambarkan kapal di tempat biasa.
Saat tengah asyik meneguk kopi hitam, aku kembali dalam lamunan. Aini... Aini... Aini nama itu kembali hadir dalam ingatanku. Bayang wajahnya membawaku larut ke alam bawah sadar. Kali ini ia terlihat cantik, senyumnya begitu menggoda tak seperti biasanya. Ah! ada apa Aini? mengapa kau kembali?. Rupanya ia tak jadi kawin dengan lelaki pilihan orang tuanya. Aini lebih memilihku ketimbang lelaki mapan yang akan disandingkan dengannya.
Seperti anak kecil yang dibelikan es krim, perasaan bahagia tak dapat ditahan. Yeeeee.... Aku pun bersorak dan berjingkrak kegirangan. Akhirnya Aini kembali kepelukanku. Ia kembali lagi bersama dengan hubungan yang terjalin. Kali ini takkan kubiarkan kumbang lain merebut bunga yang ku genggam.
Aini terus tersenyum, Kugenggam erat kedua tangannya seolah ia takkan bisa lepas dan pergi jauh lagi dariku.Â
Bunga-bunga cinta yang sempat layu pagi tadi, kini kembali bermekaran bersamaan dengan kembalinya kekasihku, Aini. Sepinya hati yang kurasakan, kini kembali diramaikan oleh orasi-orasi cinta kekasihku, Aini. Tak lagi kurasakan dinginnya kesendirian dan kesedihan karena kedatangannya.
Kutatap mata kekasihku, Aini. Semakin dalam kutatap semakin kurasakan jantung berdetak lebih cepat. Kugenggam erat tangannya yang selembut sutera. Kuajak ia berjalan mengelilingi taman, sambil bersenda gurau tertawa cekikikan penuh kebahagiaan.
Tiba-tiba hujan turun deras......
Aduuuh! aku pun terkejut. Ternyata kejadian tadi hanyalah mimpi.
Aku hanya bisa menatap air hujan yang turun deras membasahi tanah yang kupijak. Kuratapi nasib cintaku yang tiada tersampaikan. Harus kuakui, aku memang mencintai Aini, tetapi semesta tidak merestui cinta dan keinginanku untuk bersama Aini.
       Kini ia telah pergi...
      Bersamaan dengan kenangan dan tertancapnya duri...
      Doa kuucapkan untuk gadis yang kucinta...
      Semoga semesta memberinya kebahagiaan bersama dengan pria pilihan orang tuanya..
-18 November 2022-
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H